Dalam 200 Tahun Terakhir, Menkes Sebut TBC Telah Bunuh Satu Miliar Manusia di Dunia
"Tiap tahun di dunia sekitar 1,3 juta orang meninggal atau dua setengah orang per menit meninggal di dunia," kata Budi
Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menyebut kira-kira dalam 200 tahun terakhir tuberkulosis (TBC) telah membunuh lebih dari satu miliar manusia di dunia.
"Tiap tahun di dunia sekitar 1,3 juta orang meninggal atau dua setengah orang per menit meninggal di dunia," kata Budi pada Peluncuran Pemanfaatan Alat Portable X-ray di Gedung Sate Bandung, Jumat (2/8).
Sementara di Indonesia, akibat paparan penyakit menular ini diperkirakan ada satu juta orang yang tertular dan 136 ribu di antaranya meninggal dunia akibat TBC setiap tahun.
"Artinya tiap lima menit ada satu orang meninggal di Indonesia akibat TBC. Ini prestasi terbaik Indonesia sejak merdeka sampai sekarang, 500 ribu orang terdeteksi sisanya enggak ketemu, mungkin saat ini sedang menularkan ke tetangganya kita tidak tahu," ucap dia, dilansir dari Antara.
- Biji Tembakau di Perapian Kuno Ini Ungkap Sejak Kapan Manusia Mulai Merokok
- Korban Salah tangkap Terlama di Dunia Akhirnya Dibebaskan, Tidak Terbukti Membunuh Setelah 50 Tahun Dipenjara
- Kecelakaan Maut Truk Tangki di Koja Jakut, Tiga Orang Meninggal Dunia
- Tiga Cara Berbakti Kepada Orangtua yang Telah Meninggal Dunia
Karena alasan itu, kata Budi, pemerintah saat ini secara agresif melakukan program surveilans seperti melakukan screening TBC untuk menemukan di mana saja dan siapa saja yang terkena TBC, bahkan dengan catatan sampai 820 ribu temuan pada 2023.
"Targetnya tahun 2024 ada 900 ribu yang ketemu. Tujuannya agar bisa diberikan obat yang saat ini sudah bisa empat sampai enam bulan sembuh, sehingga tidak menularkan ke yang lain dan diharapkan makin lama makin sedikit kasusnya termasuk yang meninggal," ucap dia.
Diakuinya, menemukan orang yang terkena TBC merupakan pekerjaan rumah yang tak mudah diselesaikan, terlebih screening TBC juga dipengaruhi oleh kesadaran dari masyarakat karena panjangnya proses yang harus dilalui seperti scan x-ray, tes PCR atau biologi molekuler di fasilitas kesehatan seperti rumah sakit.
"Sehingga nakes juga harus proaktif," ujarnya.
Namun, kata dia, dengan adanya 36 alat x-ray portabel yang dibeli dari bantuan Uni Emirat Arab 10 juta dolar AS, akan mempermudah para nakes untuk melakukan pemeriksaan dan menemukan masyarakat yang terpapar TBC.
"X-ray itu biasanya besar dan di rumah sakit. Dengan teknologi baru ini yang alatnya kecil, bisa dibawa di motor supaya bisa datang ke pelosok-pelosok menemukan yang sakit TBC," tuturnya.
Sebanyak 36 alat x-ray portabel ini sendiri akan didistribusikan oleh Kementerian Kesehatan ke beberapa daerah yang memiliki paparan TBC tinggi, termasuk Jawa Barat.
Jawa Barat sendiri mendapatkan lima unit alat x-ray portabel yang disebar ke RS Rotinsulu (dua unit), RS Hasan Sadikin (satu unit), dan RS Paru Gunawan (dua unit).