Betawi Punya Pengelolaan Kampung Sebelum RT dan RW Ada, Begini Sejarahnya
Zaman dulu rumah antar warga di perkampungan Betawi masih berjauhan satu sama lain.
Zaman dulu rumah antar warga di perkampungan Betawi masih berjauhan satu sama lain.
Betawi Punya Pengelolaan Kampung Sebelum RT dan RW Ada, Begini Sejarahnya
Rukun Tetanggan (RT) dan Rukun Warga (RW) di Jakarta baru ada setelah 1950. Di masa kerajaan sampai menjelang kemerdekaan, sistem tersebut masih belum berlaku. Warga masih menetap secara berjauhan dan belum teratur seperti sekarang.
-
Kenapa budaya palang pintu muncul di Betawi? Budaya palang pintu muncul ketika daerah-daerah Betawi masih rawan. Dulu jauh sebelum seperti saat ini, orang melamar untuk nikah harus berangkat pada malam hari.
-
Apa yang ditemukan di Bekasi? Warga Bekasi digegerkan temuan kerangka manusia di sebuah lahan kosong. Polisi pun melakukan penyelidikan.
-
Siapa yang melakukan peleburan budaya Arab, China, dan Melayu dalam pakaian pengantin Betawi? Pakaian yang dikenalan pengantin Betawi merupakan contoh peleburan budaya Arab, China, dan Melayu.
-
Mengapa kue talam Betawi punya banyak warna? Warna tersebut datangnya dari bahan alami, seperti unsur buah dan daun pandan yang bisa mengeluarkan warna hijau pekat.Kemudian ada juga kue talam yang berwarna ungu dan berasal dari ubi jalar dengan warna serupa.
-
Bagaimana cara Ridwan Kamil ingin menerapkan budaya Betawi dalam pembangunan Jakarta? Insyaallah akan kita lakukan dalam bentuk pendidikan masyarakat, sekolah, maupun ekspresi visual. Ada arsitekturnya, ada ekspresi keseniannya, dan lain-lain," ucapnya.
-
Apa yang dimaksud dengan tradisi Tamat Qur'an di Betawi? Tradisi yang juga dikenal dengan nama Tamat Qur'an ini populer di kalangan warga pinggiran Jakarta, terutama yang masih kental dengan budaya Betawi. Biasanya, acara ini dirayakan oleh anak-anak yang mampu menyelesaikan sebanyak 30 juz. Yang menarik, anak-anak akan diarak keliling kampung sebagai ungkapan rasa bahagia sekaligus menjadi motivasi bagi anak-anak lainnya agar bisa turut menyelesaikannya.
Sistem penataan RT dan RW kemudian semakin dimaksimalkan setelah tahun 1960-an, karena jumlah penduduk yang mulai bertambah.
Fasilitas kampung juga diperbaiki serta dilakukan penambahan seperti pos keamanan lingkungan (Poskamling), termasuk masjid atau musala yang lebih besar dari langar (tempat ibadah umum warga dengan bentuk yang sangat sederhana).
Kira-kira seperti apa pengelolaan dan kondisi permukiman warga Betawi pra kemerdekaan? Yuk simak informasi ini selengkapnya.
Gunakan Rukun Kampung (RK)
Ternyata sebelum tahun 1950-an, sistem pengelolaan desa dan kampung sudah dilakukan dengan baik melalui Rukun Kampung.
Merujuk buku yang ditulis oleh Abdul Chaer berjudul “Betawi Tempo Doeloe: Menelusuri Sejarah Kebudayaan Betawi” RK tersebut memiliki sistem pengelolaan permukiman dengan lingkup kecil namun terstruktur.
Ini akan membuat rumah-rumah warga yang ketika itu masih berjauhan menjadi terpantau dengan baik, untuk memastikan kondisi warganya.
Dipimpin oleh Serean
Menurut Abdul Chaer, Rukun Kampung sendiri merupakan bagian dari birokrasi kelurahan atau desa. Desa bisa mencatat jumlah warga, kondisi demografinya dan lain-lain melalui Rukun Kampung ini.
Chaer juga menyebut jika Rukun Kampung turut dipimpin oleh seseorang yang memiliki wewenang kuat bernama Serean.
Serean inilah yang kemudian menjadi penyambung birokrasi sosial antara warga kampung dengan pihak kelurahan atau desa. Serean kemudian juga membantu kebutuhan warganya memenuhi kebutuhan administrasi formal di kantor desa.
Ikatan antar warga sudah kuat
Sebenarnya di luar adanya Rukun Kampung, ikatan antar warga yang tinggal di permukiman Betawi sudah sangat kuat.
Mereka memiliki banyak tradisi mulai dari Nyambat (gotong royong), juga lainnya yang turut dibantu oleh tokoh berpengaruh lain di kalangan warga Betawi yakni seorang ustaz atau tokoh adat.
Walau demikian, Serean tetap harus menjalankan tugasnya untuk mengayomi warga sebagai bagian dari Rukun Kampung dengan skala relasi sosial yang lebih tinggi dari tokoh warga tersebut.
Ini karena dia memiliki kewenangan yang terhubung dengan kelurahan sebagai pemimpin tertinggi kedua setelah camat di permukiman.
- Menguak Peradaban yang Hilang di Kawasan Perbukitan Semarang, Ada Makam Tua di Atas Bukit
- Ternyata Kampung Baduy Tak Pernah Disentuh Penjajah, Begini Cara Warga Kelabui Belanda
- 7 Preman Minta Duit Keliling Kampung di Serpong Tangsel, Modus Bersihkan Selokan
- Selamat Tinggal Kegelapan, Warga Kampung Terpencil di Riau Bahagia Kini Terang Benderang 24 Jam
Warga solid
Dengan adanya Rukun Kampung keadaan warga juga semakin solid dan jauh dari kondisi individualistik. Mereka saling membutuhkan satu sama lain, dan difasilitasi oleh Rukun Kampung.
Chaer menambahkan bahwa warga saling bergantung dan membantu satu sama lain, semisal saat ada yang sakit. Rukun Kampung bersama warga akan menjenguk dan memberi bantuan secara kolektif untuk meringankan kondisinya.
Selain itu Rukun Kampung bersama warga juga terbiasa menjalankan silaturahmi di tempat-tempat umum seperti masjid untuk bermusyawarah.