Perjalanan Sampoerna, Dirikan Kerajaan Rokok Hingga Bertahan Ratusan Tahun
Merdeka.com - Perokok Indonesia tentu populer dengan merek Dji Sam Soe. Rokok ini diproduksi oleh PT Sampoerna HM Tbk, perusahaan yang beroperasi lebih dari 100 tahun.
Cikal bakal Sampoerna yaitu saat Liem Seeng Tee bersama adik perempuan, dan sang ayah harus bermigrasi dari China karena kemiskinan dan kondisi yang tidak baik. Mereka pergi meninggalkan China dengan kapal laut, menuju Penang, Malaysia.
Di sana, kondisi masih tidak cukup aman bagi imigran. Sang ayah memutuskan untuk berlayar kembali ke arah selatan, yaitu Jawa Timur. Namun, uang yang tersisa tidak cukup untuk membeli tiket kapal. Dengan terpaksa, adik Liem Seeng Tee diadopsi oleh keluarga Hokkien di Penang dan mendapatkan uang.
-
Apa yang terjadi ketika nenek moyang manusia bermigrasi? Manusia modern bermigrasi keluar dari Afrika sekitar 70.000 tahun lalu, dan hampir semua orang yang saat ini tinggal di luar benua itu diperkirakan merupakan keturunan dari para pionir awal tersebut. Karena Afrika melindungi nenek moyang manusia dari kondisi dingin ekstrem pada zaman es lampau, mereka kehilangan bulu tubuh tebal mereka dan beradaptasi dengan panas benua itu.Namun, saat manusia bermigrasi ke daerah yang lebih dingin, mereka berubah dari pemburu dan pengumpul menjadi masyarakat agraris dan penggembala.
-
Kenapa keluarga Lee Bum Soo pindah ke Bali? Bali lebih dipilih keluarga ini daripada Jakarta yang ramai dan sibuk. Suasana yang tenang membuat mereka betah dan ingin tinggal di sini.
-
Kapan pendatang asal Cina mulai masuk ke Indonesia? Mengutip jadesta.kemenparekraf.go.id, para pendatang asal Cina sendiri mulai masuk ke Indonesia pada kisaran abad ke-14 sampai abad ke-17 silam.
-
Bagaimana tembakau masuk ke Nusantara? Para penjajah bangsa Eropa membawa benih tembakau pada wilayah yang dijajahnya. Salah satunya adalah kawasan Nusantara. Diduga benih tembakau pertama kali dibawa ke Nusantara oleh bangsa Portugis.
-
Kapan transmigrasi pertama terjadi? Usai transmigrasi yang dilakukan pemerintah Belanda tahun 1905 itu, munculah transmigrasi dengan beragam alasan berbeda.
-
Kenapa Wong Bersaudara pindah ke Hindia Belanda? Nelson yang tergiur dengan tawaran tersebut memaksanya untuk memindahkan keluarganya ke Hindia Belanda.
Liem Seeng Tee dan ayahnya melanjutkan perjalanan ke Jawa Timur dan tiba di Surabaya. Enam bulan tiba di Surabaya, sang ayah meninggal dunia. Liem pun diadopsi oleh keluarga Hokkien sederhana yang ada di Surabaya. Nama Liem kemudian diganti menjadi Sampoerna seiring peraturan dari pemerintah saat itu.
Di usia 11 tahun, Liem yang sudah memiliki nama Sampoerna meninggalkan rumah keluarga angkatnya untuk bekerja di sebuah restoran kecil. Selama bekerja di sana, Sampoerna tidak mendapatkan gaji, akan tetapi dia mendapatkan kompensasi berupa makan dan tempat tinggal gratis.
Satu waktu, Sampoerna meminta izin untuk berhenti bekerja karena ingin memiliki uang. Sang pemilik mengizinkan dan memberi ongkos untuk Sampoerna mencari pekerjaan baru. Dari uang itu kemudian dimanfaatkan Sampoerna membeli sepeda.
Dengan bersepeda, Sampoerna berkeliling menjual arang. Aktivitas itu dia lakukan selama 18 bulan tanpa libur satu hari pun. Uang yang berhasil dikumpulkan kemudian dia jadikan modal untuk berdagang makanan di kereta rute Surabaya-Jakarta.
Menikah dan Menetap di Surabaya
Di usia 19 tahun, Sampoerna menikah dan menetap di Surabaya. Uang dari hasil dagang Sampoerna berdagang makanan di kereta Surabaya - Jakarta, dikembangkan membangun warung kelontong yang dioperasikan oleh sang istri. Sementara Sampoerna tetap berdagang di kereta.
Satu waktu, Sampoerna mendapat tawaran bekerja di Lamongan, untuk meracik dan menggulung rokok. Tawaran itu kemudian diterima. Sejak saat itu, Sampoerna rela bolak-balik Surabaya - Lamongan. Upah bekerja sebagai buruh rokok cukup besar saat itu.
Pada tahun 1913, Sampoerna menjual rokok hasil racikannya di warung kelontong yang dia bangun. Warung itu kemudian diberi nama Handelman Maatschaapij Liem Seeng Tee. Kepandaian Sampoerna meracik rokok membuat penjualan rokok racikannya meningkat. Dia kemudian memberi nama rokok hasil racikanmya bernama Dji Sam Soe.
Pada tahun 1920, pelabuhan Surabaya mengalami aktivitas cukup tinggi. Hal ini juga berdampak meningkatnya distribusi rokok Sampoerna ke luar Jawa. Sepanjang berbisnis, rokok ini kemudian membuatnya berhasil membeli bangunan bekas Belanda.
Pada sisi kiri bangunan dipakai untuk produksi rokok. Sisi tengah merupakan auditorium, dan sisi kanan bangunan dimanfaatkan tempat tinggal Sampoerna. Bangunan ini dikenal dengan Taman Sampoerna.
Pada tahun 1942, kediaman Sampoerna hancur lebur dijajah pemerintah Jepang. Hartanya habis dirampas. Mereka sekeluarga ditahan di kamp pengasingan. Hingga akhirnya di tahun 1945, Sampoerna dan keluarga berkumpul kembali dan merenovasi kediaman mereka yang sudah hancur lebur.
Bisnis Dikelola Sanga Anak
Bisnis rokok Sampoerna kemudian dikelola oleh anak keduanya. Sejatinya dalam tradisi, bisnis tersebut dikelola oleh anak pertama. Namun anak pertama Sampoerna telah memiliki bisnis dan lebih mapan. Maka bisnis tersebut dikelola anak keduanya bernama Liem Swie Ling atau Aga Sampoerna.
Di tangan Aga, merek Dji Sam Soe terus ditingkatkan. Kemudian di tahun 1977, generasi ketiga Sampoerna, Putera Sampoerna, yang tidak lain adalah putra dari Aga, masuk ke dalam bisnis dan melakukam modernisasi distribusi dan kinerja perusahaan.
Putera melakukan beragam cara bagaimana distribusi rokok cepat dan tepat waktu, namun tidak mengurangi kualitas rokok. Distribusi rokok semakin meningkat, Putera membutuhkan biaya lebih agar kualitas sang ayah dapat terjaga.
Pada tahun 1990, Sampoerna mengumpulkan dana publik dengan melantai ke Bursa Efek Indonesia. Uang yang berhasil dikumpulkan diputar dan dikelola untuk pengembangan modernisasi perusahaan.
Tahun 2001, generasi keempat Sampoerna Michael Joseph Sampoerna masuk menjadi Direktur Utama. Dan Putera menjabat sebagai Presiden Komisaris.
Tahun 2005, Putera menjual kepemilikan saham Sampoerna ke Phillip Morris. Menurutnya, ini menjadi langkah terbaik bagi karyawan dan pemegang saham. Phillip Morris, dikenal sebagai produsen dan penjual produk-produk tembakau yang sukses.
Lepas Saham
Sampoerna melepas saham dengan harga 20 persen lebih tinggi dibandingkan harga penutupan pada pekan sebelumnya, yakni dari Rp8.850 menjadi Rp10.600 per lembar.
Philip Morris adalah produsen rokok asal Amerika Serikat dengan keahlian pada produk rokok putih seperti Marlboro, Virginia Slims, dan Benson & Hedges. Bagi perusahaan itu, investasi di Sampoerna adalah kesempatan besar untuk masuk dalam jajaran lima besar dunia dengan memulai mempelajari industri rokok kretek.
Setelah akusisi 40 persen saham selesai, Philip Morris akan melakukan tender untuk pembelian sisa saham lain di HM Sampoerna. Keputusan ini dinilai berbagai kalangan sebagai pilihan cerdas. Sampoerna adalah produsen rokok terbesar kedua di Indonesia dengan produk antara lain Dji Sam Soe, A Mild, dan Sampoerna Hijau. (mdk/idr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kesuksesan pria ini menjadi salah satu kisah inspiratif dalam membangun bisnis.
Baca SelengkapnyaKeturunan keluarga ini terkenal sebagai sosok-sosok crazy rich.
Baca SelengkapnyaJejak kejayaannya saat ini hampir hilang tak bersisa
Baca SelengkapnyaWilayah yang terletak di Kabupaten Serdang Bedagai (Sergai) dulunya dikenal sebagai kota yang kaya akan rempah-rempah.
Baca SelengkapnyaEstimasi kekayaan Oei mencapai 200 juta gulden atau sekitar USD1,5 miliar atau Rp24,21 triliun pada nilai saat ini.
Baca SelengkapnyaMereka juga punya hotel-hotel mewah di sejumlah negara Asia Tenggara
Baca SelengkapnyaTernyata dulunya bangunan ini merupakan istana peninggalan seorang konglomerat ternama se-Asia Tenggara.
Baca SelengkapnyaSetiap tahunnya 2 sampai 3 kapal India bersandar di Pariaman untuk mengirim kain kepada penduduk lokal.
Baca SelengkapnyaSalah satu daerah yang berada di paling barat Indonesia ini dulunya pernah disambangi oleh bangsa-bangsa Eropa.
Baca SelengkapnyaKawasan yang saat ini menjadi cagar budaya di Palembang dulunya sebuah lingkungan tempat tinggal bagi warga Tionghoa era kolonial Belanda.
Baca SelengkapnyaSekitar dua abad silam, geliat produksi logam ini terus meningkat hingga menjadi salah satu yang terbesar di dunia.
Baca SelengkapnyaMasyarakat Jawa percaya tembakau sudah hadir jauh masa sebelum kedatangan Penjajah Portugis.
Baca Selengkapnya