Hasil Survei LG soal Media Sosial: Algoritma Sering Bawa Netizen ke Percakapan Negatif
LG Electronics melakukan survei tentang media sosial dan algoritma.
LG Electronics melakukan survei tentang media sosial dan algoritma.
Hasil Survei LG soal Media Sosial: Algoritma Sering Bawa Netizen ke Percakapan Negatif
LG Electronics (LG) melakukan survei global terbaru untuk menunjukkan bahwa media sosial kini tak hanya digunakan untuk mencari hiburan, informasi, dan terhubung dengan kerabat dan keluarga, tetapi juga menjadi sumber kecemasan banyak masyarakat.
Survei yang dilakukan LG ini terkait dengan kampanye global bertajuk “Optimism Your Feed” dalam rangka menyebarkan optimisme di media sosial.
“Kami akan meningkatkan kehidupan pelanggan dengan menerapkan pendekatan yang manusia sentris serta menumbuhkan harapan yang lebih baik untuk masa depan,” ujar Kim Hyo-eun, Vice President and Head of LG’s Brand Management Division.
Menurut survei tersebut, hampir separuh responden (45 persen) mengatakan bahwa jumlah konten negatif pada feed media sosial mereka sama dengan atau lebih banyak dibandingkan konten positif.
Satu dari empat responden (28 persen) menyatakan bahwa konten negatif di media sosial mereka sering meningkatkan rasa kecemasan.
Lebih lanjut, survei ini menunjukkan bahwa algoritme sering membawa netizen ke arus percakapan yang lebih negatif dan cenderung niche.
Survei global ini bertujuan untuk memahami cara kerja algoritme dan memicu perputaran konten positif di laman feed netizen.
Information scientist dan technology ethicist, Casey Fiesler mengatakan, algoritme rekomendasi akan menentukan konten yang muncul pada homepage atau feed di media sosial.
“Algoritme ini dapat memprediksi berdasarkan jenis konten yang sudah kita tonton, yang kita berikan likes, atau comments sebelumnya. Oleh karena itu, algoritme ini pun dapat membawa kita ke dalam rabbit hole, yaitu situasi dimana kita terjerat dengan topik tertentu. Hal ini bisa berdampak baik ataupun buruk, tergantung pada topiknya,”
Information scientist dan technology ethicist, Casey Fiesler.