Kota Kuno Terbesar di Dunia Ini Hilang Pada Abad ke-13, Peneliti Temukan Penyebabnya Ternyata Bukan Perubahan Iklim
Kota kuno itu mampu menampung lebih dari 50.000 orang di masa pra-Columbus.
Cahokia, salah satu kota kuno terbesar di dunia yang saat ini berada di St Louis, Amerika Serikat, tidak tiba-tiba menghilang akibat perubahan iklim pada akhir abad ke-13 seperti yang diperkirakan sebelumnya.
Pemukiman pra-Columbus, yang menampung lebih dari 50.000 orang dengan jalan yang rumit, alun-alun umum, dan bahkan sebuah observatorium astronomi, secara bertahap ditinggalkan karena penduduknya pindah untuk mencari peluang yang lebih baik. Demikian menurut penelitian yang diterbitkan dalam jurnal The Holocene.
-
Mengapa kota kuno itu ditemukan? “Situs ini menjadi pusat penting di tingkat regional kemungkinan selama periode Klasik (tahun 250-1000 M).
-
Mengapa kota tertua di dunia ditinggalkan? Menurut penulis studi, hal ini mungkin mengindikasikan orang-orang memutuskan untuk meninggalkan kota-kota primordial setelah mimpi egaliter mulai memudar.
-
Bagaimana kota kuno itu ditemukan? Pada 1981 proyek perataan tanah membuat bukit di Paleokastro rusak dan memperlihatkan sejumlah bagian bangunan kuno, unsur arsitektural, relief, dan prasasti dari abad ke-3 Masehi.
-
Di mana kota kuno itu ditemukan? Para arkeolog baru-baru ini menemukan sebuah kota kuno di Palaiokastro, Serres, Yunani.
-
Dimana kota kuno ini ditemukan? Di hutan terpencil El Mirador, Guatemala, para peneliti telah menemukan jaringan kota kuno yang saling terhubung, mengubah pandangan tentang peradaban masa lalu.
Hingga saat ini, ilmuwan mengira penduduk Cahokia meninggalkan pemukiman itu setelah perubahan iklim memicu kekeringan berkepanjangan dan gagal panen besar-besaran.
Namun, para peneliti dari Universitas Washington di St Louis menemukan, penduduk Cahokia terampil dan tangguh untuk beradaptasi dengan perubahan iklim dan kemungkinan memiliki alasan lain untuk meninggalkan kota tersebut.
Jejak atom karbon
Dalam penelitian baru itu, ilmuwan memeriksa atom karbon yang tertinggal dari fosil tanaman yang tumbuh ketika populasi kota kuno itu runtuh dan kekeringan umum terjadi di seluruh Midwest.
Tumbuhan yang beradaptasi dengan kekeringan seperti rumput padang rumput dan jagung menyerap karbon ke dalam tubuh mereka pada tingkat yang meninggalkan jejak yang jelas dibandingkan dengan tanaman yang dipanen oleh orang Cahokia untuk makanan seperti labu, goosefoot, dan sumpweed.
Dengan menganalisis jejak atom karbon di situs arkeologi Cahokia, ilmuwan menemukan tidak ada perubahan radikal dalam jenis tanaman yang tumbuh di daerah tersebut selama apa yang dianggap sebagai periode kekeringan.
"Kami tidak melihat bukti rumput padang rumput mengambil alih, yang kami harapkan dalam skenario di mana gagal panen yang meluas terjadi," kata rekan penulis studi Natalie Mueller.
"Mungkin saja mereka tidak benar-benar merasakan dampak kekeringan," kata Caitlin Rankin, penulis studi lainnya, seperti dilansir the Independent.
Para peneliti sekarang menduga masyarakat yang canggih hampir pasti memiliki sistem penyimpanan untuk biji-bijian dan makanan lain yang dapat memberi mereka kemampuan bertahan hidup selama periode kekeringan tersebut.
Mereka mengatakan masyarakat pra-Columbus juga telah beradaptasi dengan beragam makanan termasuk ikan, burung, rusa, buah-buahan hutan, dan kacang-kacangan, yang akan membuat mereka tetap tercukupi kebutuhannya meskipun beberapa sumber makanan menghilang.
Para ilmuwan mengatakan ditinggalkannya kota kuno itu merupakan proses yang bertahap.