Penyebab Pecahnya Pembuluh Darah di Otak, Faktor Risiko yang Harus Diwaspadai
Dokter menjelaskan faktor-faktor yang dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah di otak.
Baru-baru ini, dunia kesehatan kehilangan seorang dokter dan content creator, Dr. Azmi Fadhlih, yang meninggal akibat pecahnya pembuluh darah di otak. Keluarga menyatakan bahwa penyebab kematiannya adalah komplikasi yang disebabkan oleh kondisi ini, yang sering kali sulit dipahami oleh banyak orang awam.
Pecahnya pembuluh darah di otak, atau yang dikenal sebagai stroke hemoragik, dapat disebabkan oleh berbagai faktor, terutama tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol.Menurut Profesor Dr. dr. Yuda Turana, Sp.S (K), pembuluh darah berfungsi seperti pipa yang mengalirkan oksigen dan nutrisi ke seluruh tubuh. Ketika tekanan darah dalam pembuluh meningkat terlalu tinggi, pembuluh tersebut bisa melebar dan akhirnya pecah.
-
Kenapa kesehatan lidah penting? Seiring dengan fungsinya yang kompleks, kesehatan lidah dapat mencerminkan kondisi keseluruhan dari kesehatan seseorang. Perubahan warna, tekstur, atau adanya gejala seperti luka, bintik, atau pembengkakan pada lidah bisa menjadi tanda awal masalah kesehatan yang lebih serius.
-
Kenapa tumit pecah-pecah bisa jadi masalah kesehatan? Kulit yang pecah-pecah di area tumit bisa menjadi luka terbuka yang berisiko mengalami infeksi.
-
Bagaimana cara menjaga pola hidup sehat agar terhindar dari sakit? Berikut beberapa cara menjaga pola hidup sehat dalam Islam. 1. Makan Sehat dan Seimbang Islam mendorong umatnya untuk mengonsumsi makanan yang sehat dan bernutrisi.
-
Apa yang dimaksud dengan makan sehat? Menurut Davis pada dasarnya, makan sehat adalah mengisi tubuh dengan makanan bergizi dan utuh.
-
Apa definisi dari lemak sehat? Lemak sehat atau lemak tak jenuh adalah jenis lemak yang mengandung satu atau lebih ikatan rangkap dua atau rangkap tiga di antara molekul-molekulnya.
-
Kapan dampak merokok terhadap kesehatan pernapasan mulai terlihat? Penelitian ini menunjukkan bahwa tidak diperlukan waktu puluhan tahun untuk mengembangkan gejala gangguan pernapasan akibat merokok; kami sudah dapat melihat hubungan yang signifikan di usia dewasa muda.
Pasien yang mengalami hipertensi jangka panjang atau lonjakan tekanan darah mendadak memiliki risiko lebih besar untuk mengalami kondisi ini. Dr. Yuda menekankan pentingnya mengetahui faktor risiko utama untuk mencegah komplikasi serius seperti pecahnya pembuluh darah, dilansir Merdeka.com dari berbagai sumber, Rabu(18/12).
Pembuluh darah Dapat Diibaratkan Seperti Pipa
Yuda Turana menjelaskan bahwa dinding pembuluh darah yang memiliki ketebalan yang rendah atau mudah rapuh dapat berpotensi menyebabkan terjadinya pecah pada pembuluh.
"Pipa yang rapuh dan ini bisa dibawa secara genetik atau karena proses degeneratif atau penuaan. Di mana pipa jadi rapuh, sering pada orangtua tanpa tekanan darah tinggi, pipa rapuh dan gampang pecah," katanya.
Kondisi ini menunjukkan pentingnya menjaga kesehatan pembuluh darah, terutama seiring bertambahnya usia. Oleh karena itu, perhatian terhadap faktor-faktor yang dapat memperburuk kondisi pembuluh darah sangatlah krusial, baik dari segi pola makan maupun gaya hidup sehari-hari.
Keparahan pada Pembuluh Darah
Keparahan yang ditimbulkan oleh pecahnya pembuluh darah di otak sangat tergantung pada seberapa banyak pendarahan yang terjadi serta lokasi terjadinya pendarahan tersebut. Menurut seorang ahli, "Volume darah makin banyak risiko kematian makin besar, tetapi juga lokasi penting.
Pendarahan biasanya tidak banyak, tapi letaknya di batang otak jelas fatal." Ia juga menjelaskan, "Jadi kematian itu bisa karena besar volumenya atau lokasinya, tidak semata-mata dari volumenya."
Dengan demikian, baik jumlah darah yang keluar maupun tempat pendarahan memiliki peran penting dalam menentukan tingkat keparahan kondisi pasien.
Periksa Tekanan Darah Secara Rutin
Yuda menggarisbawahi betapa krusialnya menerapkan gaya hidup yang sehat. Tindakan ini mencakup kebiasaan mengonsumsi makanan bergizi, melakukan aktivitas fisik secara teratur, menghindari alkohol dan rokok, serta mengelola stres untuk mencegah terjadinya hipertensi.
Rektor Unika Atma Jaya tersebut juga menyarankan agar orang-orang yang berusia 40 tahun ke atas melakukan pengukuran tekanan darah secara berkala. Dengan cara ini, mereka dapat mendeteksi peningkatan tekanan darah sejak dini.