5 Praktik Pengobatan Romawi Kuno yang Masih Dipakai sampai Saat Ini
5 Praktik Pengobatan Romawi Kuno yang Masih Dipakai sampai Saat Ini
Berikut 5 praktik pengobatan Romawi Kuno yang masih dipakai hingga kini.
5 Praktik Pengobatan Romawi Kuno yang Masih Dipakai sampai Saat Ini
Pengobatan Romawi berkembang pesat berkat pengetahuan yang mereka adopsi dari bangsa Yunani, Mesir, dan Etruria.
Banyak dari praktik medis Romawi Kuno masih relevan hingga saat ini.
Dilansir dari The Collector, Sabtu (18/5), meskipun masyarakat Romawi Kuno sangat memperhatikan kebersihan, mereka tetap mengandalkan dokter ketika kebersihan saja tidak cukup untuk melawan penyakit dan patah tulang.
-
Apa saja metode pengobatan kuno? Berikut daftar teknik pengobatan ekstrem yang dipercaya mujarab oleh orang Mesir dan Yunani kuno.
-
Apa saja yang termasuk dalam praktik pengobatan Mesir kuno? Studi mendalam ini mengeksplorasi detail pengobatan Mesir kuno, fokus pada perawatan obat-obatan yang mengandalkan mineral, tumbuhan, dan bagian tubuh hewan.
-
Siapa yang meneruskan pengobatan tradisional Betawi? Dalam buku berjudul 'Pengobatan Tradisional Pada Masyarakat Betawi di Kelurahan Ciganjur' terbitan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, kebiasaan ini merupakan warisan turun temurun oleh orang tua zaman dulu. Para anak dan cucu mereka meneruskan tradisi ini sebagai upaya pencegahan awal agar penyakit tak bereaksi lebih lama di dalam tubuh.
-
Apa yang dilakukan dokter Mesir kuno? Dari bedah dan kedokteran gigi hingga prostetik dan obstetri, masyarakat Mesir Kuno membuat berbagai kemajuan medis sepanjang peradaban mereka yang berlangsung sekitar 3.000 tahun.
-
Kenapa orang Mesir kuno berfokus pada pengobatan? Orang Mesir menganggap obat sebagai 'seni yang penting,' sehingga mendirikan pusat-pusat pembelajaran medis, dan baik pria maupun wanita bisa menjadi dokter.
-
Bagaimana orang Mesir kuno mengatasi penyakit? Mereka bahkan mengembangkan salep anti-keriput. David mengatakan bahwa obat-obatan ini sebagian besar efektif, bahkan menurut standar modern, dan disiapkan seperti cara kita hari ini. 'Mereka memiliki prinsip bahan aktif,' katanya. 'Lalu mereka memiliki obat tambahan, yang mungkin merupakan rasa yang membuatnya enak untuk diminum. Dan kemudian elemen ketiga adalah kendaraan atau cara memasukkan obat ke dalam tubuh,' yang bisa berupa 'pil, cairan, sesuatu yang dioleskan ke kulit atau inhaler.'
Meski dengan keterbatasan pada masanya, pengobatan Romawi memberikan fondasi yang kuat bagi perkembangan ilmu kedokteran selanjutnya.
Dan banyak praktik medis mereka yang masih diterapkan hingga sekarang, meskipun dengan peningkatan yang signifikan.
Jembatan Gigi dan Implan
Ketika kebersihan gigi tidak cukup, mereka menggunakan jembatan gigi yang tampaknya dipinjam dari orang Etruria. Jembatan gigi ini ditemukan pada kerangka Romawi, menandakan bahwa intervensi ini cukup umum.
Bahkan ada hukum Romawi yang melarang pengambilan emas dari jembatan gigi jenazah.
Meskipun pencabutan gigi adalah solusi umum untuk gigi busuk, beberapa orang Romawi mampu membeli gigi baru yang terbuat dari gigi hewan atau daur ulang gigi manusia. Bukti implan gigi juga ditemukan, meski masih diperdebatkan.
Penjahitan luka adalah salah satu praktik bedah plastik yang dilakukan secara luas oleh ahli bedah Romawi.
Mereka juga melakukan rhinoplasti (rekonstruksi hidung) dan perbaikan wajah lainnya.
Ahli bedah seperti Galen dan Celsus memberikan instruksi tentang cara memperbaiki hidung, mulut, dan telinga.
Penggunaan Amber untuk Bayi
Orang Romawi menggunakan kalung kuning untuk bayi baru lahir dengan harapan memberikan manfaat kesehatan umum.
Pliny mencatat penggunaan kuning untuk melindungi bayi dan merekomendasikannya untuk berbagai penyakit.
Galen juga memasukkan kuning dalam resep obat pelega tenggorokan untuk mengobati batuk, disentri, dan gangguan pencernaan.
Operasi caesar yang dikenal sekarang bukanlah penemuan Romawi, tetapi mereka memiliki prosedur serupa yang disebut "caesones".
Hukum Romawi melarang penguburan wanita hamil tanpa memisahkan janinnya terlebih dahulu.
Soranus, seorang dokter Romawi, menyarankan berbagai metode untuk membantu persalinan yang sulit, tetapi tidak pernah mempertimbangkan membedah ibu yang masih hidup.
Analisis Urin
Analisis urin sebagai alat diagnostik sudah digunakan sejak zaman Babilonia dan Mesir Kuno.
Hippocrates di Yunani dan Galen di Romawi memperbarui teori ini, mengaitkan kondisi kesehatan dengan karakteristik urin.
Pada abad pertengahan, praktik ini berkembang hingga hampir setiap penyakit didiagnosis melalui analisis urin.