Bersih & Sejuk, Potret Makam Orang-orang Jerman Waktu Perang Dunia ke-2 di Pelosok Desa, Ternyata Sosoknya Bukan Orang Sembarangan
Di Bogor, ada sebuah area pemakaman orang berdarah Jerman yang ternyata memiliki latar belakang sejarah cukup panjang.

Tak banyak diketahui, ternyata Bogor, Jawa Barat menyimpan cerita kelam semasa Perang Dunia kedua. Di sana, ada sebuah area pemakaman orang berdarah Jerman yang ternyata memiliki latar belakang sejarah cukup panjang.
Ada catatan mengenai kepemilikan tanah, fungsi lahan, hingga cerita tragis dari para jasad bangsa Eropa yang kini terbaring di Tanah Pasundan itu.
Cerita hingga perjalanan menuju ke area pemakaman di pelosok desa tersebut seperti halnya yang diungkap pemilik kanal YouTube Stefano Sanjaya, Selasa (28/1) dalam sebuah video berdurasi lebih dari 1 menit.
Seperti apa penampakannya? Simak ulasan selengkapnya berikut ini.
Kompleks Makam Jerman di Bogor
Secara administratif, area pemakaman dengan Eisernes Kreuz atau salib besi tersebut berada di Desa Sukaresmi, Megamendung, Bogor, Jawa Barat. Kompleks makam tersebut diketahui berada di dalam kawasan hutan di kaki Gunung Pangrango sehingga keberadaannya jarang diketahui.
Bahkan untuk mengunjungi kompleks makam tersebut, tak semua kendaraan bisa masuk karena letaknya yang berada di perkebunan Cikopo. Sang pemilik video bahkan menuturkan jika jalanan menuju ke area pemakaman tersebut memang begitu sempit dan tak bisa dijamah banyak kendaraan besar.
"Ini jalannya kecil ya memang, ngapain ya dulu orang Jerman itu bisa sampai ke sini," ungkapnya.
Setibanya di lokasi, sang pemilik video dibuat terpukau dengan sebuah pohon besar yang menaungi makam berjumlah 10 buah itu.
"Aku sudah sampai di Kampung Jerman ya. Di sini ada pohon gede banget ya," ceritanya.
Saat memasuki area makam, sang pemilik video langsung disambut dengan dua nisan dalam barisan pertama yang bertuliskan unbekannt atau tak dikenal.
Kemudian baris berikutnya adalah makam Letnan Satu Laut Friedrich Steinfeld yang merupakan kapten kapal selam U-195, lalu Letnan Satu Laut Willi Schlummer dan Letnan Insinyur Wilhelm Jens yang terbunuh di Bogor oleh pejuang kemerdekaan Indonesia pada 12 Oktober 1945.
Ada juga makam Letnan Laut W. Martens yang terbunuh di kereta api dari Jakarta ke Bogor, Kopral Satu Willi Petschow yang meninggal karena sakit di Cikopo, serta Letnan Kapten Herman Tangermann yang meninggal 23 Agustus 1945 karena kecelakaan.

Dulunya jadi Kebun Teh hingga Tugu Penghormatan
Tak banyak yang tahu, area pemakaman tersebut dulunya sempat memiliki cerita sejak era Perang Dunia pertama. Diceritakan, lahan pemakaman tersebut tak lain merupakan milik kakak beradik pengusaha perkebunan asal Jerman bernama Emil dan Theodore Helfferich yang berkeinginan untuk membuka kebun teh bersama di lokasi.
Namun lambat laun, sebagian dari lahan itu kemudian dibangun tugu untuk memperingati kawan-kawan mereka yang gugur di perairan Asia Tenggara. Namun karena banyaknya tentara Jerman yang gugur, akhirnya mereka menggunakan sebagian lahan perkebunan tehnya untuk dijadikan makam tentara Jerman yang gugur saat berperang melawan Inggris di laut Jawa pada tahun 1914.
"Jadi dulunya tugu ini didirikan untuk menghormati kapal selam Jerman yang karam pada tahun 1914. Pada saat perang dunia pertama, area tanah ini adalah milik dari Emil dan Theodor Helfferich," ungkap sang pemilik video.

Orang Jerman jadi Korban Salah Sasaran

Cerita mengenai bangsa Jerman yang masuk ke tanah air pun berlanjut. Pada masa Perang Dunia kedua sekitar tahun 1942, tentara Nazi Jerman yang bersekutu dengan Jepang pun secara leluasa dapat masuk ke Indonesia untuk mengambil hasil bumi.
Saat itu banyak tentara Jerman yang gugur karena menjadi korban salah sasaran. Pasalnya secara postur dan bahasa, mereka mirip dengan pasukan Belanda sehingga kerap dibunuh oleh pejuang Indonesia.
Sejak saat itu sebagian lokasi yang memiliki luas 900 hektar untuk perkebunan teh tersebut kemudian dijadikan sebagai peristirahatan terakhir dari pejuang Jerman.
"Setelah Jepang kalah, orang-orang Jerman sempat tinggal di sini dan inipun jadi kampung Jerman. Mereka sempat bergaul dengan orang pribumi cuma sayangnya pas Indonesia merdeka, orang-orang bule banyak dibunuh termasuk mereka ini," tukasnya.