Kota Kuno Terbesar di Dunia Ternyata Dekat Indonesia, Luasnya 5 Kali New York City
Kota kuno terbesar sepanjang masa berada di Asia Tenggara, Angkor.
Kota kuno terbesar sepanjang masa berada di Asia Tenggara, Angkor. Kota ini dibangun pada tahun 8 Masehi dan berada di Kamboja.
Angkor merupakan ibu kota Kekaisaran Khmer kuno dan dikenal juga sebagai "Kota Kuil", dikutip dari laman Ancient Origins, Rabu (1/2).
-
Kapan bunga kamboja mekar? Dengan perawatan yang tepat, adenium swazicum akan memberikan pemandangan yang cantik di halaman atau taman Anda.
-
Kenapa Sambal Beser digemari? Walau begitu, cita rasa sambal yang memakai ini diklaim lebih pedas dan segar dibanding jenis olahan tanpa hewan beser.
-
Kenapa nasi goreng sayur Kamboja menggunakan nasi dingin? Agar rasa dan tekstur nasi goreng makin prima, gunakan nasi dingin sisa semalam yang sudah agak kering.
-
Siapa Mbah Joget? Dilansir dari kanal YouTube Tri Anaera Vloger, Mbah Joget sendiri merupakan seorang penari atau ronggeng pada masa kolonial Belanda.
-
Bagaimana Bulog mempersiapkan diri untuk kerja sama pangan dengan Kamboja? Bulog telah berkomunikasi dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia di PnomPenh dan dengan beberapa pelaku usaha beras di Kamboja dan negara sekitarnya.
-
Bagaimana cara membuat nasi goreng sayur Kamboja agar rasa dan teksturnya sempurna? Agar rasa dan tekstur nasi goreng makin prima, gunakan nasi dingin sisa semalam yang sudah agak kering.
Di dalam kota Angkor terdapat kuil besar dan megah, sistem irigasi, jalan, dan bangunan-bangunan indah. Ini merupakan ciri Angkor.
Survei laser dari udara atau LiDAR mengungkapkan kota ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan. LiDAR menggunakan laser, pemindah, dan optik untuk memotret objek dan lanskap dalam resolusi sangat tinggi dan mengungkap detail sebuah objek yang tidak bisa tertangkap dengan teknik lainnya.
Data yang dikumpulkan menggunakan LiDAR mengungkapkan, jaringan urban Angkor sangat besar. Apa yang terlihat saat ini hanya bagian kecil dari kota yang masih terkubur di bawah tanah, menurut Dr Damian Evans dari Universitas Sydney.
Sejak ditemukan kembali pada 1860, penggalian masih terus berlangsung. Diyakini di kawasan ini terkubur kuil-kuil termasuk kuil setinggi 487 meter Phnom Kulen.
Arkeolog dan asisten direktur Greater Angkor Project, Christope Pottier mengatakan menurut analisis baru, ada ratusan atau bahkan ribuan permukiman, gundukan, telaga, jalan, dan blok urban di kota kuno tersebut.
"Area pendudukan padat ini jauh lebih besar dari yang kita perkirakan," jelasnya, dikutip dari NBC News.
Dulunya kota ini dan sekitarnya diperkirakan dihuni 1 juta orang. Angkor berkembang sampai abad ke-15 dan tiba-tiba secara misterius kota ini ditinggalkan. Luas kota ini secara keseluruhan diperkirakan lima kali New York City.
Yang paling terkenal di kota ini adalah Angkor Wat, kuil yang dibangun antara tahun 1113 dan 1150 dengan tinggi 65 meter dan luasnya 200 hektar.
Setelah kota ini ditinggalkan, daerah ini menjadi hutan belantara. Di masa lalu, para peneliti berusaha menyelidiki kota ini menggunakan radar dan citra satelit, tapi banyak jejak kota ini tetap tersembunyi.
Penelitian menggunakan teknik LiDAR mulai dilakukan Pottier dan tim pada 2012. Tim menggunakan helikopter dan mengirimkan miliaran berkas sinar laser yang mampu melewati ruang-ruang kecil di antara kanopi hutan lebat untuk menembus bumi di bawahnya. Sinar yang dipantulkan kemudian dianalisis untuk menentukan apakah cahaya memantul dari daun, tanah atau fitur lainnya.
Pottier mengatakan pusat kota yang padat jauh lebih besar dari yang diperkirakan: sekitar 70 kilometer persegi. Pusat kota diperkirakan menampung 500.000 penduduk.
Angkor Wat
Kuil ini dibangun untuk menghormati dewa Hindu, Wisnu, yang kemudian pindah menjadi penganut Buddha. Angkor Wat berubah menjadi tempat suci umat Buddha pada abad ke-13 dan Buddha masih dipraktekkan sampai saat ini.
Dikutip dari laman Nothing Familiar, sejarah terkait Angkor Wat saat ini berdasarkan catatan dari penjelajah China, Zhou Daguan pada abad ke-13. Daguan diutus sebagai diplomat pada tahun 1296 untuk menyampaikan dekrit kepada Raja Indravarman III. Dia kemudian menuliskan pengalamannya selama setahun tinggal di kota kuno tersebut.
Hubungan dagang dengan China menjadi sumber utama perekonomian orang-orang Khmer saat itu. Warga membuat berbagai barang kerajinan untuk dijual, tapi sebagian besar warga Angkor sebagai petani, khususnya padi.
Surplus beras dan ikan dimanfaatkan sebagai mata uang dan diekspor ke luar kekaisaran Angkor Wat. Perempuan banyak terjun sebagai pedagang dan ini masih berlangsung sampai hari ini di Kamboja dan negara Asia Tenggara lainnya.
(mdk/pan)