Sedang Renovasi Gudang, Pria Ini Temukan Tulang Mamut dari Zaman Prasejarah
Sedang Renovasi Gudang, Pria Ini Temukan Tulang Mamut dari Zaman Prasejarah
Seorang pria di Austria menemukan tulang-tulang mamut di gudang tempat dia menyimpan anggur.
-
Bagaimana manusia purba berburu mammoth berbulu? Bukti baru menunjukkan bahwa manusia pemburu menggunakan perangkap, seperti yang ditemukan di dua lubang perangkap di Meksiko, untuk memisahkan mamut dari kawanannya, membuat mereka menjadi mangsa yang lebih mudah.
-
Bagaimana cara manusia prasejarah berburu mammoth? “Kami tahu bahwa manusia memburu mamut, namun kami masih sangat sedikit mengetahui bagaimana mereka melakukannya,”
-
Kapan mammoth hidup? Mamut hidup dari zaman Miosen akhir, sekitar 6,2 juta tahun lalu sampai Holosen sekitar 4.000 tahun lalu.
-
Mengapa Mastodon punah? Mereka punah sekitar 10.000 tahun yang lalu, bersama dengan puluhan mamalia besar lainnya, ketika iklim bumi berubah dengan cepat dan manusia Zaman Batu sedang berburu.
-
Apa saja penemuan fosil hiu baru yang ditemukan di Gua Mammoth? Para peneliti telah mengidentifikasi adanya dua spesies hiu baru dari hasil penemuan fosil di Taman Nasional Gua Mammoth, Kentucky. Dua jenis ikan prasejarah tersebut diperkirakan telah hidup sebelum superbenua atau zaman Pangea, ketika semua benua besar yang ada saat ini disatukan menjadi satu daratan raksasa.
-
Kapan penemuan fosil mammoth itu terjadi? Petani anggur lokal, Andreas Pernerstorfer, menemukan tulang mammoth di gudang anggurnya di Gobelsburg, Krems, dekat Wina.
Sedang Renovasi Gudang, Pria Ini Temukan Tulang Mamut dari Zaman Prasejarah
Ini bukan anggur merah atau putih vintage, melainkan temuan berharga. Seorang pria yang sedang merenovasi gudang anggurnya di Austria menemukan sisa-sisa mamut dari zaman prasejarah.
Penemuan ini disebut sebagai "sensasional" oleh tim dari Institut Arkeologi Austria yang berada di bawah naungan Akademi Ilmu Pengetahuan Austria.
Tim tersebut ditugaskan untuk menggali sisa-sisa mamut yang ditemukan di Desa Gobelsburg, sebelah barat ibu kota negara tersebut, Wina.
“Anggota tim kami yang lebih tua dan berpengalaman belum pernah melihat hal seperti ini sebelumnya, meskipun mereka sudah sering terlibat dalam penemuan serupa,” kata Hannah Parow-Souchon, salah satu anggota tim, kepada NBC News, Kamis.
Artefak batu dan arang di situs itu menunjukkan tulang tersebut berusia antara 30.000 dan 40.000 tahun.
Setelah semua tulang digali, mereka akan dibawa ke Museum Sejarah Alam Wina untuk direstorasi dan diteliti lebih lanjut, kata lembaga tersebut dalam pernyataannya.
Pembuat anggur Andreas Pernerstorfer mengatakan kepada
- Ilmuwan Penasaran Bagaimana Manusia Purba Bisa Jelajahi Gua Penuh Jurang Berbahaya 8.000 Tahun Lalu
- Sedang Renovasi Dapur, Pasangan Suami Istri Ini Temukan Harta Karun dari Abad ke-17, Nilainya Fantastis
- Melelehnya Es di Pegunungan Ungkap Temuan Ribuan Artefak Berburu Berusia 6.000 Tahun, Ada Mata Panah dan Tongkat
- Hidupnya Mengais Makanan dari Tong Sampah Mirip Gelandangan, Tapi Ternyata Miliuner yang Punya 10 Rumah
Austrian Broadcasting Corporation, dia menemukan tulang itu pada Maret lalu saat merenovasi ruang bawah tanahnya.
“Saya kira itu hanya sepotong kayu peninggalan kakek saya,” ujarnya. “Tapi kemudian saya menggalinya sedikit dan teringat kakek saya pernah mengatakan dia menemukan gigi. Saat itu saya langsung menduga ini adalah mamut.”
Setelah temuan itu dilaporkan ke institut, Parow-Souchon mengatakan dia bekerja dengan rekan-rekannya untuk dengan hati-hati mengungkap setiap tulang. Mereka secara bertahap menemukan beberapa struktur kerangka yang saling terkait.
Meskipun situs serupa lainnya telah ditemukan di Austria dan negara-negara tetangga, sebagian besar dari situs itu telah digali setidaknya 100 tahun lalu dan sebagian besar informasi hilang karena penelitian modern, kata Institut Arkeologi Austria dalam sebuah pernyataan pers, seperti dilansir AOL.
Pada masa itu, rincian penting tentang lingkungan tempat sisa-sisa hewan itu ditemukan dan kondisinya jarang dicatat, dan “beberapa bahkan dijual ke pabrik sabun,” kata Parow-Souchon.
Dengan menggunakan teknologi pemetaan 3D modern, tim dapat mengetahui lebih banyak tentang bagaimana mamut ini mati dan apa yang terjadi pada tulang-tulangnya di tahun-tahun berikutnya.
Hal ini mungkin juga bisa memberikan petunjuk lebih lanjut tentang bagaimana manusia prasejarah dapat memburu hewan-hewan besar ini, jika memang itu yang terjadi di sini, kata Parow-Souchon.
“Kami mempunyai indikasi kuat mereka memburu mamut, namun
namun kami tidak tahu bagaimana caranya,” kata dia.
“Kami tahu gajah mempunyai masalah dengan lereng, jadi mungkin mereka diburu di lereng dan karena itu rentan.”
Setelah semua tulang digali, mereka akan dibawa ke Museum Sejarah Alam Wina untuk direstorasi dan diteliti lebih lanjut, kata lembaga tersebut dalam pernyataannya.