Melihat Jejak Kejayaan Hotel Selabintana di Sukabumi, Jadi Penginapan Megah Era Kolonial hingga Basis Markas PKI
Selabintana dulunya merupakan tempat berlibur orang-orang Eropa dari Batavia.
Pada era kolonial Belanda, daerah Sukabumi menjadi tempat berlibur bagi orang-orang Eropa. Mereka berlibur ke sebuah kawasan sejuk di lereng Gunung Gede bernama Selabintana. Mereka membangun hotel-hotel mewah di kawasan itu. Salah satu hotel yang jadi warisan kolonial itu adalah Hotel Selabintana.
Melalui sebuah video yang diunggah pada 17 Juli 2024, pemilik kanal YouTube Jejak Siborik berkesempatan mengunjungi hotel tersebut dan bertemu langsung dengan Pak Ade Hidayat, bagian divisi marketing Hotel Selabintana.
-
Kapan Siantar Hotel diresmikan? Mengutip dari beberapa sumber, Siantar Hotel dulunya diresmikan pada 1 Februari 1915.
-
Kenapa Hotel Kalitaman dibangun? Dilansir dari Nitroburner.nl, saat Pangeran Frederik menetap di Semarang selama perjalanannya ke Jawa, ia juga ingin melakukan perjalanan ke Salatiga. Namun kesulitannya adalah mencari akomodasi yang cocok untuk tamu kerajaan dan rombongan. Maka di Salatiga dibangunlah gedung hotel tersebut secara tergesa-gesa.
-
Apa yang istimewa dari Hotel Kalitaman? Hotel itu juga menjadi yang paling mewah pada zamannya sehingga tak sembarang orang bisa masuk ke hotel tersebut.
-
Kapan Hotel Kalitaman dibangun? Bangunan itu dibangun pada tahun 1837 untuk menyambut kedatangan Pangeran Williem Frederik Henderik, putra raja Williem II.
-
Kapan Hotel Cheribon didirikan? Tidak banyak sumber yang menjelaskan tentang hotel ini. Namun dari sejumlah catatan sejarah, bangunan ini didirikan pada awal 1900-an, di mana tata kota di sana sudah beranjak modern dari yang sebelumnya hanya memiliki arsitektur bergaya keraton.
-
Di mana Hotel Cheribon berada? Kini bekas bangunan bak itu diduga sudah menjadi bangunan Bank CCB yang berada di Jalan Yos Sudarso, Cangkol, Cirebon, nomor 14. Bangunan hotel diduga berada di samping bank tersebut, dengan kondisi yang tidak terpelihara.
Ia menceritakan sejarah hotel dari awal pembangunannya hingga sekarang. Selain itu, ia pun mengantar Jejak Siborik ke bagian-bagian hotel yang masih terjaga keasliannya dari awal berdiri hingga saat ini.
Berikut cerita lengkapnya:
Sejarah Hotel Selabintana
Pak Ade Hidayat bercerita, sebelum tahun 1940, nama hotel itu adalah Grand Hotel Selabintana. Pada saat penjajahan Jepang, hotel itu berubah fungsinya menjadi markas militer Jepang.
Setelah Jepang pergi dari Indonesia, hotel warisan kolonial itu benar-benar tidak digunakan. Kondisinya dibiarkan terbengkalai. Padang ilalang tumbuh di sekeliling hotel. Tembok-tembok banyak yang retak.
Pada masa-masa itu, hotel tersebut dijadikan markas Partai Komunis Indonesia (PKI). Sampai akhirnya para anggota PKI diberantas pada tahun 1965. Setelah itu, kawasan hotel tersebut direnovasi oleh seorang anggota TNI bernama Komodor Wiradinata.
- Bunuh Pacar di Hotel dan Simpan Jasad di Ruko, Alung Divonis 14 Tahun Penjara
- Mengulik Sejarah Hotel Bersejarah di Semarang yang Kini Kondisinya Terbengkalai, Dulu Jadi Tempat Singgah Para Tamu Negara
- Menilik Hotel Pertama di Jawa Barat, Bangunan Megah Berusia 144 Tahun yang Berulang Kali Ganti Wajah
- Kisah Hotel Cheribon, Penginapan Mewah Pertama di Cirebon Tempat Nongkrong Klub Motor Besar Zaman Belanda
Peninggalan Kolonial yang Masih Terjaga
Walaupun sempat terbengkalai dan mengalami renovasi, namun banyak bangunan di area Hotel Selabintana yang masih terjaga keasliannya.
Pak Ade Hidayat mengajak Jejak Siborik ke sebuah bungalow yang masih terjaga keasliannya. Banyak perabotan di dalam bungalow itu yang terbuat dari kayu jati. Bohlam lampunya yang hingga kini masih menyala juga merupakan salah satu peninggalan Belanda.
Di dalam lemari kayu, masih tersimpan beberapa gelas dan piring peninggalan Belanda. Hingga kini bungalow itu masih disewa sebagai tempat penginapan.
Peninggalan Lain
Selain bangunan-bangunan tua, banyak tempat-tempat lain di Hotel Selabintana yang merupakan peninggalan Belanda. Beberapa di antaranya adalah lapangan tenis, kolam renang, serta bunker tua sebagai tempat berlindung.
Tak hanya infrastruktur, bahkan karyawan yang bekerja di sana juga diwariskan dari generasi ke generasi.
“Saya kerja di sini dari tahun 1996. Orang tua saya dan kakek saya kerja di sini,” kata Pak Usep, salah satu karyawan yang bekerja di hotel tersebut, dikutip dari kanal YouTube Jejak Siborik.