Arkeolog Terpukau Lihat Mumi Gadis Remaja 15 Tahun, Jasadnya Masih Awet dan Utuh Meski Meninggal 500 Tahun Lalu
Mumi gadis remaja ini ditemukan bersama dua pengiring; mumi bocah perempuan dan bocah laki-laki.
Mumi gadis remaja ini ditemukan bersama dua pengiring; mumi bocah perempuan dan bocah laki-laki.
-
Apa yang ditemukan arkeolog di Peru? Arkeolog di Peru menemukan kuil yang digunakan untuk upacara berusia 4.000 tahun. Selain itu, ditemukan juga kerangka manusia di dalam kuil tersebut.
-
Apa yang ditemukan para arkeolog Peru di situs Pachacamac? Para ahli arkeologi di Peru baru-baru ini menemukan makam yang berisi lebih dari 73 mumi manusia yang berasal dari sekitar 1.000 tahun yang lalu, jauh sebelum Kekaisaran Inca mendominasi wilayah Amerika Selatan bagian barat.
-
Siapa yang memimpin penelitian arkeologi di situs Pachacamac? Penemuan ini disampaikan Krzysztof Makowski, kepala penelitian arkeologi di situs tersebut dan seorang arkeolog di Universitas Katolik Kepausan Peru, dalam sebuah unggahan di blog Archeowiesci, yang dikelola oleh Fakultas Arkeologi Universitas Warsawa.
-
Apa yang ditemukan oleh para arkeolog di Pegunungan Andes? Arkeolog menemukan sebuah lingkaran batu misterius di Pegunungan Andes.
-
Apa yang ditemukan para arkeolog di bawah bukit pasir di Peru? Para arkeolog menemukan reruntuhan kuil upacara berusia 5.000 tahun dan sisa-sisa kerangka manusia di bawah bukit pasir di Peru.
-
Apa yang ditemukan para arkeolog di Inggris? Temuan ini disebut satu-satunya di dunia, telur yang masih utuh dengan cairan putih dan kuningnya. Ini satu-satunya telur di dunia yang ditemukan dalam kondisi utuh kendati telah berumur 1.700 tahun.
Arkeolog Terpukau Lihat Mumi Gadis Remaja 15 Tahun, Jasadnya Masih Awet dan Utuh Meski Meninggal 500 Tahun Lalu
Para arkeolog terpukau melihat mumi seorang gadis remaja berusia 15 tahun. Mumi tersebut ditemukan lebih dari 500 tahun setelah kematiannya.
Hal yang membuat para arkeolog terpukau adalah kondisi mumi tersebut yang masih utuh.
Dikenal sebagai 'The Maiden' atau 'Perawan', mumi gadis Inca itu ditemukan oleh para arkeolog di Argentina pada tahun 1999, seperti dilansir UNILAD.
Dia ditemukan bersama dua anak lainnya yang kemudian dikenal sebagai 'anak laki-laki' dan 'gadis pencerahan', yang semuanya diyakini ditinggalkan di puncak gunung sebagai persembahan kepada para dewa.
Jasad ketiga remaja tersebut tidak secara sengaja diawetkan, melainkan keutuhan jasadnya disebabkan oleh cuaca dingin di puncak gunung. Ini membuat sebagian besar organ, darah, kulit, dan bahkan fitur wajah mereka tidak rusak.
Gadis itu mengenakan tunik upacara dan hiasan kepala, pakaian yang menurut laporan National Geographic merupakan tanda statusnya sebagai pembawa pesan ke surga.
Salah satu pemimpin ekspedisi, Johan Reinhard, terpukau dengan penemuan tersebut, menyebutnya sebagai "mumi terbaik yang pernah saya lihat."
- Arkeolog Temukan Peti Mati Berisi Peti Mati Lainnya Berusia 4.000 Tahun, Isinya Jenazah Pendeta Wanita Mesir Kuno
- Arkeolog Temukan Mozaik Marmer Bekas Vila Romawi Kuno, Keindahannya Tak Pudar Meski Tenggelam Ribuan Tahun
- Arkeolog Temukan Kuil Berusia 4.000 Tahun Bersama Kerangka Manusia, Terkubur di Bawah Gurun Pasir
- Arkeolog Temukan Harta Karun dari Zaman Perunggu yang Sengaja Dikubur, Ada Gelang sampai Mata Tombak Berusia 3.500 Tahun
Selain terlihat hampir persis seperti 500 tahun yang lalu, The Maiden memberikan para ilmuwan wawasan tentang makanan yang dapat diakses oleh masyarakat Inca.
Menurut para ilmuwan, gadis tersebut meminum tuak dari jagung, yang menurut para ilmuwan mungkin digunakan untuk membuatnya tertidur. Ada juga potongan daun koka di mulutnya, yang dikunyah suku Inca untuk membantu mengurangi efek penyakit ketinggian saat mereka mendaki gunung.
Gadis ini ditemani seorang bocah perempuan berusia enam tahun, dengan luka bakar di wajah dan tubuh bagian atasnya karena tersambar petir.
Sedangkan mumi bocah laki-laki tersebut berumur tujuh tahun.
Meskipun anak-anak tersebut menjadi tumbal, hal ini diyakini sebagai suatu kehormatan di komunitas mereka.
Menurut keyakinan bangsa Inca, anak-anak tersebut tidak mati, melainkan bergabung dengan nenek moyang mereka untuk menjaga desa mereka.
Hanya anak-anak yang sehat dan cantik yang ditumbalkan. Tes DNA menunjukkan bahwa ketiga anak yang dipilih untuk pengorbanan khusus ini tidak memiliki hubungan keluarga.