Ilmuwan Temukan Bagaimana Nenek Moyang Manusia Bertahan dari Iklim Dingin Saat Keluar dari Benua Afrika
Ilmuwan Temukan Bagaimana Nenek Moyang Manusia Bertahan dari Iklim Dingin Saat Keluar dari Benua Afrika
Saat manusia bermigrasi dari benua Afrika 70.000 tahun lalu, mereka berubah dari pemburu dan pengumpul menjadi masyarakat agraris dan penggembala.
-
Kapan benua ini tenggelam? Sekitar 70.000 tahun yang lalu, daratan luas yang kini tenggelam di lepas pantai Australia kemungkinan pernah ditinggali setengah juta manusia.
-
Mengapa Danau Yoa penting? Danau Yoa menjadi penting karena lokasinya tepat di bagian dunia yang sangat gersang.
-
Apa itu perubahan iklim? Menurut PBB, perubahan iklim adalah mengacu pada perubahan jangka panjang dalam suhu dan pola cuaca. Pergeseran ini mungkin alami, seperti melalui variasi siklus matahari. Namun sejak tahun 1800-an, aktivitas manusia menjadi pendorong utama perubahan iklim, terutama akibat pembakaran bahan fosil seperti batu bara, minyak dan gas.
-
Bagaimana suhu terdingin di Oymyakon tercatat? Oymyakon, Rusia Hari terdingin di tempat ini pernah tercatat pada 1924, ketika suhu merosot menjadi minus 71,2 derajat Celcius.
-
Mengapa benua ini tenggelam? “Kita berbicara tentang lanskap yang cukup terendam, lebih dari 100 meter di bawah permukaan laut saat ini,” Kasih Norman, arkeolog Universitas Griffith di Queensland, Australia, dan penulis utama studi baru ini, kepada Live Science.
-
Kapan Danau Tempe terbentuk? Dikutip dari kanal YouTube Balai Arkeologi Sulawesi Selatan, Danau Tempe terbentuk sekitar 10.000 tahun lalu atau pada Kala Holosen.
Ilmuwan Temukan Bagaimana Nenek Moyang Manusia Bertahan dari Iklim Dingin Saat Keluar dari Benua Afrika
Ilmuwan menemukan peran sebuah gen yang membuat manusia purba mampu beradaptasi terhadap iklim yang lebih dingin hingga mereka mampu bertahan hidup saat berpindah dari Afrika.
Manusia modern bermigrasi keluar dari Afrika sekitar 70.000 tahun lalu, dan hampir semua orang yang saat ini tinggal di luar benua itu diperkirakan merupakan keturunan dari para pionir awal tersebut.
Karena Afrika melindungi nenek moyang manusia dari kondisi dingin ekstrem pada zaman es lampau, mereka kehilangan bulu tubuh tebal mereka dan beradaptasi dengan panas benua itu.
Namun, saat manusia bermigrasi ke daerah yang lebih dingin, mereka berubah dari pemburu dan pengumpul menjadi masyarakat agraris dan penggembala.
- Ilmuwan Ungkap Perubahan Iklim Bisa Picu Perceraian Hewan, Begini Penjelasannya
- Ilmuwan Temukan Jejak Tapak Kaki Manusia Tertua di Dunia Berusia 153.000 Tahun, di Sini Lokasinya
- Dampak Perubahan Iklim pada Kesehatan Manusia, Bisa Picu Penyakit Kronis
- Sains Ungkap Cara ini Meningkatkan Peluang Hidup Manusia 90 Persen jika Tersambar Petir
Perubahan itu memaksa mereka beradaptasi dan memainkan peran penting dalam membentuk evolusi dan keanekaragaman manusia.
Namun, masih belum jelas bagaimana tepatnya manusia purba yang bermigrasi
dari Afrika menjaga tubuh mereka tetap hangat saat mereka pindah ke iklim yang sangat dingin.
Penelitian selama dua dasawarsa terakhir menunjukkan variasi DNA dalam massa lemak dan gen FTO yang terkait dengan obesitas dikaitkan dengan berkurangnya kapasitas pembangkitan panas dari sekumpulan sel lemak manusia.
Tikus tanpa perubahan gen ini – disebut varian tipe C – tampak menunjukkan peningkatan produksi panas dalam jaringan lemak cokelat mereka dan beberapa resistensi terhadap obesitas yang disebabkan oleh pola makan berlemak tinggi.
Ilmuwan berspekulasi varian tersebut dapat dikaitkan dengan adaptasi mamalia seperti manusia terhadap lingkungan dingin.
Dalam studi terbaru, peneliti menganalisis frekuensi varian gen di antara berbagai kelompok leluhur manusia dan menemukan korelasi terbalik yang "menonjol" antara frekuensi varian C dan suhu kulit bumi rata-rata pada bulan Januari.
Hal ini menunjukkan "semakin dingin lokasinya, semakin tinggi frekuensi varian ini".
Pergeseran frekuensi varian C pada populasi manusia awal melacak "peta rute migrasi manusia modern," kata ilmuwan, seperti dilansir the Independent.
Perubahan substansial dalam frekuensi varian C saat populasi berpindah dari Afrika ke Eurasia dapat disebabkan oleh manusia yang dipaksa beradaptasi dengan berbagai tingkat stres dingin, kata mereka.
Manusia dengan variasi gen ini dapat memiliki peningkatan produksi panas tubuh di iklim dingin, yang memberi mereka keuntungan bertahan hidup.
Ini bisa jadi salah satu dari banyak variasi gen yang membantu manusia purba beradaptasi dengan lingkungan dingin, kata ilmuwan, seraya menambahkan diperlukan penelitian lebih lanjut tentang lintasan evolusi manusia ini.
"Seperti lukisan batu yang menghiasi dinding Gua Blombos, DNA kita berfungsi sebagai perekam setia setiap peristiwa penting di sepanjang jalur rumit evolusi manusia," kata ilmuwan.