Keluarga Korban Tragedi Kanjuruhan Pakai Dana Bantuan untuk Pendidikan
Keluarga korban tragedi Kanjuruhan Malang mengutamakan penggunaan dana bantuan yang diterima untuk biaya pendidikan. Sebagian penerima bantuan, sengaja tidak mengambil atau dibiarkan di rekening karena dengan alasan untuk biaya pendidikan di jenjang selanjutnya.
Keluarga korban tragedi Kanjuruhan Malang mengutamakan penggunaan dana bantuan yang diterima untuk biaya pendidikan. Sebagian penerima bantuan, sengaja tidak mengambil atau dibiarkan di rekening karena dengan alasan untuk biaya pendidikan di jenjang selanjutnya.
"Kami kumpul-kumpulkan. Saya ingin mengantarkan adiknya ini seperti almarhum kakaknya," kata Wiyono, orang tua korban Tragedi Kanjuruhan di Desa Sukodadi, Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang, Kamis (23/2).
-
Kapan tragedi Kanjuruhan terjadi? Puncaknya meletus pada Tragedi Kanjuruhan 1 Oktober 2022.
-
Siapa yang menjadi korban dalam tragedi Kanjuruhan? Tragedi Kanjuruhan merupakan peristiwa kerusuhan yang terjadi di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur saat pertandingan antara Arema FC dan Persebaya.135 orang menjadi korban akibat terkunci di stadion. Mereka tewas karena terjadi penumpukan dan berdesak-desakan mencari pintu keluar.
-
Mengapa banyak korban jiwa di tragedi Kanjuruhan? Banyaknya korban jiwa disebabkan penggunaan gas air mata oleh polisi dan diperparah pintu stadion terkunci sehingga terjadi penumpukan massa di satu lokasi.
-
Bagaimana para korban Tragedi Trisakti meninggal? Mereka terbunuh oleh tembakan aparat polisi yang berjaga.
-
Kapan tragedi ini terjadi? Tragedi Semanggi I terjadi pada 11-13 November 1998. Kejadian ini menyebabkan tewasnya 17 warga sipil.
-
Di mana tragedi ini terjadi? Hari ini, 13 November pada tahun 1998 silam, terjadi demonstrasi besar-besaran di kawasan Semanggi, Jakarta.
Wiyono merupakan ayah dari almarhum Vera Puspita Ayu (22), seorang perawat yang turut menjadi korban meninggal dunia dalam tragedi Kanjuruhan. Almarhumah merupakan anak pertamanya yang saat itu baru beberapa bulan bekerja setelah lulus kuliah, bahkan berencana hendak menikah.
Wiyono yang keseharian sebagai penjual jamu menerima bantuan beasiswa pendidikan bagi anak keduanya, Naura Rahma Amelia (16).
Naura juga merupakan korban dalam peristiwa 1 Oktober 2022 itu. Karena turut menonton langsung pertandingan Arema FC VS Persebaya di Stadion Kanjuruhan. Bahkan bocah yang masih Kelas 3 SMP saat itu bersama teman-temannya membawa jenazah kakaknya pulang dari rumah sakit.
"Saya inginnya nanti bisa ambil jurusan kedokteran," tegas Naura yang kini duduk di Kelas 1 SMA di Kota Malang itu.
Sementara Istiani warga Wagir, Kabupaten ,Malang mengaku menyimpan sementara uang beasiswa anaknya, Rafka Aufar Saufandi (10). Uang tersebut rencana untuk biaya sekolah anaknya ke SMP, walaupun saat ini masih duduk di kelas 4 SD. Istiani merupakan ibu dari korban meninggal dunia atas nama almarhum Haviska Dwi Anindita (12).
"Tapi ini anaknya minta sunat (khitan). Dikumpulkan dulu untuk sunat juga nanti. Tapi nunggu pendak kakaknya (ganti tahun setelah kakaknya meninggal dinia) " ungkapnya.
Begitupun Supranowo, warga Wagir, Kabupaten Malang yang mengaku mengambil sebagian uang bea siswa putrinya, Naysya Dwi Anindita (12). Supranowo merupakan ayah dari korban Tragedi Kanjuruhan almarhum Clarita Discha Nopiah Putri.
"Kemarin sebagian diambil untuk membayar LKS," kata Naysya Dwi Anindita yang duduk di kelas 6 SD.
Sebanyak 38 anak dari keluarga penyintas Tragedi Kanjuruhan mendapatkan beasiswa pendidikan dari Perempuan Golkar Bersatu. Para penerima merupakan hasil assesmen dan mendapat pendampingan dari Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Jawa Timur.
Beasiswa ditransfer ke rekening penerima sebesar Rp275 ribu setiap bulan selama tiga tahun. Nilai beasiswa secara keseluruhan sekitar Rp10 juta per anak.
"Mereka ini terdampak baik langsung maupun tidak langsung dari tragedi Kanjuruhan. Ini sudah berjalan tiga bulan. Uang diserahkan bertahap atau setiap bulan dan untuk kepentingan pendidikannya," terang Anwar Sholihin, Ketua LPA Jawa Timur.
Dari 38 anak tersebut 17 anak berasal dari Kota Malang dan 21 anak dari Kabupaten Malang. Mereka duduk di bangku pendidikan dari pra sekolah hingga mahasiswa.
Hari ini secara perwakilan, sebanyak delapan anak dan delapan orang tua mendapatkan kunjungan guna kepentingan monitoring program. Kegiatan monitoring sekaligus kunjungan dilakukan di Desa Sukodadi, Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang.
"Kita ingin mencapai tujuan dan sasaran yang kita harapkan betul-betul bermanfaat buat anak-anak. Karena itu kami memang harus menggandeng pihak lain, termasuk LPA, BRI di sini," kata Nurul Arifin, pengurus Perempuan Golkar Bersatu.
Nurul Arifin yang juga Anggota DPR ini mengatakan, beasiswa tersebut murni sebagai bakti sosial dan kepedulian Perempuan Golkar Bersatu terhadap persoalan bencana di Tanah Air.
Donasi dikumpulkan oleh Yanti Airlangga selaku Ketua Umum Perempuan Golkar Bersatu, dari sejumlah kalangan di Jakarta. Sebelumnya istri Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto itu pada November lalu telah ke Malang dan menyapa langsung para penerima beasiswa.
"Terpenting anak-anak yang terkena dampak ini bisa sekolah kembali atau tetap sekolah, bisa terjamin walaupun tidak terjamin keseluruhan. Tapi angka 38 ini sesuai dengan anggaran yang terkumpul," tegas Nurul didampingi Ketua Bidang Sosial Perempuan Golkar Bersatu, Nita Aziz.
(mdk/cob)