Boeing Bikin Gara-gara Lagi Buat Sampah Luar Angkasa Makin Banyak
Angkatan Antariksa Amerika Serikat (US Space Force) saat ini sedang memantau 20 serpihan dari satelit yang telah hancur.
Satelit Boeing menambah sampah antariksa di orbit Bumi setelah mengalami ledakan pada 19 Oktober 2024. Ledakan ini terjadi secara mendadak dan disebabkan oleh sebuah anomali yang saat ini masih dalam tahap penyelidikan.
Menurut laporan dari Science Alert pada Jumat (25/10), angkatan Antariksa Amerika Serikat (US Space Force) sedang melacak 20 potongan puing hasil ledakan satelit tersebut. Perusahaan pelacak satelit ExoAnalytic Solutions bahkan mencatat terdapat 57 puing yang terdeteksi dari satelit itu.
-
Bagaimana sampah luar angkasa bisa terjadi? Sebenarnya, ada tiga pemicu bagaimana sampah luar angkasa bisa terjadi. Bisa jadi ada tabrakan antara satelit dengan satelit lainnya. Adanya puing-puing angkasa atau satelit mati yang terabaikan juga bisa menjadi penyebab lainnya. Terakhir, adanya asteroid atau meteorit mikro yang tanpa diprediksi menghantam satelit juga bisa menjadi penyebab.
-
Mengapa sampah antariksa berbahaya? Objek yang mengorbit Bumi bergerak dengan kecepatan tinggi, mencapai hingga 8 kilometer per detik, yang meningkatkan risiko tabrakan dengan puing-puing kecil. Bahkan, serpihan yang lebih kecil dari 1 milimeter dapat merusak pesawat ruang angkasa. Sebagai contoh, jendela pesawat ulang-alik sering mengalami kerusakan akibat benturan dengan puing-puing kecil tersebut.
-
Kenapa sampah luar angkasa berbahaya? Meskipun sampah luar angkasa telah diawasi oleh Komando Pertahanan Dirgantara Amerika Utara (NORAD) agar tidak saling bertabrakan, bukan berarti kemungkinan itu tidak akan terjadi. Potongan roket atau satelit yang sudah tidak terpakai lagi ini dapat menyebabkan terhambatnya penelitian serta eksperimen luar angkasa.Bahkan NASA mengakui bahwa banyak misinya yang tertunda atau terhambat karena kehadiran sampah luar angkasa.
-
Bagaimana partikel sampah satelit mencemari udara di stratosfer? Ketika pesawat NASA terbang di ketinggian di atas Alaska dan daratan Amerika Serikat untuk mengambil sampel kimia dari udara tipis di stratosfer, sensor sensitif di hidung pesawat menganalisis senyawa kimia yang aneh.
-
Di mana sampah luar angkasa bertebaran? Mengutip Space, Minggu, (17/12), menurut Badan Antariksa Eropa (ESA), pada November lalu terdapat 35.610 keping puing luar angkasa yang berukuran lebih dari 4 inci.
-
Mengapa Starlink menyebabkan peningkatan sampah luar angkasa? Jumlah satelit meningkat pesat dalam beberapa tahun terakhir, terutama disebabkan oleh ribuan satelit jaringan broadband SpaceX Starlink yang terus mengirim lebih banyak satelit ke luar angkasa.
Dikutip dari laman The Boeing Company pada hari yang sama, satelit yang meledak adalah IS-33e yang dioperasikan oleh Intelsat di Amerika Serikat.
Sebelumnya, satelit ini berfungsi di orbit geostasioner untuk menyediakan layanan telekomunikasi, penyiaran, dan layanan lainnya bagi pelanggan di Bumi. Sebelum meledak, IS-33e pernah mengalami masalah pada pendorong utamanya, yang menyebabkan penundaan peluncurannya pada Januari 2017.
Sayangnya, masalah lanjutan dengan pendorong pesawat saat pengujian di orbit mengakibatkan pengurangan masa pakai satelit tersebut. IS-33e adalah satelit kedua yang diluncurkan sebagai bagian dari platform satelit EpicNG, yang oleh Boeing dianggap sebagai generasi berikutnya.
Satelit pertama dari generasi ini juga sudah tidak berfungsi karena kegagalan sistem pendorong. Intelsat mengumumkan bahwa satelit tersebut tidak dapat diselamatkan pada April 2019, dengan penyebab kegagalannya adalah hantaman meteorid kecil dan aktivitas matahari.
Jumlah puing yang terus meningkat ini menambah tantangan dalam pengelolaan ruang angkasa serta keamanan satelit yang masih beroperasi. Pada tahun 2021, Jaringan Pengawasan Luar Angkasa Amerika Serikat melaporkan lebih dari 15.000 puing luar angkasa yang berukuran lebih dari 10 sentimeter.
Diperkirakan ada sekitar 200.000 puing dengan ukuran antara 1 hingga 10 sentimeter, dan bahkan jutaan puing yang lebih kecil dari 1 sentimeter. Objek yang mengorbit Bumi bergerak dengan kecepatan tinggi, mencapai hingga 8 kilometer per detik, yang meningkatkan risiko terjadinya tabrakan dengan puing-puing kecil.
Serpihan yang lebih kecil dari 1 milimeter pun dapat merusak pesawat ruang angkasa, seperti yang sering terjadi pada jendela pesawat ulang-alik yang mengalami kerusakan akibat tabrakan dengan puing-puing kecil ini.
Para peneliti mengingatkan bahwa sampah antariksa dapat memicu ancaman yang dikenal sebagai Sindrom Kessler. Konsep ini pertama kali diajukan oleh ilmuwan NASA, Donald Kessler, bersama Burton Cour-Palais.
Menurut informasi yang dilansir dari laman NASA disebutkan Kessler dan Cour-Palais berpendapat bahwa jika manusia terus meluncurkan pesawat ruang angkasa ke luar angkasa, maka akan terjadi penumpukan pesawat ruang angkasa di sekitar Bumi.
Hal ini berpotensi meningkatkan risiko terjadinya tabrakan antar objek. Tabrakan tersebut akan menghasilkan lebih banyak puing-puing dan memicu reaksi berantai, yang dikenal sebagai Sindrom Kessler, diambil dari nama penemunya pada tahun 1978.
Para ahli menyatakan kekhawatiran bahwa Sindrom Kessler akan menjadi kenyataan, dan beberapa di antara mereka berpendapat bahwa itu hanya masalah waktu sebelum fenomena ini terjadi.
Saat ini, lebih dari 10 ribu satelit sedang mengorbit Bumi, dan terdapat lebih dari 100 triliun kepingan dari satelit yang sudah tidak berfungsi, yang masih beredar di angkasa. Beberapa puing tersebut terkadang jatuh ke atmosfer Bumi dan terbakar seiring waktu.
Kessler juga menunjukkan bahwa ketika jumlah puing di orbit tertentu mencapai 'massa kritis', tabrakan akan mulai terjadi meskipun tidak ada objek baru yang diluncurkan ke orbit tersebut. Ia memperkirakan bahwa waktu yang dibutuhkan untuk mencapai titik kritis ini berkisar antara 30 hingga 40 tahun.
Saat ini, beberapa ilmuwan meyakini bahwa kita sudah mendekati massa kritis di orbit rendah Bumi, tepatnya pada ketinggian sekitar 900 hingga 1.000 kilometer. Ancaman nyata dari situasi ini dapat dilihat dari beberapa insiden yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir, seperti tabrakan antara satelit Rusia yang dinonaktifkan dengan satelit AS pada tahun 2009.
Selain itu, pada tahun 2021, Rusia melakukan uji coba yang menghancurkan salah satu satelitnya sendiri, yang mengharuskan astronaut di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) melakukan prosedur darurat. Jika tabrakan antar satelit dan puing-puing tersebut terjadi, situasi akan semakin memburuk.
Sindrom Kessler berpotensi menyebabkan gangguan besar pada jaringan internet dan WiFi. Tanpa keberadaan satelit di angkasa, ponsel tidak akan berfungsi, dan gangguan ini juga dapat mempengaruhi layanan TV dan GPS.