Banyak Kasus Kekerasan oleh ODGJ, Apa yang Harus Dilakukan Jika Diserang?
Kementerian Sosial mengungkapkan bahwa tingginya kasus kekerasan yang melibatkan ODGJ menandakan perlunya peninjauan mendalam terhadap program kesehatan mental.
Orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) sering kali terlibat dalam tindakan kekerasan yang tidak terduga. Berdasarkan informasi dari Kementerian Sosial (Kemensos), tingginya angka kekerasan yang melibatkan ODGJ menunjukkan perlunya peninjauan kembali terhadap program kesehatan mental dan intervensi sosial di Indonesia. "Sistem kesehatan mental perlu lebih responsif, dan pekerja sosial harus didorong untuk lebih aktif dalam melakukan intervensi. Layanan sosial yang efektif harus melibatkan pendekatan multidisiplin yang mencakup tenaga kesehatan mental, lembaga hukum, komunitas, serta keluarga ODGJ," ungkap Agus Wahyudi SST. M.Kesos dalam pernyataannya di situs resmi Kemensos.
Lebih lanjut, Agus menekankan bahwa pendekatan berbasis komunitas perlu diperkuat, di mana pekerja sosial berfungsi sebagai jembatan antara individu dengan gangguan jiwa, keluarganya, dan layanan kesehatan mental. Dengan demikian, diharapkan dapat mengurangi kasus kekerasan yang dilakukan oleh ODGJ melalui langkah-langkah pencegahan yang lebih efektif. Selain itu, penting juga untuk mengatasi stigma yang melekat pada ODGJ melalui pendidikan masyarakat sebagai upaya untuk menciptakan lingkungan yang lebih inklusif dan peduli.
-
Apa fokus utama Kemensos dalam menangani disabilitas? Komitmen Kementerian Sosial (Kemensos) untuk mewujudkan layanan inklusif bagi penyandang disabilitas terus ditingkatkan.
-
Alat bantu kesehatan apa saja yang diberikan kepada lansia dan penyandang disabilitas di Tarakan? Alkes yang diberikan antara lain kursi roda, kacamata, alat bantu dengar, dan tongkat kruk ketiak, yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup lansia dan penyandang disabilitas.
-
Siapa yang bisa mengalami masalah kesehatan mental? Kesehatan mental adalah keadaan psikologis dan emosional seseorang yang memungkinkannya untuk berfungsi secara optimal dalam kehidupan sehari-hari.
-
Apa yang dimaksud dengan kelelahan mental? Kelelahan mental, yang juga dikenal sebagai burnout adalah kondisi kelelahan fisik dan emosional kronis yang disebabkan oleh stres berkepanjangan, kelebihan kerja, atau ketidakseimbangan antara tanggung jawab dan sumber daya.
-
Apa masalah kesehatan mental yang dihadapi oleh sebagian besar penduduk Indonesia? Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, menunjukkan lebih dari 19 juta penduduk berusia di atas 15 tahun mengalami gangguan mental emosional. Sementara itu, diketahui juga bahwa lebih dari 12 juta penduduk berusia lebih dari 15 tahun mengalami depresi.
-
Bagaimana cara para pelaku mencuri kursi roda milik kakek disabilitas itu? Mereka kemudia berbagi tugas untuk menjalankan aksi pencurian satu unit kursi roda milik kakek disabilitas itu.
Pekerja sosial memiliki peran kunci dalam merancang kampanye edukasi yang melibatkan ODGJ dan berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk membangun lingkungan sosial yang mendukung kesehatan mental. "Dengan pendekatan yang sistematis dan berkelanjutan, stigma terhadap ODGJ dapat dikurangi, serta akses terhadap layanan kesehatan mental juga akan meningkat," tutup Agus.
Agus menekankan bahwa kekerasan yang dilakukan oleh orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) adalah isu yang rumit dan memerlukan pendekatan solusi yang melibatkan berbagai disiplin ilmu. Dalam konteks ini, pekerja sosial memiliki peran yang sangat signifikan dalam mencegah serta mengatasi kekerasan yang berasal dari ODGJ, dengan cara menerapkan pendekatan berbasis komunitas, melakukan intervensi sejak dini, dan memberikan edukasi kepada masyarakat.
"Dukungan kebijakan dan peningkatan akses terhadap layanan kesehatan mental juga menjadi kunci penting dalam mengurangi risiko serangan oleh ODGJ di masa depan," tambahnya. Dengan demikian, kolaborasi antar sektor menjadi sangat penting untuk mengatasi masalah ini secara efektif.
Perlunya Perhatian Lebih
Beberapa insiden penyerangan yang dilakukan oleh orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) seperti serangan senjata tajam oleh MW di Kabupaten Jayawijaya, Papua Pegunungan, serta kejadian serupa di Sukabumi dan Bekasi, memperlihatkan bahwa kekerasan yang dilakukan oleh individu dengan gangguan kejiwaan adalah isu yang harus ditangani dengan lebih serius. Hal ini disebabkan oleh stigma sosial yang berat yang sering dihadapi oleh orang dengan gangguan jiwa, serta kurangnya akses terhadap perawatan medis dan psikososial yang memadai (Corbiere et al, 2012).
Fasilitas perawatan yang terbatas, jumlah tenaga profesional kesehatan mental yang sedikit, dan kurangnya koordinasi antar lembaga sosial dan kesehatan merupakan beberapa masalah yang masih ada dalam penanganan ODGJ di Indonesia (Fadly, 2024). Kasus kekerasan yang melibatkan ODGJ ini menyoroti tantangan mendasar yang ada dalam pendekatan sosial dan kesehatan terhadap individu dengan gangguan jiwa. Insiden yang dilakukan oleh ODGJ seperti MW, yang menyerang warga menggunakan senjata tajam, menunjukkan ketidakmampuan sistem dalam melakukan intervensi dini sebelum kondisi mereka memburuk dan menjadi ancaman bagi masyarakat.
Peranan Pekerja Sosial untuk Mengatasi Masalah
Pekerja sosial memiliki peran yang sangat vital dalam menangani permasalahan yang dialami oleh orang dengan gangguan jiwa (ODGJ). Dalam pelaksanaan tugasnya, terdapat beberapa langkah strategis yang bisa diambil untuk memastikan ODGJ menerima bantuan yang diperlukan. Langkah pertama adalah pekerja sosial perlu mengenali secara dini tanda-tanda gangguan jiwa di masyarakat dengan menggunakan pendekatan berbasis komunitas. Keterlibatan keluarga dan lingkungan sekitar sangat krusial, karena mereka adalah pihak yang pertama kali menyadari adanya perubahan perilaku pada individu yang mengalami gangguan jiwa.
Selanjutnya, pekerja sosial harus melakukan koordinasi dengan tenaga kesehatan mental seperti psikiater dan psikolog untuk memberikan intervensi medis yang sesuai. ODGJ, seperti MW, yang tidak mendapatkan perawatan medis yang memadai, dapat menjadi lebih rentan terhadap perilaku agresif dan tindakan kekerasan. "Kolaborasi yang kuat antara pekerja sosial dan tenaga kesehatan mental sangat penting untuk memastikan intervensi yang tepat dan efektif bagi ODGJ, terutama bagi individu yang berisiko tinggi seperti MW," ujar Agus.