Ilmuwan Ungkap Paus Sperma Ciptakan Alfabet Sendiri untuk Komunikasi Satu Sama Lain, Begini Cara Kerjanya
Selama puluhan tahun para ilmuwan telah berusaha untuk memahai bagaimana paus sperma berkomunikasi.
Selama puluhan tahun para ilmuwan telah berusaha untuk memahai bagaimana paus sperma berkomunikasi.
-
Bagaimana ilmuwan berkomunikasi dengan paus bungkuk? Brenda McCowan, seorang profesor di Fakultas Kedokteran Hewan UC Davis, mengungkapkan bahwa panggilan kontak paus bungkuk mirip dengan sapaan manusia. Tim peneliti mengirimkan panggilan kontak sebanyak 36 kali dengan interval yang bervariasi, dan Twain selalu merespons dengan pola yang serupa.
-
Kapan ilmuwan berhasil berkomunikasi dengan paus? Twain, seekor paus bungkuk, merespons panggilan kontak ilmuwan selama 20 menit dengan sangat konsisten, menunjukkan kemungkinan pertukaran informasi yang disengaja.
-
Apa yang ditemukan oleh ilmuwan tentang cara gajah berkomunikasi? Penelitian terbaru mengungkapkan gajah mungkin memiliki kemampuan mengejutkan, yaitu memanggil satu sama lain dengan menggunakan nama masing-masing.
-
Bagaimana ilmuwan mempelajari cara berkomunikasi dengan alien dengan mempelajari paus bungkuk? Mirip dengan cara tim astronot mempraktikkan misi ke Mars atau bulan di Bumi, tim Whale-SETI mempelajari cara paus bungkuk berkomunikasi untuk meningkatkan kemampuan mengenali dan memahami sinyal dari luar angkasa.
-
Mengapa ilmuwan percaya bahwa paus bungkuk bisa berkomunikasi? Twain, seekor paus bungkuk, merespons panggilan kontak ilmuwan selama 20 menit dengan sangat konsisten, menunjukkan kemungkinan pertukaran informasi yang disengaja.
-
Kenapa para ilmuwan mempelajari cara berkomunikasi dengan paus bungkuk? Berkolaborasi dengan paus bungkuk memberikan kesempatan khusus untuk mengeksplorasi cara kerja komunikasi pada spesies non-manusia atau alien.
Ilmuwan Ungkap Paus Sperma Ciptakan Alfabet Sendiri untuk Komunikasi Satu Sama Lain, Begini Cara Kerjanya
Para ilmuwan yang mempelajari paus sperma menemukan hewan ini berkomunikasi melalui semacam “alfabet fonetik”, yang memungkinkan mereka membuat padanan kasar dari apa yang manusia sebut sebagai kata dan frasa.
Penelitian yang diterbitkan pada Selasa dalam jurnal Nature Communications ini melibatkan paus sperma yang hidup di sekitar pulau Karibia, Dominika.
Para peneliti menggambarkan bagaimana paus sperma berkomunikasi dengan menekan udara melalui sistem pernapasan mereka untuk membuat bunyi klik cepat yang menyerupai kode Morse, dengan serangkaian suara yang membentuk dasar bahasa.Penulis utama penelitian, Pratyusha Sharma menyampaikan, penelitian menunjukkan "ekspresivitas" teriakan paus sperma lebih besar dari perkiraan sebelumnya.
"Kami belum tahu apa yang mereka katakan. Kami sedang meneliti teriakan itu dalam konteks tingkah laku mereka untuk memahami selanjutnya apa yang paus sperma mungkin sedang komunikasikan," jelasnya, dikutip dari Al Jazeera, Minggu (12/5).
Selama puluhan tahun para ilmuwan telah berusaha untuk memahai bagaimana paus sperma berkomunikasi. Para peneliti, bagian dari tim pembelajaran mesin Project CETI (Cetacean Translation Initiative) menciptakan studio rekaman bawah air yang sangat besar dilengkapi mikrofon di setiap kedalaman yang berbeda untuk meneliti teriakan sekitar 60 ekor paus sperma yang ditandai untuk memastikan apakah mereka sedang menyelam, tidur atau bernapas di permukaan saat mereka berteriak atau mengeluarkan suara.
- Ilmuwan Ungkap Ukuran Otak Pada Anjing Penentu Tingkat Kecerdasan, Hasil Temuannya Mengejutkan
- Pertama Kali Paus Bungkuk Ini Tiba-tiba Bisa Merespons Obrolan Manusia, Bikin Ilmuwan Kaget
- Apakah Sperma Bisa Menghilangkan Jerawat? Begini Penjelasan Medisnya
- Ilmuwan Klaim Telah Berhasil Komunikasi dengan Paus Selama 20 Menit dengan Bahasa Ikan
Setelah menganalisis lebih dari 8.700 potongan suara paus sperma, yang dikenal sebagai codas, para peneliti mengklaim telah menemukan empat komponen dasar yang membentuk “alfabet fonetik”.
Sharma mengatakan alfabet dapat digunakan oleh paus dalam jumlah kombinasi yang tidak terbatas, seperti halnya manusia menggabungkan suara untuk menghasilkan kata dan kata untuk menghasilkan kalimat.
Pendiri dan Presiden CETI, David Gruber mengatakan jutaan dan mungkin miliaran kode paus diperlukan untuk mengumpulkan cukup data guna mencoba memahami apa yang dikatakan paus, namun ia mengharapkan kecerdasan buatan (AI) dapat membantu mempercepat analisis. Gruber menambahkan, populasi paus sperma lainnya, yang ditemukan di lautan dalam mulai dari Arktik hingga Antartika, kemungkinan besar berkomunikasi dengan cara yang sedikit berbeda.
Gruber mengatakan mereka tampaknya memiliki ikatan sosial yang canggih dan menguraikan sistem komunikasi mereka dapat mengungkap kesamaan dengan bahasa manusia dan masyarakat.
Namun komunikasi antara manusia dan paus sperma masih jauh.
“Saya pikir masih banyak penelitian yang harus kita lakukan sebelum kita mengetahui apakah mencoba berkomunikasi dengan mereka merupakan ide yang baik, atau bahkan mengetahui apakah hal itu mungkin terjadi,” kata rekan penulis studi Jacob Andreas.
Jeremy Goldbogen, profesor kelautan di Universitas Stanford di Amerika Serikat, menyebut penelitian baru ini “luar biasa”, dan mengatakan bahwa penelitian tersebut memiliki “implikasi besar terhadap cara kita memahami raksasa lautan”.
Dia mengatakan, penelitian itu juga harus digunakan untuk tujuan konservasi, seperti meminimalkan risiko mamalia laut tertabrak kapal atau mengurangi tingkat kebisingan di laut.