Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Mengenal Olahraga Anggar, Sejarah, Senjata, dan Aturan Bermainnya

Mengenal Olahraga Anggar, Sejarah, Senjata, dan Aturan Bermainnya Ilustrasi olahraga anggar. ©shutterstock.com/Pedro Jorge Henriques Monteiro

Merdeka.com - Anggar mungkin menjadi cabor yang jarang diketahui, namun masih sangat diminati dan terus berkembang hingga kini. Etimologi kata “anggar” dalam bahasa Indonesia berasal dari Bahasa Perancis “en garde”, artinya dalam Bahasa Indonesia berarti “bersiap” seperti yang dikutip dari koni-kotabandung.or.id.

Anggar adalah olahraga rekreasi permainan pedang yang dapat dinikmati oleh orang-orang dari segala usia, dan menawarkan banyak manfaat. Anggar adalah latihan fisik dan mental, di mana pemain anggar belajar mengasah strategi mereka melawan lawan dari berbagai tingkat keterampilan, dan membangun ketahanan fisik, kelincahan, dan akurasi.

Kepercayaan diri dan sportivitas diperoleh melalui partisipasi dalam anggar dan meluas ke seluruh bidang kehidupan lainnya. Berikut selengkapnya merdeka.com merangkum sejarah olahraga anggar, senjata yang digunakan beserta aturan permainannya yang menarik diketahui:

Sejarah Olahraga Anggar

Bukti pertarungan pedang sudah ada sejak Mesir Kuno pada 1190 SM dengan pertarungan dan duel berlanjut hingga abad ke-18. Anggar pada awalnya merupakan bentuk pelatihan militer dan mulai berkembang menjadi olahraga di abad 14 atau 15 baik di Jerman dan Italia.

Master anggar Jerman mengorganisir serikat pertama, yang paling terkenal adalah Marxbrueder dari Frankfurt pada tahun 1478.

Popularitas olahraga meningkat pada abad ke-17 dan ke-18 karena penemuan senjata dengan ujung pipih yang dikenal sebagai foil , seperangkat aturan yang mengatur area target, dan topeng wire-mesh.

Salah satu pelopor anggar sebagai olahraga adalah Italia Domenico Angelo yang mengajar bangsawan Inggris seni pedang di akademinya di Soho, London pada paruh kedua abad ke-18.

Buku Angelo 'L'Ecole des armes' ('Sekolah Anggar') meletakkan dasar-dasar postur dan gerak kaki yang hidup sampai hari ini. Olahraga ini juga semakin populer di Prancis, dengan Camille Prevost menyusun konvensi dasar pertama.

Masuknya Anggar ke Indonesia

Olahraga anggar masuk ke Indonesia pada masa penjajahan Belanda. Kala itu Belanda membawa serta perlengkapan anggar dan ditujukan untuk berkelahi maupun berolahraga.

Anggar untuk berkelahi diwajibkan bagi tentara Hindia Belanda (KNIL), sedangkan untuk olahraga umumnya dilakukan oleh para bintara, perwira, serta mahasiswa.

Tokoh-tokoh militer bangsa Indonesia yang mempunyai keahlian bermain anggar pada waktu itu antara lain adalah Drs.Singgih, Soeparman, Maryono, Setu, Warsimin, Paimin Salekan, Atmo Soewirjo, J. Sengkey, Suratman, Mantiri, C.H. Kuron, Mangangantung, dan Soekarno.

Senjata Olahraga Anggar

Ada tiga bilah anggar yang digunakan dalam anggar Olimpiade yaitu foil, épée, dan saber, masing-masing memiliki komposisi, teknik, dan area target penilaian yang berbeda.

Foil memiliki berat maksimum 500 gram dan merupakan senjata dorong. Hanya ujung bilah yang dihitung dengan area target batang tubuh yang ditutupi oleh lamé.

Epée juga merupakan senjata dorong tetapi memiliki berat maksimum 775 gram. Sekali lagi, hanya ujung bilah yang dihitung tetapi area target adalah seluruh tubuh sehingga tidak ada lamé.

Saber adalah senjata potong dan dorong dengan berat maksimal 500 gram. Seluruh bilah dapat mencetak gol dengan area target di bagian atas tubuh, ditutupi oleh lamé, termasuk masker wajah dan penutup leher yang juga harus terbuat dari bahan konduktor.

Masker yang dirancang khusus dan pakaian berlapis memberikan perlindungan yang diperlukan agar olahraga ini cocok untuk segala usia. Untuk alasan keamanan, dan untuk memastikan semua orang menikmati pengalaman mereka, pedang plastik digunakan untuk memberikan kelas kepada anak-anak yang lebih kecil.

Aturan Bermain Anggar

Pertarungan anggar berlangsung di atas alas yang disebut “strip” atau “piste”, dengan panjang sekitar 14 meter dan lebar 2 meter. Senjata dua pemain anggar masing-masing dihubungkan dengan tali melalui lengan baju mereka ke mesin penilaian listrik yang dipasangkan dengan lawan.

Selanjutnya, mereka menguji apakah senjata dan tali mereka berfungsi dengan benar dengan menyentuh lawan mereka pada target mereka, pakaian logam yang disebut lamé (kecuali dalam kasus epeéists, yang tidak memakai lamé, menguji dengan menyentuh ujung pelindung senjata lawan mereka). 

Mereka kembali ke garis start masing-masing dengan jarak 4 meter, memberi hormat kepada lawannya, memakai topengnya, dan masuk ke posisi en garde, menghadap lawannya dan bersiap untuk anggar. 

Wasit kemudian menginstruksi awal pertarungan. Pemain anggar tetap menghadap ke arah lawan mereka dan tidak boleh meninggalkan strip selama pertandingan.

Untuk mendapatkan skor, pedang pemain sensitif secara elektronik, seperti area penilaian tubuh, dan dihubungkan dengan kabel tubuh ke kotak skor. Ketika poin dicatat, ada nada yang terdengar dan lampu menyala.

(mdk/amd)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Belajar dari Tradisi Panah Kasumedangan, Olahraga Tradisional Khas Sumedang Sarat Makna
Belajar dari Tradisi Panah Kasumedangan, Olahraga Tradisional Khas Sumedang Sarat Makna

Keunikan lain dari tradisi panahan ini adalah cara membidiknya yang tidak menggunakan mata, melainkan menggunakan hati.

Baca Selengkapnya
Mengenal Silat Perisai, Seni Bela Diri Asal Kampar yang Punya Sejarah Panjang
Mengenal Silat Perisai, Seni Bela Diri Asal Kampar yang Punya Sejarah Panjang

Silat Perisai di Kabupaten Kampar kini dibawakan sebatas kesenian pertunjukan untuk menyambut tamu penting dan juga sebagai hiburan masyarakat.

Baca Selengkapnya
Bukan Sekadar Olahraga, Intip Keseruan Jemparingan, Panahan Tradisional Dulu hanya Dilakukan Keluarga Kerajaan Mataram
Bukan Sekadar Olahraga, Intip Keseruan Jemparingan, Panahan Tradisional Dulu hanya Dilakukan Keluarga Kerajaan Mataram

Jemparingan merupakan olahraga panahan tradisional yang dulu hanya dilakukan oleh keluarga Kerajaan Mataram.

Baca Selengkapnya
Mengenal Permainan Tradisional Sunda Ngadu Muncang, Dulu Pemenangnya Dapat Satu Set Gamelan
Mengenal Permainan Tradisional Sunda Ngadu Muncang, Dulu Pemenangnya Dapat Satu Set Gamelan

Permainan tradisional ini dulu sangat populer, sampai dijadikan perlombaan antar kerajaan

Baca Selengkapnya
Uniknya Alat Musik Sunda Langgir Badong, Terinspirasi dari Seekor Kalajengking
Uniknya Alat Musik Sunda Langgir Badong, Terinspirasi dari Seekor Kalajengking

Keunikannya terletak dari bentuknya yang dibuat menyerupai kalajengking dan cara memainkannya yang penuh dengan atraksi.

Baca Selengkapnya
Kisah di Balik Permainan Tradisional Ambung Gila dari Riau, Unik dan Penuh Mistis
Kisah di Balik Permainan Tradisional Ambung Gila dari Riau, Unik dan Penuh Mistis

Penuh unsur magis dengan membaca mantra dan doa-doa tertentu.

Baca Selengkapnya
Ide Lomba 17 Agustus yang Seru dan Anti Mainstream, Dijamin Meriah
Ide Lomba 17 Agustus yang Seru dan Anti Mainstream, Dijamin Meriah

Lomba 17 Agustus yang seru ini bisa jadi referensi semarakkan HUT ke-79 RI.

Baca Selengkapnya
Sipak Rago, Permainan Tradisional Asal Melayu Cikal Bakal Olahraga Sepak Takraw
Sipak Rago, Permainan Tradisional Asal Melayu Cikal Bakal Olahraga Sepak Takraw

Permainan ini memadukan kelincahan kaki serta gerakan Silek atau pencak silat.

Baca Selengkapnya
Mengenal Tari Dulang Warisan Kesultanan Langkat, Diadaptasi dari Pencak Silat
Mengenal Tari Dulang Warisan Kesultanan Langkat, Diadaptasi dari Pencak Silat

Tari Dulang, kesenian tradisional penuh makna warisan dari Kesultanan Langkat.

Baca Selengkapnya
Mengenal Sepak Tekong, Permainan Tradisional saat Ramadan dari Sumbar
Mengenal Sepak Tekong, Permainan Tradisional saat Ramadan dari Sumbar

Seakan kembali ke masa kecil, permainan tradisional dari Sumatera Barat ini selalu hadir ketika Bulan Ramadan tiba.

Baca Selengkapnya
Mengenal Geulayang, Permainan Lintas Usia dari Aceh yang Sarat Nilai Budaya
Mengenal Geulayang, Permainan Lintas Usia dari Aceh yang Sarat Nilai Budaya

Bagi masyarakat Aceh, geulayang ini dipercaya sebagai warisan Edatu atau nenek moyang mereka.

Baca Selengkapnya
Permainan Congklak: Sejarah, Filososfi, Cara Bermain, dan Manfaatnya
Permainan Congklak: Sejarah, Filososfi, Cara Bermain, dan Manfaatnya

Permainan congklak merupakan salah satu jenis permainan tradisional yang menggunakan papan kayu dengan lubang bulat yang berjumlah 14 hingga 16 lubang.

Baca Selengkapnya