Sejarah Kirab Tedhak Loji, Unjuk Kewibawaan Raja Tanah Jawa Terhadap Rezim Kolonial
Kirab ini selalu berlangsung megah yang mengisyaratkan tingginya wibawa raja tanah Jawa.
Kirab ini selalu berlangsung megah yang mengisyaratkan tingginya wibawa raja tanah Jawa
Sejarah Kirab Tedhak Loji, Unjuk Kewibawaan Raja Tanah Jawa Terhadap Rezim Kolonial
Upacara Tedhak Loji merupakan prosesi hadirnya Sunan atau Sri Sultan pada acara yang diadakan di Loji atau rumah gubernur.
Biasanya keberangkatan Sultan menuju loji disertai dengan kirab akbar yang terdiri dari parade kereta kebesaran. Selain itu, acara kirab juga diikuti oleh para bangsawan dan prajurit beserta abdi dalem keraton.
-
Di mana Lesti Kejora kuliah? Setelah ini, Lesti Kejora akan menyusul rekan-rekan pedangdut lainnya untuk diwisuda. Hal ini dikarenakan pada bulan Juni lalu, Lesti telah mengikuti seminar proposal. Lesti memilih untuk mengambil Jurusan Ilmu Komunikasi di Universitas Mercu Buana.
-
Kapan Kirab Tebu Temanten dilakukan? Acara ini digelar pada Selasa Selasa (23/4).
-
Apa aja gejala lidah kebas? Beberapa tanda-tanda yang dapat mengindikasikan adanya lidah kebas antara lain adalah perasaan kesemutan, sensasi terbakar, mati rasa lidah, atau perasaan seperti terkena jarum-jarum.
-
Kenapa Kirab Tebu Temanten dilakukan? Selain melestarikan budaya, tradisi ini dimaksudkan untuk memohon keselamatan agar proses giling dan penyulingan berjalan lancar, menyejahterakan seluruh karyawan, dan memberi manfaat bagi masyarakat sekitar.
-
Kapan Lorjhu' mulai dikenal? Salah satu grup musik yang belakangan menyita perhatian penikmat musik indie adalah Lorjhu'. Penulis kenamaan, Dea Anugrah melalui kilas cerita Instagramnya beberapa waktu silam, memuji kualitas musik Lorjhu'. Itu pengalaman pertama Dea nonton Lorjhu'.
-
Kapan Chetryn Peto lahir? Chetryn Anaskolastika Tenkudi Peto, yang akrab dipanggil Etyn atau Molas, lahir di Manggarai, Flores, NTT, pada tanggal 26 Juli 2003.
Prosesi ini juga menjadi unjuk kebolehan para raja dan bangsawan Jawa di mata para penjajah.
Dilansir dari kanal YouTube Bauwarna, upacara tersebut diperkirakan sudah ada sejak tahun 1800-an, yaitu pada masa Pakubuwono IV di Surakarta, dan masa Hamengkubuwono III di Yogyakarta.
Menjelang abad ke-20, yaitu pada masa pemerintahan Sunan Pakubuwono IX, pelaksanaan Tedhak Loji digambarkan sangat megah.
Para prajurit keraton berjalan membawa panji-panji kebesaran. Sementara Sri Sunan bersama residen Belanda duduk di dalam Kereta Kuda Kencana yang ditarik 8 ekor kuda Australia. Sedangkan putra mahkota dan residen duduk di kereta kuda lain yang ditarik 6 ekor kuda, diikuti oleh barisan para pangeran yang juga menunggang kuda.
Ratusan abdi dalem mengiringi dengan berjalan kaki. Sebagian dari mereka membawa benda-benda pusaka dan regalia.
Para prajurit keraton dan tentara pengawal sunan berbaris di depan kereta Sunan. Saat kereta sunan melewati Benteng Vastenberg, barisan korps musik segera memainkan lagu Wilhelmus, disertai dentuman meriam sebagai tanda penghormatan.
- Kini Tanah Makamnya Dipindahkan ke Bojonegoro, Begini Kisah Perjuangan Raja Jawa Jadi Buruh Batu Bara di Pengasingan
- Sejarah Sei Rampah, Wilayah yang Terkenal Banyak Tanaman Rempah
- Sejarah Patung Sigale-gale di Samosir, Pelipur Lara Kerinduan Sang Raja Kepada Anaknya
- Sejarah Kabupaten Kuningan, Salah Satu Daerah Tertua di Jawa Barat yang Sudah Ditinggali sejak 3500 SM
Saat kereta sunan sudah memasuki halaman Loji Residen, maka para pangeran bergegas turun dari kuda untuk melakukan sembah, kemudian duduk di tanah sampai Sunan turun dari keretanya.
Sementara itu tempat duduk di dalam Loji Residen sudah diatur dengan sangat bagus. Mulai dari tempat turunnya Sunan dari kereta kencana hingga dibentangkannya permadani merah khusus untuk lantai yang akan dilalui sunan dan residen.
Setelah Sunan dan Residen lewat, para petugas langsung sigap menggulung permadani itu kembali agar orang lain tidak berkesempatan untuk menginjaknya.
Dalam gelaran Tedhak Loji, Sri Sunan selalu membawa seperangkat gamelan beserta para penari srimpi untuk dipertunjukkan di dalam pesta. Sri Sunan, tanpa disertai istri, mengikuti acara itu hingga pukul 3 pagi.
Ketika Sri Sunan kembali ke keraton, diadakanlah upacara penghormatan yang sama seperti yang berlangsung saat kedatangannya di Loji Residen.