Siapkan Si Kecil Menghadapi Peer Pressure dari Lingkungan Sekitar, Ini Caranya
Peer Pressure menjadi tantangan sendiri bagi orangtua dalam membangun karakter & kepribadian anak. Selain itu orangtua juga perlu mendampingi saat anak tertekan
Siapkan Si Kecil Menghadapi Peer Pressure dari Lingkungan Sekitar, Ini Caranya
Peer pressure atau tekanan dari teman sebaya adalah tantangan yang mungkin dihadapi oleh anak-anak di sekolah atau saat bermain dengan teman-teman mereka.
Dalam situasi ini, anak-anak sering kali merasa tergoda untuk melakukan hal-hal yang negatif, seperti merokok, mengonsumsi alkohol, mencoba narkoba, atau bahkan terlibat dalam tindakan bullying (perundungan).
Bagi orangtua, sangat penting untuk membantu anak-anak menghadapi peer pressure ini dengan bijak.
Peer pressure adalah tekanan atau pengaruh yang diberikan oleh orang-orang di sekitar anak, terutama oleh teman-teman sebaya mereka. Arti dari peer pressure juga bisa menggambarkan upaya seseorang untuk tampil atau berperilaku sesuai dengan norma dan nilai-nilai kelompok tertentu.
-
Bagaimana bullying mempengaruhi kesehatan mental anak? Ketakutan dan kecemasan yang terus menerus karena menjadi target dapat menyebabkan tingkat stres yang tinggi. Anak-anak dapat mengalami gejala gangguan kecemasan, seperti sering mengalami serangan panik, gangguan tidur, dan sulit berkonsentrasi.
-
Kapan keterbelakangan mental bisa terjadi pada anak? Penyakit ini dapat memengaruhi individu sejak usia dini dan memberikan dampak signifikan pada perkembangan kognitif, sosial, dan emosional mereka.
-
Bagaimana cara mencegah keterbelakangan mental pada anak? Penyebab tertentu dari keterbelakangan mental dapat dicegah. Penyebab yang paling umum adalah fetal alcohol syndrom. Oleh karena itu, wanita hamil tidak boleh minum alkohol. Mendapatkan perawatan prenatal yang tepat, vitamin prenatal, dan vaksinasi terhadap penyakit menular tertentu juga dapat menurunkan risiko anak lahir dengan keterbelakangan mental.
-
Apa saja yang termasuk ke dalam perkembangan kecerdasan anak remaja? Perubahan ini mempengaruhi perkembangan kecerdasan anak remaja, yang meliputi kecerdasan kognitif, kecerdasan emosional, kecerdasan sosial, dan kecerdasan moral.
-
Apa yang menjadi tanda awal perilaku sosiopat pada anak? Melakukan Kekerasan Terhadap Hewan Berbohong Tanpa Rasa Bersalah Semua anak berbohong, tetapi jika Anda melihat bahwa anak tidak hanya berbohong untuk menghindari hukuman, melainkan berbohong hanya karena bisa, ini bisa menjadi pertanda. Tidak Peduli dengan Konsekuensi Tidak Memiliki Empati Sosiopati seringkali disebut sebagai ketidakmampuan untuk merasakan empati terhadap orang lain. Anak yang tidak memiliki empati mungkin tidak akan merasa sesal saat melihat penderitaan orang atau hewan. Masalah Kemarahan yang Intens Manipulatif Anak yang lebih manipulatif dan menawan daripada yang seharusnya sebaya mereka mungkin memiliki tanda ini. Mereka telah menyadari bahwa pesona dapat membawa mereka jauh. Perilaku Perundungan Tidak Menunjukkan Emosi Anak-anak biasanya ceria dan penuh semangat, tetapi anak-anak sosiopat seringkali terlihat dingin, acuh, dan tidak menunjukkan emosi sejak dini. Melakukan Vandalisme dan Pembakaran Tidak Peduli dengan Benar dan Salah Anak-anak sejak dini biasanya memahami perbedaan antara benar dan salah. Namun, anak-anak yang mungkin memiliki kecenderungan sosiopat tidak peduli dan tidak mematuhi aturan.
-
Apa yang terjadi pada anak jika kesehatan mentalnya terganggu? Jika kesehatan mental anak terganggu, emosinya menjadi tidak stabil, sering merasa lelah, jenuh, pusing, dan tidak mampu bersosialisasi dengan baik.
Penting untuk diingat bahwa peer pressure tidak selalu bersifat negatif. Ada kalanya, teman-teman sebaya dapat memberikan pengaruh positif yang mendorong anak-anak untuk melakukan hal-hal yang baik dan mendukung perkembangan mereka.
Namun, pada saat yang sama, peer pressure yang negatif dapat membawa anak-anak ke dalam situasi yang berbahaya.
Mereka mungkin merasa terdorong untuk melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai keluarga mereka hanya untuk mendapatkan penerimaan dari teman-teman sebaya.
Oleh karena itu, penting bagi orangtua untuk memahami jenis-jenis peer pressure dan bagaimana cara membantu anak-anak menghadapinya.
Menurut Choosing Therapy, terdapat enam jenis peer pressure yang perlu dipahami oleh orangtua:
1. Spoken Peer Pressure
Ini adalah pengaruh yang melibatkan satu individu atau kelompok yang meminta individu lain untuk berpartisipasi dalam melakukan sebuah perilaku. Jenis peer pressure ini dapat memberikan dampak yang lebih kuat jika dilakukan oleh sebuah kelompok.
2. Unspoken Peer Pressure
Ini adalah jenis tekanan yang membuat seseorang terpapar terhadap perilaku, tren, atau pilihan orang lain tanpa harus diucapkan. Pengaruh ini membuat anak-anak merasa tertekan untuk menyesuaikan diri dengan apa yang dianggap sebagai norma.
3. Direct Peer Pressure
Ini adalah tekanan teman sebaya secara langsung yang berbasis perilaku. Jenis peer pressure ini bisa diucapkan atau tidak diucapkan dan dapat memiliki dampak yang kuat karena anak-anak merasa tidak nyaman dengan tekanan langsung dari teman sebaya.
Ini adalah jenis peer pressure yang lebih tidak langsung dan bisa memvalidasi perilaku atau aktivitas yang ingin anak coba, tapi belum pernah dilakukan sebelumnya. Ini bisa terjadi meskipun tidak diucapkan dan mempengaruhi perasaan anak tentang diri mereka sendiri.
- Kisah Lansia Asal Madiun Puluhan Tahun Jadi Penunggu Pasien di Rumah Sakit, Motivasinya Bikin Haru
- Munculnya Perubahan Perilaku Jadi Tanda Adanya Stres Remaja yang Butuh Intervensi Orangtua
- Lantunan Doa agar Anak Pintar, Soleh dan Berhati Lembut
- Perundungan Kian Mengerikan, Ini Deratan Kekerasan Libatkan Pelajar yang Bikin Geger
4. Indirect Peer Pressure
Ini adalah tekanan dari teman yang membawa pengaruh baik pada anak. Contohnya dapat berupa mendorong anak untuk belajar lebih giat di sekolah, menabung, tidak berbicara buruk tentang orang lain, atau menghindari perilaku buruk seperti merokok atau meminum alkohol.
5. Peer Pressure Positif
6. Peer Pressure Negatif
Ini adalah tekanan dari teman-teman untuk melakukan hal-hal yang buruk seperti bolos sekolah, merokok, mencoba narkoba, berkelahi, atau melakukan tindakan bully.
Menghadapi peer pressure negatif bisa menjadi tantangan besar bagi anak-anak. Orangtua memiliki peran penting dalam membantu mereka menghadapi tekanan ini. Berikut adalah beberapa cara yang dapat dilakukan orangtua:
Cara Membantu Anak Hadapi Peer Pressure Negatif
Mengajarkan anak-anak untuk membedakan mana yang baik dan buruk adalah langkah pertama yang perlu diambil. Ini akan membantu mereka memahami konsekuensi dari tindakan mereka.
1. Ajari Anak Membedakan Mana yang Baik dan Buruk
Ajarkan anak-anak untuk berani menolak dan mengatakan 'tidak' jika mereka merasa ditekan untuk melakukan hal yang tidak sesuai dengan nilai-nilai keluarga mereka.
2. Ajari Anak untuk Mengatakan 'Tidak'
Anak-anak yang memiliki rasa percaya diri yang baik cenderung lebih mampu menolak tekanan negatif. Bantu mereka merasa percaya diri dengan memberikan pujian dan dukungan.
3. Bangun Rasa Percaya Diri Anak
4. Jaga Komunikasi dengan Anak
Menjaga komunikasi yang baik dengan anak adalah kunci. Membuat mereka merasa nyaman untuk berbicara kepada orangtua tentang masalah yang mereka hadapi.
5. Ajari Anak untuk Menolak dengan Sopan: Selain menolak, ajarkan anak-anak untuk melakukannya dengan sopan tanpa menciptakan permusuhan.
6. Tegaskan Bahwa Menjadi Berbeda Itu Wajar: Ingatkan anak-anak bahwa perbedaan adalah hal yang wajar. Orang-orang yang sukses sering kali berbeda dari yang lainnya.
7. Turun Tangan Jika Diperlukan: Jika anak Anda dalam situasi berbahaya, jangan ragu untuk turun tangan dan membantu mereka.
8. Ajari Anak untuk Membuat Alasan: Anak-anak juga perlu belajar bagaimana membuat alasan yang baik agar terhindar dari konsekuensi buruk peer pressure.
Mereka mungkin juga ingin pergi ke tempat wisata tertentu yang mereka dengar dari teman-teman mereka. Ini adalah upaya mereka untuk terlihat sama seperti teman-teman mereka dan tetap bisa bermain bersama.
Saat melihat kondisi peer pressure pada balita, bentuknya mungkin lebih sederhana. Misalnya, balita bisa meminta uang jajan untuk membeli mainan atau pakaian tertentu karena melihat teman-temannya memiliki hal serupa.
Namun, ini adalah langkah pertama menuju memahami peer pressure dan bisa berkembang menjadi hal yang lebih serius seiring dengan pertambahan usia mereka. Oleh karena itu, penting bagi orangtua untuk mulai membekali anak-anak dengan keterampilan untuk menghadapinya sejak dini.
Ada beberapa ciri-ciri yang dapat membantu orangtua mengidentifikasi apakah anak mereka sedang mengalami peer pressure negatif. Beberapa dari ciri-ciri ini meliputi:
1. Menghindari sekolah atau situasi sosial.
2. Perubahan perilaku yang drastis.
3. Mengekspresikan perasaan bahwa dirinya tidak bisa berbaur dengan teman-teman sebayanya.
4. Suasana hati yang buruk secara teratur.
5. Sering membuat perbandingan sosial dengan teman-teman mereka.
6. Kesulitan tidur atau perubahan tidur yang signifikan.
7. Percobaan untuk mengubah penampilan, seperti gaya rambut dan pakaian baru.
Peer pressure dapat memicu anak-anak untuk mengevaluasi diri mereka sendiri dan beradaptasi dengan lingkungan mereka. Ini dapat membantu mereka mengasah kemampuan sosialisasi dan berinteraksi dengan berbagai jenis orang.
Meskipun sering kali dilihat sebagai sesuatu yang negatif, peer pressure tidak selalu buruk.
Untuk memastikan bahwa efek peer pressure pada anak-anak adalah positif, bimbing mereka untuk berteman dengan individu yang memiliki nilai-nilai positif. Teman-teman yang mendukung pengembangan diri dan kebaikan akan membantu anak-anak tumbuh menjadi individu yang kuat dan percaya diri.