77,6 Persen Daratan Bumi Jadi Lebih Gersang Secara Permanen, 5 Miliar Orang Terdampak
Temuan ini diterbitkan dalam laporan terbaru Konvensi PBB untuk Memerangi Desertifikasi (UNCCD) .
Laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperingatkan, perubahan iklim telah membuat tiga perempat daratan di Bumi atau 77,6 persen menjadi lebih kering secara permanen dalam 30 tahun terakhir.
Perluasan lahan kering ini lebih luas dari India hingga mencakup 40,6 persen daratan di Bumi, kecuali Antartika.
-
Bagaimana biologi membantu memahami masalah lingkungan seperti perubahan iklim? Selain sebagai ilmu dasar, bilogi juga membantu Anda untuk memahami fenomena masalah yang terjadi di lingkungan seperti perubahan iklim, wabah penyakit, dan lain sebagainya.
-
Apa itu perubahan iklim? Menurut PBB, perubahan iklim adalah mengacu pada perubahan jangka panjang dalam suhu dan pola cuaca. Pergeseran ini mungkin alami, seperti melalui variasi siklus matahari. Namun sejak tahun 1800-an, aktivitas manusia menjadi pendorong utama perubahan iklim, terutama akibat pembakaran bahan fosil seperti batu bara, minyak dan gas.
-
Bagaimana cara mengatasi perubahan iklim? Ada beberapa cara mengatasi perubahan iklim yang bisa dilakukan, di antaranya: Mengehmat Energi Salah satu cara mengatasi perubahan iklim adalah menghemat energi. Dengan menghemat energi, kita bisa mengurangi efek rumah kaca yang menyebabkan perubahan iklim.
-
Apa yang ditemukan oleh ilmuwan tentang air di Bumi? Penelitian yang bertujuan untuk menelusuri asal muasal air di bumi telah membawa para ilmuwan pada suatu penemuan yang benar-benar luar biasa—adanya samudera yang tersembunyi di dalam lapisan mantel bumi, 700 kilometer di bawah permukaan.
-
Bagaimana para ilmuwan berhasil memetakan Sungai Atmosfer? Para peneliti dari University of California telah menggabungkan data dari berbagai satelit untuk membuat peta koridor uap air yang luas ini. Tim dipimpin oleh ilmuwan atmosfer, yaitu Weiming Ma.
-
Dimana BRIN melakukan penelitian tentang ketahanan tembakau terhadap kadar air tanah yang tinggi? Lokasi penelitian itu berada di sentra industri tembakau nasional di Temanggung, Jawa Tengah.
Temuan ini diterbitkan dalam laporan terbaru Konvensi PBB untuk Memerangi Desertifikasi (UNCCD) dan memperingatkan jika tren ini terus berlanjut, 5 miliar orang akan hidup di lahan kering pada akhir abad ini – yang akan menyebabkan berkurangnya tanah, menyusutnya sumber daya air, dan runtuhnya ekosistem penting.
“Untuk pertama kalinya, krisis kekeringan telah didokumentasikan dengan jelas secara ilmiah, mengungkapkan ancaman nyata yang mempengaruhi miliaran orang di seluruh dunia,” jelas Sekretaris Eksekutif UNCCD, Ibrahim Thiaw, dalam sebuah pernyataan, dikutip dari Live Science, Senin (9/12).
"Kekeringan sudah berakhir. Namun, ketika iklim di suatu wilayah menjadi lebih kering, kemampuan untuk kembali ke kondisi sebelumnya hilang. Iklim yang lebih kering yang kini mempengaruhi wilayah luas di seluruh dunia tidak akan kembali seperti semula dan perubahan ini mendefinisikan ulang kehidupan di Bumi."
Wilayah Terdampak
Ketika perubahan iklim menyebabkan kenaikan suhu di seluruh dunia, air lebih mudah menguap dari permukaannya, dan atmosfer semakin mempunyai kapasitas untuk menyerapnya.
Hal ini mendorong sebagian besar wilayah bumi ke dalam kondisi yang semakin gersang – secara permanen mengubah hutan yang tadinya hijau menjadi padang rumput gersang dan menghilangkan kelembapan yang diperlukan untuk kehidupan dan pertanian.
- Peringati Hari Anak Sedunia 2024, Jadi Momen Penting untuk Ciptakan Dunia yang Lebih Baik bagi Generasi Muda
- Indonesia Jadi Negara Paling Aman Jika Terjadi Perang Dunia III, Ini Daftar 9 Negara Lainnya
- Datanya Mengerikan, PBB Rilis Laporan Dampak Perang terhadap Perempuan dan Anak-Anak di Seluruh Dunia
- BPBD Catat Kerugian Sementara Bencana Sumbar Mencapai Rp108,38 Miliar
Menurut laporan ini, kekeringan kini mempengaruhi 40 persen lahan pertanian dunia dan 2,3 miliar orang, menyebabkan kebakaran hutan yang semakin intensif, hancurnya pertanian, dan memicu meningkatnya migrasi massal. Wilayah yang terkena dampak paling parah mencakup hampir seluruh Eropa, Amerika Serikat bagian barat, Brasil, Asia Timur, dan Afrika Tengah.
Solidaritas Global
Untuk mengatasi krisis ini, diperlukan peta jalan komprehensif, selain mengurangi emisi karbon secara drastis, yaitu mencakup peningkatan pemantauan kekeringan, penggunaan lahan dan air yang lebih baik, dan mendorong ketahanan dan kerja sama dalam dan antar komunitas di seluruh dunia.
“Tanpa upaya bersama, miliaran orang menghadapi masa depan yang ditandai dengan kelaparan, pengungsian, dan penurunan ekonomi,” kata kepala ilmuwan UNCCD, Barron Orr.
“Namun, dengan menerapkan solusi inovatif dan memupuk solidaritas global, umat manusia dapat bangkit menghadapi tantangan ini. Pertanyaannya bukanlah apakah kita memiliki alat untuk meresponsnya – namun apakah kita memiliki kemauan untuk bertindak.”