Mengunjungi Kampung Tua di Pelosok Hutan Semarang, Semua Rumah Dibuat dari Kayu Jati
Di Dusun Banger sebenarnya masih banyak rumah tidak layak huni. Bahkan beberapa penghuninya tidak pernah mendapat bantuan sama sekali.
Di Dusun Banger sebenarnya masih banyak rumah tidak layak huni. Bahkan beberapa penghuninya tidak pernah mendapat bantuan sama sekali.
Mengunjungi Kampung Tua di Pelosok Hutan Semarang, Semua Rumah Dibuat dari Kayu Jati
Dusun Banger merupakan sebuah perkampungan tua yang berada di Kecamatan Pringapus, Kabupaten Semarang. Semua rumah di dusun itu terbuat dari kayu jati.
Dusun itu diapit dua sungai, di timur ada Sungai Tuntang, dan di sebelah baratnya ada sebuah sungai kecil bernama Sungai Banger yang kering di musim kemarau.
-
Di mana lokasi hutan kuno itu ditemukan? Taman Geologi Global Leye-Fengshan yang terletak di Wilayah Otonom Zhuang Guangxi, China, diklaim oleh UNESCO sebagai "wilayah gua dan jembatan alami terpanjang di dunia".
-
Kenapa desa kuno itu tenggelam? Birol menekankan, Danau Van adalah tempat yang misterius bagi para penyelam. Dia menambahkan, lebih dari 3 meter air telah surut di cekungan danau dalam beberapa tahun terakhir, yang mengungkap banyak reruntuhan, karena jejak peradaban kuno terlihat di mana-mana di cekungan danau.
-
Di mana kota bawah tanah kuno ini ditemukan? Luas kota kuno Romawi yang terletak di Sarayönü, Konya ini mengejutkan para peneliti.
-
Bagaimana bentuk cekungan hutan kuno tersebut? Wilayah ini membentuk struktur berbentuk 'S' dan konfigurasi belah ketupat di daerah karst Leye dan Fengshan, di mana terdapat dua sungai bawah tanah besar, yaitu Bailang dan Poyue.
-
Siapa yang menemukan desa kuno itu? Setelah penyelaman yang dilakukan anggota dua asosiasi penyelam di Provinsi Bitlis dan Van, dinyatakan bahwa reruntuhan yang ditemukan di dasar danau itu adalah bagian dari sebuah kota bersejarah, di mana ditemukan juga tanda salib di dasar danau.
-
Apa yang ditemukan di kota kuno ini? Mereka menemukan monumen-monumen yang mengesankan dan mengumpulkan data yang menambah pengetahuan tentang sejarah kota Yunani Kuno ini.
Dalam video yang diunggah pada Selasa (30/4), kru kanal YouTube Jejak Tempo Doeloe berkesempatan mengunjungi desa tua itu. Di sana mereka bertemu salah seorang warga bernama Pak Nuryanto (72).
Pak Nuryanto mengatakan, Dusun Banger merupakan kampung tertinggal.
Mayoritas warganya berprofesi sebagai buruh tani. Sebagian warga beternak kambing dan sapi. Sementara para anak muda dari desa ini kebanyakan merantau untuk bekerja di kota-kota besar.
“Rumah-rumah di sini memang semua milik warga. Tapi kalau lahan pertaniannya kebanyakan milik perhutani,” kata Pak Nuryanto dikutip dari kanal YouTube Jejak Tempo Doeloe.
Berdasarkan cerita dari kakeknya, Pak Nuryanto mengatakan desa itu dinamakan “Banger”, karena dulu ada seorang wali yang minum air dari sungai yang berada di sebelah utara desa.
Air itu baunya “Banger”, seperti bau busuk dari air. Namun setelah dinimun ternyata rasanya tidak seperti “banger”.
“Wali itu bilang, ‘ini kok air baunya banger tapi rasanya nggak banger? Besok ini namanya Dusun Banger’,” kata Pak Nuryanto.
Dalam kesempatan itu, kru Jejak Tempo Doeloe bertemu warga Dusun Banger lainnya, Pak Sohidi. Sehari-hari, Pak Sohidi berprofesi sebagai petani. Biasanya, ia menjual jagung kering kepada tengkulak sebesar Rp4.500 per kilogram.
Rumah-rumah di Dusun Banger hampir semuanya berciri khas bangunan Jawa Kuno. Lantainya terbuat dari kayu, sementara dindingnya terbuat dari kayu jati. Walaupun kuno, namun bagian dalamnya cukup luas.
- Mengunjungi Curug Cierang Sukabumi, Punya Pesona yang Bikin Pengunjung Tak Ingin Pulang
- Mengunjungi Desa Plabuhan di Batang, Ada Sumur Tepi Laut yang Jadi Sarana Pengobatan
- Mengunjungi Desa Teluk Tifu, Surga Tersembunyi di Pulau Buru
- Mengunjungi Kampung Terpencil di Tengah Perkebunan Teh Batang, Masih Banyak Rumah Tua Peninggalan Belanda
Pak Nuryanto sendiri pernah jadi Kepala Dusun Banger selama 32 tahun. Dia memulai tugas tahun 1979 dan purna tugas pada tahun 2012.
Dusun Banger sendiri terkenal dengan hasil pisangnya yang bagus kualitasnya. Saat tim Jejak Tempo Doeloe ke sana, para warga sedang memanen hasil tani, salah satunya pisang Banger yang terkenal itu.
“Pisangnya macem-macem. Ada Kepok Banjar, Kepok Pipit, dan lainnya,” kata Pak Nuryanto.
Untuk menuju ke ladang, para petani Dusun Banger harus berjalan kaki sejauh tiga kilometer. Tampak beberapa ibu-ibu sedang kembali dari ladang dengan membawa hasil tani yang berat.
Di Dusun Banger sebenarnya masih banyak rumah tidak layak huni. Bahkan beberapa penghuninya tidak pernah mendapat bantuan sama sekali.
Rumah itu dihuni seorang warga bernama Pak Harno. Tampak dinding rumahnya sudah banyak yang bolong. Lantainya masih terbuat dari tanah. Sementara perabotannya tidak ada sama sekali.
“Saya sehari-hari bekerja sebagai buruh tani. Kalau penghasilannya tidak ada,” kata Pak Harno dikutip dari kanal YouTube Jejak Tempo Doeloe.