Ada Zona Kematian di Padang Gurun Ini, Ilmuwan Bongkar Misteri Fenomena "Lingkaran Peri"
Ada Zona Kematian di Padang Gurun Ini, Ilmuwan Bongkar Misteri Fenomena "Lingkaran Peri"
Para ahli meneliti lingkaran peri yang khas di Kamberg, Namibia selama musim hujan tahun 2024.
-
Di mana Gurun Namib terletak? Gurun Namib yang terletak di sebagian Namibia, Afrika Selatan, dan Angola ini diakui sebagai gurun tertua di dunia, dengan perkiraan usia minimal 55 juta tahun, namun kemungkinan besar lebih tua.
-
Di mana letak Gurun Namib? Gurun ini membentang sekitar 1.600 km di sepanjang pantai barat Afrika di antara tiga negara, di beberapa tempat yang paling kering, tenang, dan tidak ramah lingkungan di Bumi.
-
Kapan Gurun Namib diperkirakan terbentuk? Gurun Namib yang terletak di sebagian Namibia, Afrika Selatan, dan Angola ini diakui sebagai gurun tertua di dunia, dengan perkiraan usia minimal 55 juta tahun, namun kemungkinan besar lebih tua.
-
Bagaimana penemuan "Gerbang Neraka" bisa terjadi? Tempat ini digali pertama kali pada tahun 1960-an.
-
Apa yang terjadi di Gurun Sahara? Salah satu tempat paling gersang di dunia berubah menjadi hijau setelah curah hujan yang tidak biasa.
-
Kenapa "Gerbang Neraka" disebut demikian? Julukan "gerbang neraka" disematkan warga lokal karena ngerinya sejarah tempat ini.
Ada Zona Kematian di Padang Gurun Ini, Ilmuwan Bongkar Misteri Fenomena "Lingkaran Peri"
Penelitian tersebut berfokus pada rumpun rumput setinggi 80 cm di tepian lingkaran peri.
Rumpun ini menggunakan hujan yang turun terlebih dahulu dan memiliki keunggulan kompetitif yang sangat besar karena ukurannya.
Dengan akarnya yang kuat pada kedalaman 20 cm hingga 30 cm, mereka mampu menyedot air tanah di lingkaran peri, membuatnya kering dan kemudian ditumbuhi rumput segar.
Lingkaran peri di Namibia adalah area misterius yang melingkar dan gundul di padang rumput kering di tepi Gurun Namib.
- Misteri 250 Tahun Terpecahkan, Ilmuwan Ungkap Asal-Usul Kecoak Ternyata Ada Hubungan dengan Manusia
- Bulan Terbuat dari Apa? Ilmuwan Akhirnya Punya Jawabannya, Ternyata Mirip Bumi
- Dapat Petunjuk dari Lukisan, Ilmuwan Akhirnya Paham Bagaimana Piramida Mesir Dibangun
- Mana Lebih Dulu Ada di Mesir: Mumi atau Piramida? Ilmuwan Punya Jawabannya
Pembentukannya telah diteliti selama beberapa dekade dan baru-baru ini menjadi bahan perdebatan.
Dengan penelitian lapangan yang ekstensif, para peneliti dari Universitas Göttingen di Jerman dan Universitas Ben Gurion di Israel menyelidiki bagaimana rumput yang baru berkecambah mati di dalam lingkaran peri.
Para peneliti menggambarkan lapisan tanah atas sebagai "zona kematian" bagi rumput segar di lingkaran peri.
Hasil penelitian mereka menunjukkan rumput layu karena kekurangan air di dalam lingkaran peri.
Lapisan tanah atas, yang terdiri dari 10 hingga 12 sentimeter bagian atas tanah, bertindak sebagai semacam "zona kematian" di mana rumput segar tidak dapat bertahan lama. Rumput baru akan mati antara 10 hingga 20 hari setelah hujan.
Menurut para peneliti, fakta bahwa rumput tersebut tidak menunjukkan tanda-tanda kerusakan akibat rayap membantah teori yang ada. Hasilnya dipublikasikan dalam jurnal Perspectives in Plant Ecology, Evolution, and Systematics.
Untuk penelitian ini, para ilmuwan menganalisis 500 individu tanaman rumput di empat wilayah di Namib dengan melakukan pengukuran panjang akar dan daun, melakukan analisis statistik, serta mengumpulkan dan membandingkan bukti foto.
Mereka juga melakukan beberapa ratus pengukuran kelembapan tanah selama atau setelah musim hujan tahun 2023 dan 2024.
Rumpun rumput yang besar dan abadi di tepi lingkaran peri dapat mengakses air tanah hingga kedalaman 20 hingga 30 sentimeter.
Rumpun rumput ini dengan cepat berubah menjadi hijau setelah hujan karena memiliki sistem perakaran yang berkembang dengan baik.
Rumpun rumput ini mengambil air dari lapisan tanah dalam, sedangkan rumput baru kehilangan sedikit air melalui transpirasi dan tidak dapat menarik lebih banyak air.
Sebaliknya, rumpun rumput yang besar dan abadi yang tumbuh di tepi lingkaran peri mendapatkan keuntungan karena dapat mengakses air tanah hingga kedalaman 20 hingga 30 sentimeter ke bawah.
Rumpun rumput ini dengan cepat menjadi hijau setelah hujan. "Dengan sistem perakaran yang berkembang dengan baik, rumpun rumput ini menyerap air dengan sangat baik.
Setelah hujan, mereka memiliki keunggulan kompetitif yang sangat besar dibandingkan rumput yang baru berkecambah di lingkaran peri.
Rumput baru hanya kehilangan sejumlah kecil air melalui transpirasi dari daun-daunnya yang kecil, sehingga tidak memiliki daya hisap yang cukup untuk menarik air baru dari lapisan tanah yang lebih dalam," jelas penulis pertama, Dr Stephan Getzin, dari Departemen Pemodelan Ekosistem Universitas Göttingen.
Data pengukuran juga menunjukkan bahwa konduktivitas fisik air tinggi pada 20 hari pertama setelah hujan, terutama di lapisan atas tanah, dan menurun seiring dengan bertambahnya kedalaman.
Akibatnya, rumpun rumput terutama mengambil air dari 10 hingga 20 sentimeter bagian atas tanah.
Getzin mengatakan: "Inilah penyebab kematian rumput baru di lingkaran peri. Pengukuran kelembaban tanah yang terus menerus selama beberapa tahun mendukung kesimpulan ini.
Hal ini karena air tanah di lingkaran peri hanya berkurang dengan cepat seiring dengan menguatnya dan tumbuhnya kembali rumput di sekitarnya setelah hujan."
Menurut para peneliti, hal ini menunjukkan fungsi dasar lingkaran peri sebagai sumber air bagi rumput Namib yang mengalami kekeringan.
Bentuk lingkaran peri yang bulat dibentuk oleh rumput itu sendiri, karena hal ini menciptakan pasokan air tanah yang maksimal untuk dirinya sendiri.