Makna Luhur Tradisi Mudun Lemah untuk Bayi di Cirebon, Berharap Sukses Dunia dan Akhirat
Ada makna luhur dari tradisi Mudun Lemah di Cirebon
Ada makna luhur dari tradisi Mudun Lemah di Cirebon
Makna Luhur Tradisi Mudun Lemah untuk Bayi di Cirebon, Berharap Sukses Dunia dan Akhirat
Orang tua sangat senang memperhatikan tumbuh kembang sang anak. Tiap momen akan diabadikan, salah satunya melalui tradisi Mudun Lemah.
Di wilayah kota dan kabupaten Cirebon, Jawa Barat, tradisi mudun lemah jadi cara orang tua untuk mengucap rasa syukur karena anaknya sudah mulai tumbuh.
Terdapat sejumlah tahapan untuk melaksanakan tradisi ini, sebagai simbolisasi perjalanan agar sukses dunia dan akhirat. Berikut selengkapnya.
-
Apa yang menjadi salah satu ciri khas budaya di Kecamatan Gegesik, Cirebon? Masyarakat Cirebon mengenal Gegesik sebagai salah satu kecamatan yang terletak di sisi barat kota tersebut. Selain identik dengan kuliner Gayamnya, ternyata wilayah ini juga dikenal sebagai pelestari budaya lokal, salah satu yang unik adalah berburu tikus.
-
Bagaimana tradisi Ngirab di Cirebon dilakukan? Mengutip beautiful-indonesia.umm.ac.id, upacara ini dilakukan dengan berziarah ke petilasan Sunan Kalijaga oleh masyarakat di wilayah sekitar Sungai Derajat.
-
Apa yang unik dari tradisi menyambut malam takbiran di Cirebon? Uniknya Cara Warga Cirebon Sambut Malam Takbiran, Arak Patung Raksasa Berhiaskan Lampu dan Bendera Tradisi ini menarik, karena karakter yang diarak merupakan hewan raksasa dan diiringi lampion serta obor bersama gema takbir Ada banyak cara yang dilakukan masyarakat untuk merayakan malam kemenangan.
-
Di mana tradisi arak-arakan patung raksasa di Cirebon dirayakan? Di Kecamatan Losari, Kabupaten Cirebon misalnya, warga setempat meramaikannya dengan mengarak patung raksasa bergambar macam-macam karakter.
-
Apa itu tradisi Cikibung? Dahulu, tradisi Cikibung lazim dilakukan oleh ayah di Kabupaten Subang, Jawa Barat, untuk melindungi anaknya. Tradisi ini biasanya digelar di kawasan leuwi atau sejenis sungai yang cukup dalam pada sore hari.
-
Di mana tradisi Cembengan dilakukan? Tradisi tebu manten atau Cembengan merupakan sebutan yang sering dikatakan oleh masyarakat sekitar Pabrik Gula Madukismo, Bantul, Yogyakarta.
Tradisi menyambut bayi belajar berjalan
Jika dilihat dari pengertiannya, Mudun Lemah berarti turun tanah. Ini menandai seorang bayi yang sudah mulai beraktivitas secara mandiri mulai dari duduk, merangkak sampai berjalan.
Biasanya bayi yang diikutkan dalam tradisi Mudun Lemah sudah memasukki usia 7-8 bulan, setelah kelahiran.
Tradisi ini juga merupakan acara syukuran untuk menyambut sang bayi mulai lepas dari dekapan orang tua (tidak lagi digendong-gendong).
Dilaksanakan sesuai hari lahir
Terdapat sejumlah versi dari tradisi Mudun Lemah, salah satunya adalah pelaksanaannya yang bertepatan dengan hari lahir.
Namun ini tidak semua berlaku karena pelaksanaan sesuai hari lahir hanya bersifat simbol, agar relevan dengan hari dilahirkan ke dunia sebagai tanda dimulainya kehidupan.
Tradisi ini juga diadaptasi dari Tedhak Sinten dari Jawa Tengah, di mana pelaksanaannya biasa dilakukan sesuai weton lahir.
Menginjak bubur tujuh warna
Di tahap awal, bayi akan diajak untuk keluar rumah dan menginjak tujuh warna bubur. Setelahnya, bayi bisa menginjakkan kaki di tanah atau pasir untuk pertama kali.
Gambar: kebudayaan.pdkjateng.go.id
Ketujuh warna itu memiliki arti seperti biru (jati diri), putih (watak dasar), jingga (kekuatan), hijau (lambang kehidupan), kuning (harapan dan cita-cita), merah (semangat) dan hitam (keagungan).
Bubur yang dibuat biasanya menggunakan hasil alam seperti dedaunan untuk perwarna dan lainnya. Selain bubur, tradisi ini juga kerap memakai media jadah kukus atau ketan yang diberi warna.
- Makna Tradisi Nadran Khas Pesisir Indramayu, Penting Dilakukan Nelayan agar Selamat dan Hasil Tangkapan Melimpah
- Wujud Rasa Syukur, Begini Keseruan Tradisi Rebo Pungkasan di Bantul
- Mengenal Tradisi Ngirab, Perayaan Rebo Wekasan Khas Masyarakat Cirebon
- Mengenal Tradisi Buka Luwur, Momen Penggantian Kain Penutup Makam Sunan Kudus
Melangkahkan kaki di tangga
Setelah sang bayi dibimbing untuk menginjak bubur warna warni, kemudian akan langsung diarahkan menuju tangga buatan berbahan bambu.
Di masing-masing pijakannya tertulis harapan dan doa, serupa dengan bubur di prosesi sebelumnya.
Tangga biasanya dihias dengan berbagai ornamen tradisional, berupa janur kelapa dan hiasan warna warni.
Masuk ke kurungan ayam dan memilih minat
Setelah selesai dituntun di atas bubur atau jadah dan menaikki tangga, bayi tersebut akan diarahkan masuk ke dalam kurungan ayam.
Di sana sudah terdapat sejumlah mainan yang merepresentasikan replika hobi atau minat, seperti buku, mainan dokter-dokteran, perkakas mainan dan yang lainnya.
Ketika sang anak memilih, disimbolkan sebagai kegemarannya kelak yang bisa dibimbing oleh orang tuanya untuk dilatih dan diasah.
Melakukan surak
Setelah tahap demi tahap dilalui sang bayi, orang tua akan langsung melakukan surak atau menebarkan beras yang sudah diberi kunyit dan uang koin.
Beras bercampur uang itu disebar ke segala penjuru dan terdapat banyak warga yang menyaksikan.
Tujuannya adalah agar sang bayi bisa menjadi pribadi yang dermawan saat sudah dewasa nanti, dan gemar bersedekah.