Ada Harapan dan Doa yang Ditulis Astronot Israel dalam Buku Harian sebelum Pesawat Ruang Angkasanya Meledak, Ini Isinya
Buku harian ini menceritakan aktivitasnya sehari-hari saat berada di ruang angkasa.
Ilan Ramon, seorang astronot asal Israel yang tewas dalam ledakan pesawat ruang Angkasa Columbia pada 1 Februari 2003 punya cerita mengharukan. Hal itu diketahui dari sebuah diary tulisan tangannya.
Mengutip Space & The Librarian, Jumat (16/8), ada dua topik yang ia ceritakan dalam diary-nya itu, nasionalisme dan pribadi. Dia nampaknya seorang Yahudi yang taat. Diketahui ia berangkat ke ruang angkasa dengan membawa barang-barang sejarah umat Yahudi mulai gulungan Taurat kecil, salinan lukisan Petr Ginz.
-
Apa yang dijatuhkan Israel di ruang angkasa? Baru-baru ini, Israel menjadikan ruang angkasa sebagai tempat perang dengan menjatuhkan sebuah roket yang sedang terbang ‘di luar atmosfer Bumi’.
-
Apa yang ditulis astronot pakai pena? Clayton Anderson, astronot NASA, mengatakan pena biasanya digunakan untuk 'menulis nilai numerik untuk mengeksekusi prosedur awak kabin.'
-
Apa yang dialami astronot di hari pertama di luar angkasa? Seorang pilot misi tersebut, Scott Poteet menceritakan adanya penurunan penglihatan saat ia berada di luar angkasa di hari pertama.
-
Apa yang terjadi pada astronot? Pada 25 oktober, salah satu astronot dirawat di rumah sakit setelah mendarat di atas kapsul SpaceX Crew Dragon yang mengakhiri misi 235 hari.
-
Siapa yang meluncurkan rudal ke Israel? IDF mengatakan bahwa Arrow telah mencegah rudal permukaan-ke-permukaan di Laut Merah yang ditembakkan ke wilayahnya setelah roket tersebut menempuh jarak ribuan kilometer dari Yaman.
-
Siapa Astronot yang kehilangan negaranya? Pada 1991, astronot veteran Sergei Krikalev melakukan misi rutin ke stasiun luar angkasa.
Kemudian Terezin Ghetto (Pemandangan Bulan), anggur untuk Kiddush, dan banyak lagi. Dia juga membawa surat dari putranya yang bernama Assaf. Putranya itu meminta kepada Ramon agar dibuka surat itu setelah dirinya lepas landas. Lalu sebuah buku catatan yang dia gunakan untuk mencatat pengalaman pribadinya.
Ia menulis dengan singkat, terarah, menyelingi perkataannya dengan penggalan-penggalan gagasannya, perasaan, percakapan, dan rutinitasnya. Salah satunya adalah kerinduannya terhadap keluarga.
“Dari sudut pandang kami di luar angkasa, kami melihat Anda dan melihat dunia tanpa batas, penuh kedamaian dan kemegahan. Hati kami membawa doa agar seluruh umat manusia dapat membayangkan dunia seperti yang kita lihat, tanpa batas, dan dapat berjuang untuk hidup bersama dalam damai,” tulis Ramon.
“Meskipun semua yang ada di sini luar biasa, saya tidak bisa menunggu lebih lama lagi sampai saya melihat kalian semua. Pelukan erat untukmu dan ciuman untuk anak-anak,” tambahnya.
Namun nahas nasibnya. Ia tak bisa berjumpa dengan keluarga yang dirindukannya. Pada 1 Februari 2003, pesawat ulang-alik Columbia yang ditumpanginya bersama 6 awak lainnya meledak beberapa menit sebelum mendarat di Kennedy Space Center di Florida, Amerika Serikat (AS).
Puing-puing dari pesawat ulang-alik berserakan di wilayah yang luas di Texas dan Louisiana. Buku harian itu, seharusnya hancur bersama dengan pesawat ulang-alik dan awaknya, tetapi beberapa minggu setelah bencana, yang mengejutkan seseorang menemukan sisa-sisa buku harian itu di sebidang tanah berlumpur di Texas.
Bagaimana mungkin buku harian itu bisa bertahan dari ledakan dahsyat? Banyak analis yang tidak tahu pasti. Namun para peneliti terkemuka di bidang ini percaya bahwa karena bobot halamannya yang ringan, buku harian itu tidak jatuh langsung ke tanah tetapi mungkin meluncur perlahan ke bawah, terbawa arus angin yang pada akhirnya memungkinkan buku dairy itu "mendarat" dengan aman.
Sebagian besar kerusakan pada halamannya mungkin baru terjadi setelah mencapai tanah, akibat kondisi lembab di daerah rawa tempat mendarat. Kelembabannya menyebabkan halaman-halamannya saling menempel dan mengaburkan kata-kata yang tertulis di dalamnya, mengubahnya menjadi bercak tinta tak berbentuk.
Dokumen tersebut hampir tidak terbaca, dan pemulihannya merupakan upaya rumit yang melibatkan penggunaan teknologi tercanggih, dengan bantuan departemen forensik Kepolisian Israel.
Salah satu halaman yang ditemukan tampaknya ditulis ketika Ramon sebelum lepas landas. Tim restorasi mengidentifikasi pola huruf di antara bintik-bintik tinta yang tersebar di seluruh halaman. Untuk melakukannya, mereka menggunakan beberapa contoh tulisan tangan Ramon lainnya.
Ketika mereka mencoba menghubungkan huruf-huruf dan spasi di antara huruf-huruf tersebut menjadi sebuah teks yang bermakna dan mudah dipahami, mereka menemukan kata-kata doa Kiddush Yahudi yang dibacakan pada Jumat malam.
Ramon telah melakukan persiapan terlebih dahulu untuk menguduskan anggur pada waktu yang ditetapkan sebagai “Shabbat” di dalam pesawat ulang-alik.
Selama 20 tahun buku harian itu disimpan di Museum Israel, namun baru-baru ini dipindahkan ke tempat baru di Perpustakaan Nasional Israel, di mana buku itu akan dipinjamkan untuk jangka waktu yang lama.