Terungkap, Patung Jenderal Soedirman Dibuat Tak Pakai Uang Negara Tapi dari Keluarga
Merdeka.com - Nama Panglima Besar Jenderal Besar Soedirman menjadi salah satu sosok penting dalam perjalanan bangsa Indonesia. Pak Dirman adalah Panglima TNI pertama yang memimpin langsung perang gerilya melawan agresor Belanda saat revolusi Indonesia.
Meski dalam kondisi sakit, Jenderal Soedirman tetap memimpin pasukannya bergerilya. Jiwa raga pria yang dikenal begitu saleh dan mencintai agamanya ini benar-benar dipersembahkan untuk bangsa dan negara.
Karenanya, tak heran nama Jenderal Soedirman banyak dijadikan jalan di berbagai wilayah di Indonesia. Tak cuma itu, patung Pak Dirman juga banyak terdapat di berbagai tempat. Salah satunya di kawasan Dukuh Atas, depan Gedung BNI, Jalan Jenderal Soedirman, Jakarta.
-
Siapa yang menjadi penasihat pribadi Panglima Soedirman? Pada zaman revolusi fisik, Harsono menjadi penasihat pribadi PangIima Besar Soedirman dan ikut bergerilya bersamanya.
-
Siapa yang memimpin perang melawan Belanda? Perang Diponegoro (1825-1830) adalah konflik antara Pangeran Diponegoro dengan Belanda yang dipicu oleh pemasangan patok-patok di lahan milik Diponegoro dan eksploitasi terhadap rakyat dengan pajak tinggi.
-
Siapa yang berjuang untuk Indonesia? Kata-kata ini membangkitkan semangat juang dan patriotisme dalam diri setiap pemuda Indonesia.
-
Mengapa Soedirman diburu Belanda? Keberadaan Soedirman memang menjadi momok bagi mereka, sehingga dirinya sangat diburu oleh Belanda.
-
Siapa pahlawan nasional dari Sumatera Barat yang melawan Belanda? Sosok Ilyas Ya'kub mungkin masih belum begitu familiar di kalangan masyarakat Indonesia. Ia merupakan seorang pahlawan nasional Indonesia dari Sumatera Barat yang punya jasa besar dalam melawan Belanda.
-
Siapa yang memimpin perlawanan melawan Belanda? Ketika melawan Belanda, Radin Intan II dikenal sebagai sosok pemimpin panglima perang di usianya yang masih 16 tahun.
Patung raksasa itu berdiri tegap dengan memberi hormat. Namun rupanya ada fakta menarik mengenai patung Jenderal Soedirman di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, itu. Berikut ulasannya.
Dibangun Tak Pakai Uang Negara Tapi Hasil Patungan Keluarga
Dalam unggahan video di laman youtube RRI Net Official, cucu Jenderal Soedirman, Ganang Soedirman menjelaskan bahwa patung tersebut dibangun tidak menggunakan dana negara. Patung tersebut dibangun dengan patungan para keluarga yang kemudian dipersembahkan kepada rakyat.
"Kami kumpul-kumpul (uangnya) seperti persembahan rakyat ini kepada sang pahlawannya", tutur Ganang.
Menurutnya, sempat ada protes dari sejumlah pemuda saat patung tersebut hendak diresmikan. Mereka protes di patung itu, Pak Dirman dalam kondisi memberi hormat.
Mereka beranggapan, sebagai Panglima Besar, Jenderal Soedirman tidak selayaknya menghormat kepada sembarang warga yang melintasi jalan. Masyarakatlah yang justru seharusnya memberi hormat padanya.
Patung itu kemudian diresmikan oleh Gubernur DKI saa itu Sutiyoso.
Alasan Patung Jenderal Soedirman Beri Hormat
Ganang menjelaskan mengapa patung tersebut dibuat dalam posisi hormat. Sebab ada amanah yang masih menempel di punda pak Dirman ketika meninggal.
Sikat tangan dalam posisi hormat ini direpresentasikan sebagai bentuk hormat sang jenderal kepada rakyat Indonesia.
"Kebetulan beliau meninggal tahun 1950 usia 34 tahun, amanah itu masih ada di pundaknya. Ketika itu, bang Dedi (Mizwar) di film Naga Bonar mengatakan bahwa 'turunkan tanganmu jenderal, kau enggak layak hormat kepada siapapun juga', seperti itu. Namun buat kami malah terbalik, Soedirman akan hormat kepada rakyatnya," ujarnya.
Amanah Istri Jenderal Soedirman
Selain itu, dia juga mengatakan, ada amanah dari Eyang Putrinya yang tak lain adalah Istri Jenderal Soedirman. Dia mengamanahkan agar membuat patung Pak Dirman dengan gestur sedang menghormat.
"Itu permintaan dari eyang putri ketika itu bahwa Soedirman memang hormat kepada rakyatnya siapapun itu. Tangan tidak akan diturunkan kalau amanah belum turun dari pundaknya," katanya.
Barang-Barang Jenderal Soedirman Disumbangkan ke Museum
Dia juga mengatakan semua barang peninggalan Pak Dirman disumbangkan ke museum. Barang-barang peninggalan tersebut di antaranya jubah, tandu, hingga keris.
Tujuan dari memuseumkan barang-barang peninggalan perjuangan Jenderal Soedirman tidak lain ialah agar bisa selalu dikenang oleh bangsa dan rakyat Indonesia.
"Kami serahkan ke museum semua, ya seperti jubah, mungkin tandu, atau mungkin keris kecil yang mungkin sakti atau apa, pernah saya bawa juga tapi sudah saya dehkan (letakkan, red) museum semua lebih itu bisa jadi manfaat karena bisa dilihat semua orang," kata Ganang.
Reporter Magang: Annastasya
(mdk/dan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Walaupun masing-masing punya cara yang berbeda, mereka punya peran besar bagi perjuangan rakyat Indonesia melawan penjajah
Baca SelengkapnyaIndonesia pernah memiliki seorang Panglima TNI termuda yang menjabat saat masih berusia 19 tahun, ia adalah Jenderal besar TNI (Anumerta) Raden Soedirman.
Baca SelengkapnyaDjamin Ginting adalah seorang pejuang kemerdekaan Indonesia yang berasal dari Tanah Karo, Sumatra Utara.
Baca SelengkapnyaSejak dipisahkannya Kepolisian Republik Indonesia dan Tentara Nasional Indonesia dari ABRI per 1 April 1999, istilah Panglima ABRI diganti menjadi Panglima TNI
Baca SelengkapnyaTepat hari ini, 20 Oktober pada 1945 silam, terjadi pertempuran besar setelah kemerdekaan Indonesia yang disebut Pertempuran Ambarawa.
Baca SelengkapnyaTjokroaminoto dikenal sebagai Ksatria Piningit oleh para pribumi karena melakukan kebaikan bagi orang banyak
Baca SelengkapnyaNamanya dianggap terlalu Jawa hingga tidak diizinkan sekolah di institusi pendidikan milik Belanda
Baca SelengkapnyaMerupakan seorang keturunan ningrat, ia rela ikut berjuang bersama rakyat demi kemerdekaan Indonesia
Baca SelengkapnyaIni perjuangan sosok jenderal legendaris TNI. Siapa sangka bocah penyemir sepatu itu menjadi Panglima.
Baca SelengkapnyaPangeran Diponegoro wafat pada tanggal 8 Januari 1855 di Makassar, Sulawesi.
Baca SelengkapnyaKeterampilannya menjahit tak bisa dipisahkan dari masa kecilnya
Baca SelengkapnyaMelanchton Siregar resmi menerima gelar Kolonel Tituler pada tahun 1947.
Baca Selengkapnya