Ilmuwan Temukan Bukti Populasi Manusia di Afrika Selamat dari Letusan Gunung Toba Sumatra 74.000 Tahun Lalu
Letusan Gunung Toba merupakan salah satu letusan gunung berapi paling dahsyat dalam sejarah.
Letusan Gunung Toba merupakan salah satu letusan gunung berapi paling dahsyat dalam sejarah.
-
Apa yang terjadi setelah letusan Gunung Toba? Keruntuhan yang terjadi pasca letusan mengakibatkan terbentuknya kaldera besar yang saat ini disebut Danau Toba. Sementara itu, kubah yang terbentuk kembali menyebabkan munculnya sebuah pulau di tengah danau bernama Pulau Samosir.
-
Apa yang terjadi pada manusia purba sekitar 900.000 tahun lalu? Sebuah penelitian genetik terbaru mengungkap sesuatu yang aneh terjadi pada nenek moyang kita sekitar 900.000 tahun yang lalu.Tiba-tiba, populasi manusia purba mengalami penurunan drastis hingga mencapai jumlah yang sangat sedikit, hanya sekitar 1.300 individu yang berkembang biak.
-
Siapa yang menemukan penemuan manusia purba ini? Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Kemajuan Ilmu Pengetahuan ini melibatkan para ahli dari Universitas New York, Universitas Tübingen, dan Museum Nasional di Berlin.
-
Apa yang terjadi akibat erupsi Gunung Toba? Erupsi supervolcano ini diperkirakan menyebabkan perubahan pada dunia, seperti iklim global rata-rata menurun sekitar 5 derajat celsius selama beberapa tahun setelah letusan.
-
Siapa yang menemukan spesies manusia purba ini? Penemuan ini diumumkan oleh ilmuwan dari Akademi Sains China dan beberapa universitas di China, serta ilmuwan dari Pusat Penelitian Nasional Evolusi Manusia di Spanyol.
-
Siapa yang menemukan Fosil Manusia Purba? Para peneliti berhasil mengekstrak 13 genom dari gua batu Oakhurst, Afrika Selatan.
Ilmuwan Temukan Bukti Populasi Manusia di Afrika Selamat dari Letusan Gunung Toba Sumatra 74.000 Tahun Lalu
Para peneliti di Tanduk Afrika, juga disebut Semenanjung Somalia, menemukan bukti yang menunjukkan bagaimana orang-orang Zaman Batu Pertengahan bertahan hidup setelah gunung api Toba meletus.
Sumber: Arkeonews
Gunung yang berada di Sumatra Utara itu meletus sekitar 74.000 tahun lalu, merupakan salah satu letusan gunung berapi paling dahsyat dalam sejarah.
Meskipun manusia zaman sekarang telah meninggalkan Afrika beberapa kali, peristiwa yang mendorong globalisasi terjadi kurang dari 100.000 tahun yang lalu. Menurut beberapa peneliti, penyebaran terbatas pada "koridor hijau" yang terbentuk selama periode lembab ketika ada banyak makanan dan populasi manusia berkembang sesuai dengan lingkungannya.
Namun, menurut sebuah penelitian baru di Nature yang dipimpin ilmuwan di University of Texas di Austin, manusia mungkin juga telah menyebar melalui "jalan raya biru" yang dibuat oleh sungai musiman selama interval kering. Selain itu, para peneliti menemukan instrumen batu yang merupakan bukti tertua dari panahan.
Tim peneliti meneliti sebuah situs bernama Shinfa-Metema 1 yang terletak di dataran rendah di barat laut Ethiopia dekat Sungai Shinfa, sebuah anak sungai dari Sungai Nil Biru. Mereka menemukan bukti situs ini dihuni selama periode ketika gunung berapi Toba yang dahsyat meletus di Sumatra 74.000 tahun yang lalu.
Fragmen-fragmen kecil dari kaca vulkanik, atau crytotephra, yang ditemukan dari endapan arkeologi menunjukkan ciri-ciri kimiawi letusan Toba.
Situs Shinfa-Metema 1 menunjukkan, manusia telah tinggal di sana sebelum dan setelah gunung berapi meletus, yang berjarak lebih dari 6.437 km.
"Fragmen-fragmen ini kurang dari diameter rambut manusia. Sekecil itu pun mereka masih cukup besar untuk menganalisis kimia dan elemen-elemennya," kata John Kappelman, seorang profesor antropologi dan ilmu geologi di University of Texas dan penulis utama studi tersebut, yang diterbitkan Rabu (20/3) di jurnal Nature.
Dimungkinkan untuk menggunakan pecahan kaca vulkanik kecil ini, yang seringkali kurang dari selebar rambut manusia, untuk menentukan tanggal dan menghubungkan lokasi arkeologi yang terpisah yang terletak sejauh ribuan kilometer.
"Salah satu implikasi revolusioner dari penelitian ini adalah bahwa dengan metode crytotephra baru yang dikembangkan untuk penelitian sebelumnya di Afrika Selatan, dan sekarang diterapkan di sini di Ethiopia, kami dapat mengkorelasikan situs-situs di seluruh Afrika, dan mungkin di dunia, dengan resolusi waktu dalam hitungan minggu," ujar peneliti Christopher Campisano.
Pecahan kaca kecil yang kimiawinya mirip dengan yang ada di Toba menunjukkan letusan besar yang terjadi di tengah-tengah waktu saat situs ini dihuni. Sepertinya dampak iklimnya telah menyebabkan musim kemarau yang lebih lama, yang membuat orang-orang di wilayah tersebut bergantung pada ikan. Menurunnya sumber mata air mungkin juga telah mendorong manusia untuk bermigrasi ke luar untuk mencari lebih banyak makanan.
Beberapa ilmuwan menduga musim dingin vulkanik yang diakibatkan oleh letusan gunung berapi merupakan perubahan yang cukup besar untuk memusnahkan sebagian besar manusia purba karena bukti genetik yang menunjukkan penurunan tajam dalam populasi manusia.
Namun, penelitian mutakhir mengenai situs arkeologi di barat laut Ethiopia yang pernah didiami oleh manusia modern awal ini telah menambah semakin banyak bukti yang menunjukkan bahwa peristiwa tersebut mungkin tidak terlalu menghancurkan.