Masjid Tua di Kebumen Ini Hanya Ditopang Satu Tiang, Begini Penampakannya
Sudah berdiri sejak tahun 1722 tiang penyangga masih terjaga keasliannya hingga sekarang.
Sudah berdiri sejak tahun 1722 tiang penyangga masih terjaga keasliannya hingga sekarang.
Masjid Tua di Kebumen Ini Hanya Ditopang Satu Tiang, Begini Penampakannya
Di Desa Pekuncen, Kecamatan Sempor, Kebumen, ada sebuah masjid bersejarah yang unik. Bangunan masjid itu hanya ditopang satu tiang penyangga.
Walau begitu, bangunan itu tetap kokoh berdiri. Padahal konon masjid itu adalah yang tertua di Kabupaten Kebumen.
Lantas seperti apa sejarah masjid itu?
-
Bagaimana konsep Masjid Merah Kedung Menjangan? Secara konsep, masjid ini membawa unsur tradisional khas zaman kerajaan. Ini bisa terlihat dari adanya gerbang masuk masjid yang dibuat dari susunan batu bata merah, dengan pola konstruksi khas Trowulan, Majapahit.
-
Kapan Masjid Agung Sungailiat dibangun? Destinasi yang kedua ada Masjid Agung yang sudah berdiri sejak tahun 1983 silam. Alamat masjid ini berada di Jalan Ahmad Yani, Kecamatan Sungailiat, Kabupaten Bangka Belitung, bangunan ini tepat berhadapan dengan Hutan Kot Sungailiat.
-
Kapan Masjid Pecinan Tinggi Banten dibangun? Tahun pembangunan diperkirakan pada 1552, atau empat tahun sebelum pendirian Masjid Agung Banten lama pada 1556.
-
Bagaimana cara tradisi 'kepungan' dilakukan di Masjid Saka Tunggal? Dilansir dari Liputan6.com, memasuki 10 hari terakhir Bulan Ramadan, atau malam likuran mulai dari selikur (malam 21), relikur (malam 23), selawe (malam 25), dan seterusnya ada tradisi lain yaitu kepungan. Tradisi kepungan yang rutin digelar pada akhir-akhir Ramadan memiliki makna tersendiri. Saat tradisi ini dilakukan, itu berarti para jemaah bersyukur telah melewati sebagian Ramadan dan tinggal sepertiganya. Mereka percaya bahwa sisa-sisa Ramadan yang dimulai dari hari ke-21 itu merupakan malam-malam penuh berkah.
-
Apa yang menjadi keunikan Masjid Merah Kedung Menjangan? Masjid Kedung Menjangan juga dikenal sebagai masjid merah, selalui Masjid Sang Cipta Rasa yang sudah lebih dulu ada. Masjid Kedung Menjangan jadi salah satu destinasi religi yang menarik di Kota Cirebon. Rumah ibadah umat Islam ini memiliki tiga identitas budaya yang tampak yakni Cirebon, Tiongkok dan Kudus, Jawa Tengah.
-
Kapan Masjid Mungsolkanas dibangun? Menurut ukiran batu yang terletak di halaman depan masjid, Masjid Mungsolkanas dibangun pada tahun 1869 dengan fungsi awal sebagai tempat anak-anak mengaji.
Karena hanya tersusun dari satu tiang penyangga, tempat ibadah itu dinamakan Masjid Saka Tunggal. Dilansir dari Kebumenkab.go.id, masjid itu didirikan pada tahun 1722 oleh Bupati Kendurenan, putra Adipati Mangkuprojo, seorang Wrongko Dalem Keraton Kartasuro.
Berdirinya Masjid Soko Tunggal tak bisa lepas dari sosok Adipati Mangkuprojo. Pada era 1700, Mangkuprojo merupakan tokoh yang gigih melawan penjajah. Karena terdesak ia kemudian melarikan diri dan memilih bergerilya di daerah Pekuncen.
Selain bergerilya, Adipati Mangkuprojo juga giat menyiarkan ajaran Islam. Ia wafat pada tahun 1719.
Sebelum meninggal, Adipati Mangkuprojo berwasiat pada putranya untuk dimakamkan di Pekuncen.
Untuk memperingati 1.000 hari meninggalnya Adipati, didirikanlah masjid tersebut. Konon kerangka masjid disusun di Keraton Kartasura, kemudian baru dibawa ke Pekuncen dengan berjalan kaki.
Kerangka masjid terdiri dari satu batang saka dan empat buah danyang atau skur. Kerangka tersebut dibawa dari Keraton Kartasuro menuju Pakuncen dengan berjalan kaki.
Saka Tunggal sebagai penopang utama bangunan ini berbentuk segi empat dengan ukuran 30x30 cm. Saka itu tingginya 4 meter. Di ujung atas tiang penyangga tersebut terdapat empat batang kayu melintang sebagai penyangga utama bangunan masjid tersebut.
- Didirikan pada Masa Awal Kerajaan Mataram Islam, Masjid Tua di Sleman Ini Telah Berusia 4 Abad
- Melihat Keindahan Masjid Jamik Taluak Bukittinggi, Perpaduan Corak Budaya Islam dan Minangkabau
- Keunikan Masjid Merah Kedung Menjangan, Padukan Budaya Cirebon, Tiongkok dan Kudus
- Terketuk Usai Banyak Anggota Keluarga yang Wafat, Pria di Banyuwangi Nekat Ubah Kolam Ikan Jadi Masjid Megah Bawah Tanah
Di tengah-tengah saka terdapat empat skur untuk menyangga kayu-kayu yang ada di atasnya. Kayu yang digunakan sebagai saka menggunakan kayu jati pilihan. Selain saka tersebut, bangunan lain di masjid tersebut telah direnovasi.
Pada awal pendiriannya, atap masjid dibuat menggunakan ijuk dan dindingnya menggunakan tabak bambu.
Kurang lebih seabad kemudian, tahun 1822 dilaksanakan rehab bangunan atap di mana ijuk diganti dengan genteng. Tapi dindingnya masih menggunakan tabak bambu.
Baru kemudian di tahun 1922, dinding bambu diganti dengan bangunan tembok batu bata. Kini bangunan tersebut ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya yang dilindungi.
Menurut Imam Masjid Saka Tunggal, M. Jafar, saka Tunggal melambangkan keesaan Allah SWT sebagai sang pencipta Tunggal alam semesta. Makna itu diejawantahkan yaitu Masjid Soko Tunggal sebagai tempat untuk meyakini bahwa Allah itu Tunggal atau Esa.