Embung di Karanganyar Ini Sudah Lima Bulan Kering Tanpa Air, Kini Ditumbuhi Rumput Liar dan Jadi Tempat Gembala Kambing
Keringnya embung tersebut berdampak pada lahan pertanian di sekitarnya
Keringnya embung tersebut berdampak pada lahan pertanian di sekitarnya
Embung di Karanganyar Ini Sudah Lima Bulan Kering Tanpa Air, Kini Ditumbuhi Rumput Liar dan Jadi Tempat Gembala Kambing
Embung Alastuwo yang terletak di Desa Wonolepo, Kecamatan Tasikmadu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, sudah lima bulan ini kering tanpa air.
-
Kenapa Mpu Purwa mengutuk Tunggul Ametung? Mpu Purwa marah mengutuk Tunggul Ametung. Kutukan itu berbunyi bahwa Tunggul Ametung akan mati karena keris.
-
Apa itu Es Sagwan? Di Kota Tegal ada sebuah minuman legendaris bernama Es Sagwan. Minuman tersebut memang cocok dinikmati untuk melepas rasa dahaga di tengah panasnya udara Kota Tegal. Salah satu yang terkenal adalah warung Es Sagwan milik Muhammad Sa'adi.
-
Siapa Abah Emuh? Lelaki itu bernama Muhri, namun warga Kampung Cikeusal memanggilnya dengan nama Abah Emuh. Usianya telah menginjak 80 tahun lebih. Namun suara merdunya seolah tak ingin pergi dan tetap ingin bersama Abah Emuh selamanya. Abah Emuh adalah seorang maestro Beluk yang hingga saat ini masih hidup.
-
Siapa yang membunuh Tunggul Ametung? Kutukan itu terbukti nyata saat Tunggul Ametung dibunuh oleh pengawalnya sendiri yang bernama Ken Arok.
-
Siapa Eko Prawoto? Dilansir dari Wikipedia, Eko Prawoto merupakan seorang arsitek legendaris dari Indonesia. Pria kelahiran Purworejo, Agustus 1958 itu menerjuni dunia arsitektur sejak menjadi mahasiswa Universitas Gadjah Mada pada tahun 1977.
-
Bagaimana Ken Arok membunuh Tunggul Ametung? Ken Arok membunuh Tunggul Ametung menggunakan keris buatan Mpu Gandring.
Dalam kondisi normal, Embung Alastuwo difungsikan sebagai sumber pengairan sawah para petani setempat. Namun kini kondisinya telah berubah 180 derajat. Embung yang dulunya merupakan sumber pengairan para petani itu dasarnya telah ditumbuhi rumput dan tanaman liar.
Bahkan menurut kesaksian warga, tak jarang embung tersebut digunakan sebagai tempat menggembala kambing.
“Terakhir ada airnya bulan Mei 2023 kemarin,” ungkap Suginem, warga Desa Wonolepo yang juga berprofesi sebagai petani.
Menurut warga, Embung Alastuwo kerap kering tanpa air saat musim kemarau. Keringnya Embung Alastuwo juga sedikit berdampak pada lahan pertanian di sekitarnya. Apalagi lahan di selatan embung bergantung pada air embung.
Hal ini lantaran lahan-lahan tersebut belum memiliki sumur sibel (submersible) sebagai alternatif pengairan lahan bila Embung Alastuwo kering.
“Ya kalau cuma bergantung pada embung ya tidak bisa,” kata Suginem.
Sebenarnya tak jauh dari embung tersebut ada sungai yang mengalir. Air sungai itu juga bisa digunakan untuk irigasi dengan disedot. Namun debit air tersebut juga sangat minim saat musim kemarau.
Hal inilah yang membuat para petani hanya mengandalkan embung sebagai sumber mata air dan hanya bisa panen dua kali dalam setahun.
“Kalau yang bisa pakai sumur sibel ya setahun tiga kali panen,” kata Suginem.
- 4 Ramuan Bahan Alami Murah Meriah untuk Atasi Rambut Rontok, dari Bunga Sepatu sampai Gletang
- Terungkap, Menantu Dibunuh Mertua di Pasuruan Ternyata Mahasiswi UT Unair
- Baru Dipadamkan, Karhutla Kembali Kepung Tol Palindra hingga Ganggu Pengendara
- Cara Beternak Kenari yang Bagus, Berikut Hal-Hal yang Harus Dipersiapkan
Terpisah, Kepala Desa Wonolepo, Agus Susilo, mengatakan bahwa kemarau panjang berdampak pada pertanian di wilayahnya. Namun pada petani sudah tidak hanya bergantung pada embung.
Ia mengatakan sudah ada kelompok tani yang menjalankan program pompanisasi. Hal inilah yang membuat dampak keringnya Embung Alastuwo bisa diminimalisir.
“Kalau terdampak ya terdampak. Tapi tidak seperti lainnya karena ada pompanisasi,” kata Agus.
Seperti diketahui, Embung Alastuwo dibangun oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2017. Embung Alastuwo sendiri dikelola oleh Dinas Pekerjaan Umum Sumber Daya Air dan Penataan Ruang (Pusdataru) Provinsi Jawa Tengah.