Berkembang di Masa Kerajaan Mataram, Ini 4 Fakta Sejarah Kota Pekalongan
Pekalongan merupakan salah satu kota besar di Provinsi Jawa Tengah. Sebelum menjadi kota yang cukup besar, wilayah Pekalongan secara administratif merupakan bagian dari Kerajaan Mataram Islam. Seiring waktu, Pekalongan menjadi kota penting di pesisir utara Jawa, terutama pada masa pemerintahan Hindia Belanda.
Pekalongan merupakan salah satu kota besar di Provinsi Jawa Tengah. Letaknya berada di pesisir utara. Sebelum menjadi kota yang cukup besar, pada zaman dulu, tepatnya pada abad ke-17, wilayah Pekalongan secara administratif merupakan bagian dari Kerajaan Mataram Islam.
Pada saat VOC Belanda masuk ke Batavia, daerah Pekalongan menjadi kantong mengumpulkan perbekalan pasukan Mataram sebelum melakukan penyerangan ke Batavia. Namun sebelum masa Mataram Islam, wilayah Pekalongan belum tercatat dalam sejarah.
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
-
Kapan Beji Sirah Keteng dibangun? Mengutip Instagram @purbosasongko_dalang, Situs Beji Sirah Keteng dibangun pada masa pemerintahan Raja Sri Jayawarsa.
-
Apa yang diterima Pemprov Jateng dari Balai Bahasa? Pada Kamis (10/8), Pemprov Jateng menerima hibah dari Balai Bahasa berupa bangunan gedung permanen dan perangkatnya.
-
Bagaimana cara membuat Jenang Saren? Mengutip Kemdikbud.go.id, bahan utama yang digunakan untuk membuat jenang saren adalah tepung ketan dan gula jawa.
-
Kenapa Candi Jago dibangun? Sejarah Candi Jago dibangun atas inisiasi Raja Kertanegara untuk menghormati mendiang sang ayah, Raja Sri Jaya Wisnuaedhana (1248-1268).
-
Bagaimana cara membuat kue jipang? Berasnya dimasukkan ke situ,” ungkap pemilik kanal YouTube Brent Sastro sembari menunjuk sebuah alat pemanas yang dihubungkan ke gas elpiji. Di sebelahnya, tampak sebuah wajan berisi air gula yang dicampur minyak sedang dipanaskan.
Bahkan dalam catatan kota-kota di pesisir utara Jawa pada abad ke-16, terdapat nama kota-kota seperti Cirebon, Tegal, Kendal, Demak, Jepara, Tuban, Sedayu, Gresik, dan Surabaya, namun tak ada nama Pekalongan di sana.
Seiring waktu, Pekalongan menjadi kota penting di pesisir utara Jawa, terutama pada masa pemerintahan Hindia Belanda. Lantas seperti apa sejarah perkembangan kota yang terkenal dengan batiknya itu? berikut selengkapnya:
Terbentuknya Kota Pekalongan
©2021 wikipedia/ editorial Merdeka.com
Pada masa abad ke-16, wilayah Pekalongan diduga telah menjadi daerah yang dilewati dua kerajaan Islam yaitu Demak dan Cirebon. Pada tahun 1628, wilayah Pekalongan menjadi tempat pasukan Kerajaan Mataram Islam menyusun kekuatan dan perbekalan sebelum menyerang VOC di Batavia.
Pada saat penyerangan itu, Pangeran Manduraredja dan Pangeran Bahureksa ditunjuk sebagai panglima perang. Dilansir dari Pekalongankab.go.id, dari cerita ini dapat disimpulkan bahwa dulu Pekalongan merupakan daerah yang telah dipersiapkan dalam rangka penyerangan ke Batavia.
Sayangnya penyerangan itu mengalami kegagalan. Pangeran Bahurekso dan pasukannya kemudian kembali ke Pekalongan secara sembunyi-sembunyi agar tidak diketahui Pemerintah Sultan Agung. Kemudian di sana ia melakukan Tapa Ngalong. Istilah ini kemudian sering dikaitkan dengan asal mula kata “Pekalongan”.
Asal Mula Nama Pekalongan
©Wikipedia.org
Menurut penuturan R. Basuki, keturunan Pangeran Manduraredja, Bupati Pekalongan pertama, kata “Pekalongan” sendiri memiliki arti Halong-Along yang artinya Hasil. Dalam kisah Babad Sultan Agung, nama Pekalongan ditulis dengan nama “Pengangsalan” yang artinya pembawa keberuntungan.
Sementara itu menurut seorang pangeran Mataram bernama Raden Mas Aryo Porwo Lelono yang datang ke wilayah itu pada tahun 1865, nama Pekalongan sebenarnya merupakan turunan dari kata “Along” yaitu satu kata yang dekat dengan dunia nelayan, yang berarti memperoleh hasil tangkapan ikan.
Pekalongan di Masa Hindia Belanda
©Wikipedia.org
Di masa Hindia Belanda, Pekalongan menjadi daerah penting di pesisir utara Jawa. Mereka mendirikan benteng di pinggir Kali Kupang. Pada masa pemerintahan Daendles, Kota Pekalongan menjadi kota strategis yang dilalui Jalan Raya Pos Anyer-Panarukan. Keberadaan jalan raya ini membuat Pekalongan semakin berkembang secara ekonomi maupun politik.
Pada tahun 1905, pemerintahan Pekalongan diubah menjadi sistem pemerintahan kota praja. Hal ini membuat wilayah Pekalongan terdiri atas pemerintahan Kota dan Kabupaten yang berdiri sendiri-sendiri. Ketetapan itu baru ditandatangani Sekretaris Gubernur Jenderal Hindia Belanda De Groot pada 21 Februari 1906. Hal itulah yang masih berlaku hingga sekarang.
Lambang Kota Pekalongan
©Wikipedia.org
Para era Hindia Belanda, Kota Pekalongan menggunakan lambang logo coat of arms bergaya Belanda dengan hiasan di tengah berupa tiga ekor ikan di jaring. Lambang ini merupakan representasi dari keberadaan Kota Pekalongan yang dulunya merupakan pusat penangkapan ikan utama di pesisir utara Jawa Tengah.
Pada 30 Januari 2015, Wali Kota Pekalongan, Basyir Ahmad, meluncurkan logo baru dengan bentuk yang lebih modern. Dilansir dari laman Wikipedia, logo itu membentuk lingkaran dengan unsur-unsur seperti orang bekerja, canting, ikan, dan orang beribadah.
Logo ini kemudian mendapat komplain dari warga Kota Pekalongan karena bentuknya terlalu abstrak dan tak terkesan formal. Akhirnya pemerintah memutuskan untuk kembali menggunakan logo coat of arms yang dibuat pada tahun 1958.