Mengenal Salib Putih, Misi Penyelamatan Pasangan Suami Istri Asal Eropa Terhadap Korban Wabah Kelaparan di Semarang pada Awal Abad ke-20
Saat wabah kelaparan itu, pasangan penginjil itu memberikan bantuan berupa barak penampungan, makanan, dan pengobatan secara sukarela.
Saat wabah kelaparan itu, pasangan penginjil itu memberikan bantuan berupa barak penampungan, makanan, dan pengobatan secara sukarela.
Mengenal Salib Putih, Misi Penyelamatan Pasangan Suami Istri Asal Eropa Terhadap Korban Wabah Kelaparan di Semarang pada Awal Abad ke-20
Di sebelah barat Kota Salatiga, terdapat gereja tua bernama “Salib Putih”. Nuansa klasik tergambar pada bangunan tua itu. Tak jauh dari gereja itu, terdapat bangunan tua lainnya.
Semua bangunan itu menjadi saksi bisu Salib Putih, sebuah misi penyelamatan pasangan suami istri penginjil asal Eropa, Adolf Theodorus Jacobus van Emmerik dan Alice Cornelia Cleverly terhadap wabah kelaparan di Semarang pada tahun 1902. Seperti apa kisahnya?
-
Siapakah Letkol Atang Sendjaja? Nama Atang Sendjaja diketahui berasal dari seorang prajurit kebanggaan Jawa Barat, yakni Letnan Kolonel (Letkol) Atang Sendjaja.
-
Siapa Syekh Nurjati? Syekh Maulana Idhofi Mahdi Datuk Kahfi atau Syekh Nurjati menjadi tokoh penyebar Agama Islam yang berpengaruh di sekitar abad ke-14.
-
Kapan Gapura Sekar Putih dibangun? Namun, ide ini baru terealisasi setelah penetapan gemeente Mojokerto pada 1911.
-
Di mana kue putu tersebar? Menariknya, hingga saat ini kue ini juga masih bisa dijumpai di sejumlah negara lain di Asia.
-
Kapan Syekh Siti Jenar lahir? Mengutip Liputan6.com, beberapa sumber menyebut kalau Syekh Siti Jenar lahir di Persia pada tahun 1404 Masehi.
-
Kenapa Siti Purwanti meninggal? Diketahui bahwa mendiang Siti Purwanti telah lama menderita penyakit jantung dan gagal ginjal.
Pada tahun 1901, muncul wabah kelaparan di Semarang dan Demak. Mengutip Telusur.id, saat itu banyak warga yang jatuh sakit. Menanggapi kondisi ini, Pemerintah Kolonial Belanda mengutus Emmerik untuk menggalang dana bagi para korban kelaparan.
Dengan insiatif sendiri, Emmerik memberikan bantuan lainnya berupa barak penampungan, makanan, dan pengobatan. Semua bantuan itu ia berikan secara sukarela.
Mengutip Telusur.id, barak penampungan yang berdiri pada 14 Mei 1902 itu kemudian dikenal dengan nama kawasan Salib Putih. Di sana, Emmerik beserta istrinya, Alice, menjadi pendiri sekaligus pelayan bagi para korban kelaparan.
(Foto: Jejak Tempo Doeloe)
Setelah sembuh, mereka kemudian diajari beternak, bertani, dan membuka lahan perkebunan kopi dan teh di lahan tersebut.
Setelah mapan dan pulih, mereka diberikan dua pilihan, melakukan transmigrasi ke Sumatra dan Sulawesi, atau tinggal menetap di Salib Putih. Kebanyakan dari mereka memilih menetap di Salib Putih.
Seiring waktu, didirikan sebuah gereja di Salib Putih. Bapak Jonathan, penjaga Gereja Salib Putih, mengatakan bahwa gereja itu berdiri pada tahun 1952. Setiap Minggu, gereja itu dipadati sekitar 400 jemaah yang beribadah.
Di sekitar gereja itu, terdapat beberapa bangunan yang menjadi sisa-sisa kejayaan Salib Putih pada era kolonial Belanda. Sayangnya sebagian besar bangunan itu sudah tak digunakan lagi dan kondisinya tidak terawat.
- Suami di Sumbar Tega Bunuh Istri yang Sedang Hamil 8 Bulan Lalu Setubuhi Mayatnya
- Terbakar Api Cemburu, Suami di Sukabumi Kejar & Tabrak Mobil Istri dari Belakang hingga Terobos Toko Warga
- Bejat, Tiga Pria di Demak Suruh Siswi SMP Hubungan Badan dengan Pacar Lalu Diperkosa Bergilir
- Pasangan Suami Istri Ini Naik Sepeda dari Cimahi ke Makkah, Akasinya Curi Perhatian
Makam pasangan suami istri Emmerik dan Alice berada di tengah area perkebunan kopi dan karet. Setelah berjalan cukup jauh, tim kanal YouTube Jejak Tempo Doeloe tiba di makam kedua penginjil itu. Di salah satu batu nisan, tertulis kata-kata Mutiara:
“Di mana Engkau bermalam, di situ jugalah aku Bermalam. Bangsamulah Bangsaku, Allah-kulah Allahmu. Di mana engkau mati. Akupun mati di sana dan di sanalah aku dikuburkan dengan engkau.”.
Meskipun seorang kolonial, namun Jacobus van Emmerik dan Alice Cleverly merupakan dua tokoh yang berjasa bagi bangsa. Jasa mereka cukup besar dalam mendirikan tempat ibadah, rumah sakit, dan lembaga pendidikan bagi kemajuan penduduk pribumi saat itu.