Jadi Warisan Budaya Tak Benda, Intip Keunikan Tradisi Pernikahan Cio Tao Khas Cina Benteng Tangerang yang Dipandu Warga Muslim
Cio Tao menjadi adat khas Kota Tangerang dengan melibatkan banyak budaya seperti Tionghoa, Islam sampai warga lokal Sunda dan Betawi.
Tradisi ini jadi budaya yang unik di Tangerang.
Jadi Warisan Budaya Tak Benda, Intip Keunikan Tradisi Pernikahan Cio Tao Khas Cina Benteng Tangerang yang Dipandu Warga Muslim
Baru-baru ini tradisi pernikahan Cio Tao khas Cina Benteng, Kota Tangerang, ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) oleh Kemdikbudristek.
(Foto: YouTube The Story)
-
Apa yang dimaksud dengan tradisi "piring terbang" di pernikahan adat Jawa? Dalam acara resepsi pernikahan adat Jawa, ada sebuah tradisi yang dikenal dengan istilah “piring terbang”.
-
Bagaimana cara pelaksanaan tradisi "piring terbang" di pernikahan adat Jawa? Seluruh hidangan tidak diberikan pada tamu secara sekaligus. Namun, memiliki urutan tertentu. Beberapa daerah membaginya dengan hidangan pembuka dan makanan berat. Tujuannya adalah agar para tamu bisa menikmati hidangan satu per satu.
-
Kenapa Tari Cokek Si Pat Mo di Tangerang dianggap sebagai bukti harmonisnya budaya Betawi dan Tionghoa? Tari Cokek Si Pat Mo jadi bukti harmonisnya akulturasi antara dua etnis yang tinggal di wilayah Kota Tangerang, yakni Betawi dan Tionghoa. Ini terlihat dari adanya musik pengiring gambang kromong yang merupakan kesenian tradisional warga Betawi secara turun-temurun.
-
Bagaimana Kasepuhan Cisungsang mempertahankan tradisi pertaniannya? Masyarakat di sana, sampai sekarang melestarikan tradisi pertanian yang sudah dijalankan sejak turun temurun. Mereka tak boleh melibatkan berbagai tekonologi modern, terutama pupuk kimia untuk menyuburkan tumbuhan padi.
-
Kapan Panglima Laot menjadi warisan budaya tak benda? Warisan Budaya Tak Benda Pada 2018 lalu, lembaga yang memimpin adat istiadat, kebisaaan-kebisaaan yang berlaku di bidang penangkapan ikan ini ditetapkan menjadi Warisan Budaya Tak Benda.
-
Apa yang dianggap sebagai bukti keperjakaan secara tradisional? Keperjakaan dan keperawanan telah lama menjadi konstruksi sosial dan budaya yang memengaruhi pandangan masyarakat terhadap kesehatan seksual. Namun, apakah benar ada cara ilmiah untuk membuktikan keperjakaan seorang pria? Mari kita eksplorasi lebih dalam tentang mitos dan realitas seputar hal ini. Mitos Seputar Keperjakaan Laki-Laki, Apakah Bisa Dibuktikan Secara Ilmiah? Apa Itu Keperjakaan? Sebelum membahas mitos seputar keperjakaan, kita perlu memahami apa itu keperjakaan. Keperjakaan bukanlah kondisi medis, melainkan suatu konsep sosial dan budaya. Seorang pria dianggap perjaka jika ia belum pernah melakukan hubungan seksual.
Sebelumnya, tradisi ini sudah dianalisis oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) setempat, lewat tim ahli dari kalangan akademisi, antropolog, arsitek, budayawan hingga sejarawan sejak Mei 2023 lalu.
Tradisi ini menjadi salah satu keunikan khas Kota Tangerang lantaran menggambarkan semangat percampuran budaya yang khas. Berikut informasi menariknya.
Jadi budaya khas Kota Tangerang
Cio Tao menjadi adat khas Kota Tangerang dengan melibatkan banyak budaya seperti Tionghoa, Islam sampai warga lokal Sunda dan Betawi.
“Jadi bisa dibilang Cio Tao adalah salah satunya hanya ada di Tangerang se-nasional," kata salah satu tim ahli WBTB Kota Tangerang, Mush'ab Abdu, mengutip laman Pemkot Tangerang, Senin (25/9).
Sebagai tradisi pernikahan yang unik
Adapun Cio Tao merupakan tradisi pernikahan khas keturunan Cina Benteng di Kota Tangerang, dan merupakan komunitas Tionghoa yang menetap didekat benteng peninggalan Belanda, kawasan Sungai Cisadane.
(Foto: YouTube The Story)
Terdapat sejumlah prosesi seperti menyisir rambut, saling menyuapi makanan, berdandan dengan pakaian pernikahan khas lalu mencicipi 12 jenis makanan dengan rasa yang berbeda.
“Faktor sosial-budaya Cina Benteng, dan juga keberlangsungan adat yang masih bertahan dan terus dilakukan agar ini lestari,” katanya lagi.
Makna tradisi Cio Tao
Adapun upacara ini diawali dengan memanjatkan doa restu kepada Tuhan Tian dan para leluhur, agar mendapat kemudahan dan keberkahan dari prosesi yang dilangsungkan.
Untuk menunjangnya, turut dipersembahkan sejumlah makanan seperti buah, manisan, teh, arak tradisional, kopi sampai dupa. Seluruhnya disajikan di meja sembahyang.
Kemudian kedua pengantin akan diarahkan untuk memakan 12 jenis makanan dengan rasa dan bentuk yang berbeda. Beberapa makanan yang disajikan di antaranya asin, gurih, renyah, manis dan lainnya, sebagai simbol banyaknya cobaan yang harus dihadapi.
- Mengenal Tradisi Ngalungi Sapi, Budaya Masyarakat Blora Warisan Nenek Moyang
- Warisan Budaya Islam di Klaten, Ini Fakta Menarik Tradisi Sebar Apem Yaa Qowiyyu
- Melihat Serunya Karapan Kerbau di Lumajang, Tradisi Jelang Musim Tanam Padi
- Mengenal Tradisi Buka Luwur, Momen Penggantian Kain Penutup Makam Sunan Kudus
Didampingi pemandu Muslim
Adapun bersembahyang di kelenteng menjadi prosesi yang telah dilebur. Ini karena sudah terjadinya percampuran dari budaya serta keyakinan yang berbeda dari pengantinnya.
(Foto: kanal YouTube The Story)
Mengutip jurnal Universitas Sumatra Utara yang ditulis berjudul: Tradisi Cio Tau pada Masyarakat Peranakan Tionghoa di Teluknaga, Tangerang; Kajian Multimodal oleh Feby Yoana Siregar dan Profesor Silvana Sinar, keunikan lain dari tradisi ini adalah terdapatnya pemandu prosesi dari kalangan warga di luar komunitas.
Biasanya pemandu tersebut merupakan seorang wanita bersuku Sunda, dan beragama Islam. Ia mendampingi pernikahan keduanya sampai selesai.