Sejarawan: Sering Kali Pikiran Bung Karno Dianggap Fosil, Padahal Masih Relevan Diterapkan Saat Ini
Acara bedah buku itu juga dihadiri Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto
Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasionalis Indonesia (PA GMNI) Kabupaten Lebak menggelar acara Bedah Buku 'Merahnya Ajaran Bung Karno' di Pendopo Museum Multatuli, Kabupaten Lebak, Banten, Jumat (16/8). Bedah buku ini sekaligus dalam rangka merefleksikan kemerdekaan Republik Indonesia.
Hadir dalam kegiatan tersebut Sekretaris Jenderal DPP PDIP, Hasto Kristiyanto, Penulis Buku Airlangga Pribadi, Sejarawan Bonnie Triyana, dan Pengamat Politik Rocky Gerung.
- Fosil Kadal Pertama yang Terabaikan Bertahun-Tahun Ternyata Mengubah Sejarah Evolusi, Berasal dari 205 Juta Tahun Lalu
- Mahasiswa Arkeologi Temukan Dua Prasasti Berusia 950 Tahun di Kuil, Jelaskan Soal Sejarah Sampai Irigasi
- Mengenal Kirab Fosil Manyarejo, Bentuk Nyata Pelestarian Warga terhadap Warisan Purbakala Situs Sangiran
- Ilmuwan Pertama Kali Temukan Fosil Kromosom Purba, Masih Utuh dan Tersusun Rapi dalam Kulit Mamut Berbulu Berusia 52.000 Tahun
Sekretaris Jenderal PDIP, Hasto Kristiyanto mengapresiasi terbitnya buku ini dan berharap masyarakat dapat membentuk dan mengimplementasikan pemikiran Soekarno dalam bernegara.
"Karena Pancasila bukan hanya falsafah bangsa. Seluruh demokrasi yang kita bangun, kita tidak boleh setengah-setengah dalam mempelajari ajaran Bung Karno," kata Hasto.
Sejarawan Nasional asal Lebak, Bonnie Triyana menambahkan, gerakan-gerakan kritis pada masa proklamasi dilakukan Bung Karno sedianya bisa dicontoh untuk membangun negara.
"Sering kali pikiran-pikiran Bung Karno dianggap sebagai fosil, yang padahal dari pemikiran Bung Karno untuk diterapkan di masa saat ini masih relevan," kata Bonnie.
Di kesempatan yang sama, Ketua PA GMNI Lebak, Enday Hidayat, mengungkapkan kegiatan acara bedah buku ini merupakan refleksi dan ajakan kepada seluruh masyarakat terkhusus untuk para kaum muda agar dapat mewarisi semangat nasionalis ala Bung Karno.
"Mengingat, cita-cita Proklamasi 17 Agustus 1945 patut kita refleksikan serta pikirkan secara tajam tajam, kita gali melalui bedah buku," ujarnya.