NASA Tangkap Kilatan Cahaya Hijau Misterius dari Planet Jupiter
Pesawat luar angkasa Juno milik NASA berhasil menangkap penampakan kilatan cahaya hijau misterius dari planet Jupiter.
Pesawat luar angkasa Juno milik NASA berhasil menangkap penampakan kilatan cahaya hijau misterius dari planet Jupiter.
Dilansir Physics Astronomy, Selasa (20/6), kilatan cahaya hijau ini tertangkap saat pesawat Juno terbang 32.000 kilometer di atas planet Jupiter pada tanggal 30 Desember 2020.
-
Kenapa ilmuwan terkejut dengan penemuan di Saturnus? Tidak ada seorang pun di tim Cassini-Huygens yang membayangkan bahwa bulan-bulan kecil Saturnus bisa aktif secara kimiawi dan menghasilkan molekul-molekul berat. Ini adalah kejutan terbesar dan mungkin merupakan penemuan Cassini yang paling penting,” tambah Blanc.
-
Bagaimana para ilmuwan akan meneliti sampel asteroid Bennu? 30 persen sample akan dianalisis lebih dari 200 ilmuwan selama 2 tahun kedepan. Sedangkan sisanya disisihkan untuk melakukan uji teknologi dan keperluan penelitian di masa depan, dengan cara dibagi melalui potongan material agar mempermudah alokasinya.
-
Kenapa ilmuwan suka melihat bekas luka astronot? Bekas luka ini semakin meyakinkan ilmuwan bahwa manusia akan selamat jika pergi ke Mars.
-
Mengapa sampel asteroid Bennu penting bagi ilmuwan? Selain untuk menghindari bencana tabrakan asteroid Bennu dan Bumi, sampel dari Bennu juga akan memberikan wawasan kepada para ilmuan tentang proses-proses penyebab pembentukan tata surya sekitar 4,5 miliar tahun lalu.
-
Gimana cara para ilmuwan menemukan Planet Kesembilan? Para peneliti telah melacak pergerakan jangka panjang dari objek trans-Neptunian (TNO) di wilayah luar tata surya.
-
Apa yang ditemukan oleh para astronom di luar angkasa? Para astronom telah mendeteksi partikel langka dan berenergi sangat besar yang jatuh ke Bumi dari luar angkasa.
Data yang diterima oleh instrumen JunoCam pada pesawat Juno kemudian diproses ke dalam bentuk foto oleh seorang ilmuwan bernama Kevin Gill.
Layaknya aurora di bumi, cahaya kehijauan ini sama-sama tampak pada kutub utara dari planet Jupiter. Namun, kilatan cahaya planet Jupiter berasal dari larutan cairan amonia dan air, bukan dari kandungan air di awan.
Diluncurkan pada tanggal 5 Agustus 2011, tujuan utama dari pesawat Juno adalah untuk memahami asal usul dan evolusi dari planet Jupiter.
Pesawat ini didesain khusus agar dapat menembus awan tebal dan menginvestigasi struktur, atmosfer, dan bidang magnet dari planet Jupiter.
Harapannya, melalui investigasi planet Jupiter menggunakan Juno, ilmuwan dapat memecahkan teka-teki mengenai proses dan kondisi fundamental dari sistem tata surya kita.
Sejauh ini, pesawat Juno telah mengitari planet Jupiter sebanyak 50 kali sejak Juli 2016 dan direncanakan akan terbang menunju gunung berapi Lo di planet Jupiter pada bulan Desember 2023 dan Januari 2024.
Studi terbaru mengungkapkan, proses formasi petir di planet Jupiter hampir serupa dengan proses formasi petir di Bumi, hanya saja dibutuhkan 10.000 kali lebih banyak energi formasi petir di planet Jupiter.
Bagaimanapun, kilatan cahaya hijau yang ditangkap JunoCam berasal dari larutan gumpalan amonia dan air, sedangkan petir di Bumi berasal sepenuhnya dari air.
Kini, teka-teki yang harus dipecahkan ilmuwan adalah proses formasi dari kilatan hijau ini.
Beberapa bulan ke depan, pesawat Juno akan direncanakan untuk melihat bagian malam planet Jupiter secara lebih dekat agar kilatan hijau ini lebih mudah diobservasi.
Kilatan hijau ini merupakan kunci untuk memahami dinamika atmosfer planet Jupiter. Hingga saat ini, ilmuwan masih terkagum dengan penemuan kilatan hijau dari planet Jupiter.
Reporter Magang: Qaulan Maruf Indra
(mdk/pan)