Kronologi Santri di Mojokerto Diduga Dikeroyok hingga Pendarahan di Perut
Dokter mengindikasikan korban mengalami pendarahan di perut akibat benturan dan trauma.
Kronologi Santri di Mojokerto Diduga Dikeroyok hingga Pendarahan di Perut
Seorang santri di sebuah Pondok Pesantren di Kecamatan Pacet, Mojokerto diduga dikeroyok sesama santri hingga mengalami luka dalam. Korban berinisial MAS (15) itu disebut mengalami pendarahan perut akibat pengeroyokan tersebut.
-
Apa itu pingsan? Pingsan adalah kondisi sementara di mana seseorang kehilangan kesadaran karena penurunan aliran darah ke otak.
-
Kenapa orang pingsan? Pingsan adalah kondisi sementara di mana seseorang kehilangan kesadaran karena penurunan aliran darah ke otak.
-
Kapan kejadian penganiayaan tersebut? Dalam cerita tersebut, ia menuliskan mengenai pengalaman perempuan berinisial RST (18) yang disiksa secara sadis oleh orang asing pada Sabtu (16/3) sekitar pukul 14.40 WIB.
-
Kenapa Pemilu penting? Pemilu merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat untuk memilih Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Anggota Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden serta Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
-
Kapan kata penutup pidato penting? Seperti diketahui, bahwa ragam acara seperti seminar, perpisahan, pernikahan hingga acara formal lain membutuhkan sebuah penutup pidato yang penuh kesan yang membuat seluruh rangkaian acara berkesan.
-
Kapan kejadian penganiayaan tersebut terjadi? Pelaku insial H anak kandung korban, kejadian pengniayaan itu sudah lama, yakni pada Jumat 10 Mei 2024 sekira pukul 07.00 Wib. Tapi, videonya baru tersebar sekarang, makanya kami langsung gerak cepat ke rumah pelaku," kata Bery kepada merdeka.com.
Informasi yang dihimpun, korban MAS dilarikan ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sumberglagah, Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto.
Kasi Yanmed RSUD Sumberglagah dr Praviko Rahmadho membenarkan hal tersebut.
"Laporan teman-teman menerima pasien (korban MAS). Pasien itu datang mengaku dipukul temannya di pondok," kata dr Praviko Rahmadho, Kamis (26/9).
Saat tiba di rumah sakit, kata dokter Praviko, MAS mengeluh sakit dibagian perut. Tenaga medis kemudian melakukan pemeriksaan awal di ruang UGD hingga USG. Hasilnya, ditemukan pendarahan di dalam rongga perut santri kelas X itu.
“Hasil USG dikonsultasikan ke dokter bedah. Disimpulkan dokter bedah, diagnosisnya itu ada pendarahan di dalam rongga perut," terangnya.
- Kronologi Santri Tewas Dilempar Kayu Berpaku, Ternyata Korban Salah Sasaran
- Dokter Spesialis Ortopedi dan Traumatologi UI: Jangan Sembarangan Memindahkan Korban Kecelakaan
- Kronologi Dokter Helmiyadi Kuswardhana Meninggal Dunia karena Serangan Jantung Usai Operasi 10 Pasien
- Kronologi Santri di Jambi Tewas Penuh Luka: Telepon Ibu Mau Kasih Kejutan, 2 Jam Kemudian Meninggal
Masih kata dr Viko, memastikan tidak ads luka terbuka disekujur tubuh korban. Meski demikian, hemoglobin (HB) korban sempat menurun hingga angka 8,5.
Dokter mengindikasikan korban mengalami pendarahan di perut akibat benturan dan trauma. Karena itu, korban harus diambil tindakan operasi.
"Ada pendarahan di dalam (perut). Akhirnya dilakukan operasi, karena kalau dibiarkan bisa menyebabkan inpeksi di dalam rongga perut. Kalau ada benturan dan trauma itukan terjadi pendarahan,” tegasnya.
Tindakan operasi dilaksanakan setelah 4 jam korban masuk dari RS tersebut. Kini, kondisi santri asal Medan itu berangsur membaik. Ia dipindahkan ke ruang rawat inap VIP dengan didampingi keluarganya.
Sementara itu, Kasat Reskrim Polres Mojokerto AKP Nova Indra Pratama membenarkan telah menerima informasi kasus dugaan penganiayaan santri di Ponpes Mojokerto itu. Namun, sejauh ini pihaknya belum bisa memberikan keterangan secara detail.
Sebab, orang tua korban belum membuat laporan secara resmi. Ditambah, kondisi korban juga masih dalam perawatan sehingga belum bisa dimintai keterangan
"Masih dalam perawatan anaknya, cuman dari keluarganya masih kita tanya mau seperti apa arahnya. (Kronologi) Masih kita cek dulu karena anaknya kan belum sadar," ungkapnya.
Penjelasan Pengurus Ponpes
Ketua Yayasan Amanatul Ummah, Muhammad Al Barra membenarkan, korban MAS yang kini dirawat di RSUD Sumberglagah merupakan santrinya.
Namun, ia mengaku tidak mengetahui persis kronologi dugaan penganiayaan yang menimpa MAS. Sebab setiap lembaga mempunyai penanggungjawab. Sebagai ketua yayasan ia tak mungkin mengetahui semua kejadian di pondok.
"Katanya anak ini (MAS) tidak apa-apa, tidak ada bonyok, lalu merasa sakit, minta tolong ke dokter. Di dokter, kalau ingin tahu harus operasi, ya sudah dioperasi. Kami tahunya dari situ, ditanyai, baru dia ngomong," katanya, Kamis (25/9).
Ia memastikan kondisi santri yang kini duduk di bangku kelas X SMA itu sudah membaik. Ia menerima informasi kalau hari ini orang tua korban dengan orang tua sejumlah pelaku sedang dimediasi. Namun, ia belum mengetahui lokasi mediasi.
"Informasinya hari ini sedang mediasi antara orang tua korban dengan orang tua masing-masing pelaku. Saya kurang tahu di mana, tadi belum tanya. (Pelaku lebih dari satu?) Saya kurang tahu jelasnya berapa orang," terangnya.
Terkait kebijakan dari pesantren, tambah Gus Barra, menunggu hasil mediasi.
“Kalau peraturan kami, seperti itu (kasus penganiayaan) biasanya dikeluarkan dari pesantren. Tapi tergantung kesepakatan keluarga, kalau saling memaafkan, tidak ada masalah, bisa belajar lagi di pondok," tandasnya.
MAS, santri asal Medan di Ponpes Amanatul Ummah harus medapatkan perawatan di IGD RS Sumberglagah. Ia harus dioperasi lantaran mengalami pendarahan dibagian rongga perut. Cedera yang dialami MAS diduga karena akibat dikeroyok oleh sejumlah santri.