Mengenal Syawalan Morodemak, Tradisi Sedekah Laut Masyarakat Demak saat Lebaran
Walaupun pesisir Demak diterjang banjir rob sekalipun, tradisi itu tetap digelar
Walaupun pesisir Demak diterjang banjir rob sekalipun, tradisi itu tetap digelar.
Mengenal Syawalan Morodemak, Tradisi Sedekah Laut Masyarakat Demak saat Lebaran
Masyarakat pesisir pantai di Kabupaten Demak, Jawa Tengah memiliki cara unik dalam merayakan lebaran. Pada hari ke-7 lebaran, mereka menggelar sebuah tradisi bernama “Syawalan Morodemak”.
-
Apa makna ketupat dalam tradisi Lebaran? Ketupat menjadi simbol perayaan hari raya Idul Fitri, di mana dengan ketupat sesama Muslim diharapkan mengakui kesalahan, saling memaafkan, dan melupakan kesalahan.
-
Apa tujuan utama dari tradisi Lebaran? Pada dasarnya, hakikat Lebaran adalah waktu terbaik untuk bersilaturahmi dan saling bermaaf-maafan.
-
Bagaimana kata-kata mudik lucu bisa memperkuat tradisi Lebaran? Kata-kata mudik lucu yang berkaitan dengan mudik juga memiliki kekuatan untuk memperkuat tradisi dan budaya Lebaran yang kental dengan nuansa kebersamaan dan keceriaan.
-
Apa saja kue lebaran tradisional yang menjadi sajian favorit banyak orang? Berikut kumpulan resep kue lebaran tradisional yang menjadi sajian favorit banyak orang.
-
Apa tradisi unik Lebaran yang dilakukan di Lombok, NTB? Di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) ada tradisi sambut lebaran yang unik bernama Perang Topat atau perang ketupat.
-
Kenapa mudik Lebaran menjadi tradisi penting di Indonesia? Tradisi mudik Lebaran memiliki nilai sosial dan budaya yang kuat di Indonesia. Pulang kampung dianggap sebagai kewajiban yang harus dilakukan setiap orang yang bekerja di luar kota atau meninggalkan keluarganya. Selain itu, mudik Lebaran juga menjadi momen untuk bersilaturahmi dengan keluarga besar yang tidak selalu terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
Syawalan Morodemak merupakan sebuah ritual sedekah laut yang digelar di Pantai Morodemak, Kecamatan Bonang. Dalam acara ini, warga beserta perangkat adat setempat melarung gunungan tumpeng berisi berbagai jenis makanan.
Dilansir dari Demakkab.go.id, tradisi itu digelar sebagai ungkapan rasa syukur terutama warga nelayan yang kesehariannya mencari nafkah di tengah laut.
Sebelum dilarung, gunungan tumpeng didoakan terlebih dahulu. Setelah itu barulah prosesi pelarungan dimulai. Dalam proses ini, gunungan tumpeng diberangkatkan dari tempat pelelangan ikan (TPI) menuju tengah laut.
Dulu, prosesi pelarungan menyertakan kepala kerbau. Namun dalam beberapa tahun belakangan, pelarungan kepala kerbau sudah tak lagi dilakukan karena masih menjadi pembahasan para tokoh agama dan tokoh masyarakat.
Pemerataan Ekonomi
Pada tahun 2018, prosesi larung tumpeng itu dilaksanakan di lima lokasi yaitu Pantai Morodemak Kecamatan Bonang, Pantai Onggojaya Kecamatan Wedung, TPI Desa Bungo Kecamatan Wedung, Pantai Glagahwangi Istambul Kecamatan Karangtengah, dan Pantai Morosari Kecamatan Sayung.
Adanya prosesi pelarungan di lima lokasi itu diharapkan akan memberikan dampak pada pemerataan perkembangan ekonomi. Apalagi tradisi itu biasanya akan menarik wisatawan baik domestik maupun mancanegara bila dikemas secara baik, apik, dan unik. Tradisi inipun juga bisa menyedot para pelaku usaha dari dalam maupun luar daerah.
“Dengan adanya syawalan ini, banyak pedagang yang datang. Sehingga secara tidak langsung akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, terutama warga di sekitar lokasi syawalan,” ungkap Bupati Demak saat itu, HM Natsir, dikutip dari Jatengprov.go.id.
- Melihat Tradisi Unik di Pelosok Hutan Jati Grobogan, Hanya Digelar Dua Tahun Sekali
- Melihat Keseruan Tradisi Sedekah Bumi di Demak, Kaya Hasil Tangkapan Laut
- Mengenal Bebehas, Tradisi Mengumpulkan Beras ala Masyarakat Muara Enim yang Mulai Ditinggalkan
- Serunya Tradisi Sedekah Laut di Brebes, Bentuk Rasa Syukur Para Nelayan
Tetap Digelar di Tengah Banjir Rob
Walaupun terjadi banjir rob di pesisir Demak, tradisi Syawalan Morodemak tetap digelar. Bila hal ini terjadi, para pengunjung syawalan diimbau untuk datang lebih awal. Biasanya banjir rob menggenang antara jam 2 siang hingga jam 7 malam dengan ketinggian 0,8-1 meter.
Lebih enaknya, pengunjung bisa datang menggunakan sepeda motor. Setelah sampai di Margolinduk, perjalanan dilanjutkan menggunakan perahu sampai dekat balai desa Purworejo.