5.700 Tahun Lalu Manusia Bisa Angkat Batu Raksasa dengan Cara Ini
5.700 Tahun Lalu Manusia Bisa Angkat Batu Raksasa dengan Cara Ini
Ilmuwan selama ini penasaran dengan pertanyaan, bagaimana batu-batu besar dan berat itu dipindahkan oleh manusia pada masa 5.700 tahun lalu.
-
Bagaimana bentuk bebatuan di Situs Batu Panjang? Pengunjung bisa menyaksikan bentuk bebatuan yang menjulang tinggi, berbentuk pipih dan berbaring.
-
Kapan batu itu ditemukan? Batu berwarna cokelat kemerah-merahan yang agak gelap ini ditemukan di Maroko pada 2018 lalu.
-
Apa arti dari nama Batu Batikam? Melansir dari beberapa sumber, Batu Batikam jika diartikan ke dalam Bahasa Indonesia artinya batu yang tertusuk.
-
Apa yang dimaksud dengan batuan? Batuan merupakan kumpulan mineral. Mineral adalah kristal tunggal yang terdiri dari unsur-unsur seperti silikon, oksigen dan karbon.
-
Kapan jarum batu tersebut ditemukan? Enam artefak batu aneh ditemukan oleh para arkeolog yang sedang melakukan penggalian di dekat tepi Danau Xiada Co di Dataran Tinggi Tibet Barat pada 2020 lalu.
-
Kapan batuan beku dalam terbentuk? Batuan beku dalam terbentuk di dalam kerak bumi, di mana magma mendingin dan mengendap sebelum mencapai permukaan.
5.700 Tahun Lalu Manusia Bisa Angkat Batu Raksasa dengan Cara Ini
Sebuah penyelidikan terbaru yang melacak asal-usul batu-batu besar yang membentuk situs pemakaman Menga di selatan Spanyol menunjukkan tempat ini merupakan salah satu prestasi terbesar dalam teknik Neolitik Akhir.
Dalam penelitian yang dipublikasikan di Scientific Reports, kelompok peneliti menggunakan teknologi baru untuk mendalami lebih lanjut tentang batu yang digunakan dalam pembuatan situs pemakaman kuno ini dan untuk menyelidiki cara kayu dan tali digunakan dalam pembangunannya.
Dilansir Arkeonews, situs ini terletak dekat Antequera di Malaga, Andalusia, Spanyol. Menga merupakan bagian dari situs Warisan Dunia UNESCO yang terdiri dari tiga dolmen (batu besar megalitikum) yang dibangun antara tahun 3800 hingga 3600 SM.
Hal ini menjadi salah satu struktur megalitik terbesar di Eropa yang dibangun di puncak bukit dengan batu-batu besar. Menga terkenal dengan orthostatnya yang besar atau batu tegak, salah satunya memiliki berat hampir 150 ton.
Selama bertahun-tahun, para peneliti telah dihantui oleh pertanyaan tentang bagaimana nenek moyang, yang hanya memiliki alat-alat primitif, mampu memproses dan memindahkan blok bangunan sebesar dan seberat itu. Studi baru ini dirancang untuk mencari jawabannya.
Sejumlah ilmuwan telah melakukan studi penelitian terhadap komposisi batu yang digunakan oleh pembangun kuno. Penelitian ini memungkinkan mereka mengidentifikasi lokasi tambang tempat batu-batu itu kemungkinan diambil untuk dibawa ke lokasi konstruksi.
Dengan menerapkan teknik analisis petrografis dan stratigrafis, para peneliti menemukan mayoritas batu merupakan jenis calcarenites, yaitu "batuan sedimen detrital yang terikatnya sedikit, mirip dengan yang dikenal sebagai 'batuan lunak' dalam rekayasa sipil modern."
Melalui pemeriksaan petrologi, mereka mengenali lima jenis batu yang berbeda, termasuk calcirudites, calcarenites, dan brekia kapur, yang sesuai dengan fasies sedimen di Cerro de la Cruz. Batu-batu ini diambil dari suatu tempat tambang yang berjarak sekitar satu kilometer.
Dalam makalah mereka, para peneliti menyatakan, memindahkan dan membangun dolmen dari batu-batu sebesar ini, yang sangat berat dan rentan retak, memerlukan perencanaan yang sangat hati-hati dan pekerjaan rekayasa yang kompleks.
Hal ini terutama berlaku untuk batu penutup atau keystone, yang merupakan batu besar yang ditempatkan di atas ruang dan berfungsi sebagai atap dolmen.
Berdasarkan perhitungan, batu ini memiliki berat sekitar 150 ton. Para ilmuwan mengatakan mengangkat dan menempatkan batu ini di atas ruangan akan memerlukan perancah dan kabel yang kuat. Untuk mengangkut blok-blok sebesar ini tanpa merusaknya, jalan yang sangat rata akan diperlukan, suatu hal yang sulit dibayangkan 5.700 tahun lalu.
Kelompok peneliti juga mengungkapkan dolmen ini dengan sengaja diarahkan ke arah tertentu untuk menunjuk ke tujuan yang diinginkan.
Secara khusus, posisinya ditentukan menghadap ke pegunungan terdekat, menciptakan pola cahaya yang kompleks di dalam ruangan.
Lebih lanjut, ilmuwan masa kini menyimpulkan para insinyur kuno mengembangkan metode yang memungkinkan pemasangan batu-batu lebih kecil di sepanjang pinggiran ruangan. Batu-batu ini kemungkinan berfungsi sebagai perlindungan dolmen dari air dan mencegah erosi.
Tidak hanya mengidentifikasi sumber tambang Cerro de la Cruz dan melacak rincian logistik transportasinya, penelitian ini juga memberikan wawasan mendalam mengenai perencanaan yang luas, koordinasi tenaga kerja, keahlian teknis, dan perhitungan yang terlibat dalam pembangunan Menga.