Gua Selomangleng Tulungagung, Peninggalan Era Majapahit di Tengah Hutan Belantara yang Eksotis
Gua peninggalan era Majapahit ini jadi tempat favorit para resi (orang suci) untuk bertapa.
Spot wisata alam kental nuansa sejarah
Gua Selomangleng Tulungagung, Peninggalan Era Majapahit di Tengah Hutan Belantara yang Eksotis
Cagar Budaya
Gua Selomangleng terletak di Desa Sanggrahan, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur. Pada tahun 2019, gua ini ditetapkan sebagai cagar budaya oleh Bupati Tulungagung melalui SK Nomor SK 188.45/96/013/2019.
-
Apa yang ditemukan di situs peninggalan Majapahit di Kalimantan Barat? Di Kota Ketapang, Kalimantan Barat, ada sebuah situs peninggalan Hindu Buddha. Peninggalan itu kemudian dikenal dengan nama Candi Negeri Baru.
-
Apa yang ditemukan oleh arkeolog di lokasi pagar sisi utara Istana Majapahit? Arkeolog berhasil menemukan lokasi pagar sisi utara hingga tiga tapak gapura dari Istana Majapahit. Hal itu berlangsung usai tahun 2023 lalu sempat terkendala pembebasan lahan di Jatirejo.
-
Apa saja pelanggaran yang diancam hukuman mati di masa Kerajaan Majapahit? Ada enam pelanggaran atau kejahatan yang dapat diancam dengan hukuman mati. Kejahatan tersebut di antaranya membakar rumah orang, meracuni manusia, mengamuk, menggunakan sihir, mencelakai orang lain dengan ilmu hitam, menebar fitnah kepada raja, selingkuh dengan perempuan yang telah bersuami, maupun merusak kehormatan wanita.
-
Di mana letak situs peninggalan Majapahit di Kalimantan Barat? Situs tersebut berada di tengah pemukiman penduduk dan hanya berjarak 300 meter dari tepi Sungai Pawan.
-
Bagaimana sejarah Museum di Puro Mangkunegaran? Museum ini terletak tak jauh dari Balai Kota Solo, berdasarkan sejarahnya, museum ini sudah dibangun sejak tahun 1867 dan dulunya digunakan sebagai kantor untuk De Javasche Bank Agentschap Soerakarta.
-
Apa yang merupakan pintu gerbang menuju ibu kota Kerajaan Majapahit di masa lampau? Pada masa lalu, Kalimas adalah pintu gerbang menuju ibu kota Kerajaan Majapahit di Trowulan Mojokerto.
Bentuk Fisik
Gua ini terdiri dari dua buah gua yang dipahatkan pada sebuah batu gunung besar. Mulut gua pertama menghadap ke barat dan berbentuk segi empat.
Gua pertama memiliki panjang 395 cm, lebar 325 cm, dengan kedalaman 380 cm, tinggi langit-langit 195 cm, dan tinggi dari tanah sekitarnya 80 cm.
Pada dinding kanan dan kiri mulut gua pertama, ada relief manusia dalam posisi berdiri. Di bagian atas mulut gua pertama, terdapat relief Kala besar yang hampir meliputi seluruh bagian atas batu.
Sisi utara mulut gua memiliki pahatan tangga naik dengan 8 anak tangga.
Gua kedua terletak di selatan gua pertama dan berbentuk segi empat.
Gua ini memiliki panjang 400 cm, lebar 200 cm, dengan kedalaman 380 cm, tinggi langit-langit 200 cm, dan tinggi dari tanah sekitarnya 2,30 cm. Gua ini tidak memiliki relief atau hiasan.
(Foto: Kemdikbud RI)
Relief Arjuna Wiwaha
Pada ketiga sisi dinding gua pertama terdapat relief yang bercerita tentang Arjuna Wiwaha.
Relief tersebut menggambarkan adegan saat Indra memerintahkan bidadari untuk menggoda Arjuna di Gunung Indrakila. Ada juga penggambaran adegan ketika bidadari menuruni awan dari kahyangan ke bumi.
Relief-relief di gua ini, terutama yang menggambarkan cerita Arjuna Wiwaha, mencerminkan kaitan dengan wiracarita Hindu. Gua ini kemungkinan besar berkaitan dengan agama Hindu.
(Foto: Kemdikbud RI)
Tahun Pembuatan
Menurut Bernet Kempers, gua ini dibuat sekitar abad X Masehi. Didasarkan pada pahatan relief tokoh-tokoh dengan ciri-ciri Majapahit.
Sementara itu, Satyawati Sulaiman menyatakan bahwa gua ini berasal dari masa awal Majapahit, menunjukkan kedekatan dengan wiracarita gubahan para pujangga sejak zaman Kerajaan Kediri.
- Dikira di Surga, Tempat Wisata Tersembunyi Indahnya Bukan Main ini Ternyata Ada di NTT
- Terungkap, Calon Panglima TNI Agus Subiyanto Ternyata Tuan Tanah Berharta Rp19 Miliar dan Tidak Punya Utang
- Muncul Makam dengan Bendera Merah Putih di Tengah Waduk Jatigede yang Surut, Ternyata Sosoknya Bukan Orang Sembarangan
- Uang Sering Hilang, Warga Lamongan Curiga Ada Orang Pelihara Tuyul
Tempat Bertapa
Dulu, Gua Selomangleng di perbukitan Wajak ini digunakan oleh para resi (pertapa) untuk bertapa.
Mereka tinggal di tempat jauh dari keramaian, seperti hutan dan perbukitan untuk menempa spiritualitas, seperti dikutip dari kebudayaan.kemdikbud.go.id.