Berusia 103 Tahun, Ini Kisah Mbah Sakinem Saksi Hidup Perjalanan Para Imigran Jawa ke Suriname
Mbah Sakinem ialah imigran Jawa yang kini tinggal di Suriname. Ia disebut menjadi saksi hidup satu-satunya perjalanan para imgiran Jawa ke Suriname.
Mbah Sakinem ialah imigran Jawa yang kini tinggal di Suriname. Ia disebut menjadi saksi hidup satu-satunya perjalanan para imgiran Jawa ke Suriname.
Berusia 103 Tahun, Ini Kisah Mbah Sakinem Saksi Hidup Satu-satunya Perjalanan Para Imigran Jawa ke Suriname
Mbah Sakinem merupakan saksi hidup perjalanan para imigran Jawa ke Suriname.
Ketika usia 13 tahun, ia merupakan salah satu dari para imigran Jawa yang ikut berlayar ke Suriname.
Kini ia telah berusia 103 tahun. Walau umurnya yang sudah lebih dari satu abad, dia masih tampak sehat.
-
Kenapa orang-orang Jawa bermigrasi ke Suriname? Mereka berharap bisa mendapatkan penghasilan besar di sana dan suatu saat bisa kembali ke Bojonegoro. Saat itu, ekonomi Suriname lebih maju dibanding Jawa.
-
Kapan orang Jawa mulai dikirim ke Suriname? Masuknya Orang Indonesia Orang Indonesia yang mayoritas dari Jawa masuk ke Suriname sejak tahun 1890.
-
Dimana orang-orang Jawa bekerja di Suriname? Ratusan warga Bojonegoro pergi ke Suriname untuk menjadi pekerja kontrak di perkebunan.
-
Kapan leluhur Warga Negara Suriname itu pergi ke Suriname? Berdasarkan penuturan Mbak Saskia, Mbah Wiryodilopo ditinggal orang tuanya ke Suriname pada tahun 1920-an.
-
Apa yang menjadi keinginan utama orang-orang Jawa Suriname? Mereka ingin berkunjung ke tanah leluhur, namun terkendala biaya yang amat sangat mahal.
-
Siapa yang dicari oleh Warga Negara Suriname di Klaten? Mbak Saskia mengatakan, kakek moyangnya bernama Wiryodimejo Wagimin. Salah satu anak kakek buyutnya ditinggal di sana, ia bernama Mbah Wiryodilopo.
Dilansir dari kanal YouTube Surindo Family, Mbah Sakinem mengatakan kalau ia berasal dari Desa Krasak. Dia berlayar ke Suriname bersama kedua orang tua serta dua adik kandungnya.
Kini semua anggota keluarganya itu sudah meninggal, tinggal menyisakan Mbah Sakinem seorang diri yang masih hidup.
Berlayar selama 55 hari
Mbah Sakinem bercerita, dulu ia dan keluarganya pergi meninggalkan desa dengan berjalan kaki saat hari masih malam. Mereka kemudian dinaikkan ke dalam sebuah truk.
Selanjutnya, ia dan keluarga diturunkan ke Depo Gondomanan. Dari depo, Mbah Sakinem dan keluarganya dinaikkan ke sebuah kapal, namanya Kapal Jember.
Mereka melakukan pelayaran selama 55 hari hingga sampailah di Suriname.
Mbah Sakinem bercerita, waktu itu yang ikut pelayaran dengan Kapal Jember ada 500 orang. Selama di kapal, mereka diberi makan dua kali sehari yaitu pagi dan sore. Menu makannya biasanya nasi dengan lauk dencis atau “cornetbif”.
Selama 55 hari berlayar di kapal, ada yang meninggal dan juga ada yang melahirkan di atas kapal.
“Sampai depo pelabuhan kota langsung dikasih parang, gantol untuk bersih-bersih. Bapak saya kerja, saya belum boleh kerja, suruh jaga adik-adik yang masih kecil,” kata Mbah Sakinem dikutip dari kanal YouTube Surindo Family.
Setelah tiga bulan tinggal di depo kota, Mbah Sakinem sekeluarga dipindah ke desa. Di desa mereka hidup berdampingan dengan para imigran dari Afrika.
“Dulu kami berkomunikasi ada penerjemahnya. Namanya Sinem. Dia yang lebih dulu menetap di sana,” kata Mbah Sakinem.
- Tak Hanya Asal Jawa, Ini Kisah Enam Warga Bekasi yang Jadi Leluhur di Suriname
- Belasan Kaleng Susu Asal Malaysia Singgah ke Semarang, Ternyata Isinya 12 Kg Sabu
- Nasib Ratusan Warga Bojonegoro Jadi Pekerja Kontrak di Perkebunan Suriname, Ingin Pulang ke Indonesia Berujung Meninggal di Sana
- Kini Sukses di Tanah Rantau, Begini Kisah Transmigran Asal Kebumen yang Tinggal di Sulbar
Kini, sehari-hari Mbah Sakinem tinggal bersama anak angkatnya. Anak angkatnya bercerita dia sudah tinggal bersama Mbah Sakinem sejak bayi. Saat itu usia Mbah Sakinem 48 tahun dan masih punya suami.
Waktu sang anak angkat sudah berusia 20 tahun, suami Mbah Sakinem meninggal. Sejak saat itu Mbah Sakinem tidak lagi memiliki suami.
Dari penuturan anaknya, diketahui bahwa sehari-hari Mbah Sakinem berkomunikasi dengan Bahasa Jawa dan tidak bisa Bahasa Belanda.
Anak angkatnya mengatakan, walau sudah lanjut usia, Mbah Sakinem masih terlihat sehat. Bahkan saat usianya 98 tahun, ia masih kuat naik sepeda.
“Sudah lima tahun ini tidak naik sepeda. Takut aku,” kata anak perempuan Mbah Sakinem, dikutip dari kanal YouTube Surindo Family.