Kenalan dengan Suku Dayak Tomun dari Lamandau Kalteng, Punya Tarian Ritual Kematian
Tarian ini konon dipercaya akan merekatkan koneksi antara keluarga yang ditinggalkan dengan roh yang dipanggil oleh Tuhan.
Sudah kenal dengan masyarakat Dayak Tomun? Jika belum, kelompok ini merupakan para pelestari adat yang tinggal di Kabupaten Lamandau, Provinsi Kalimantan Tengah.
Sehari-hari mereka hidup menyatu dengan alam dan menjalankan tradisi warisan nenek moyang seperti tinggal di rumah panggung, menjalankan agama Kaharingan, merawat hutan sebagai sumber kehidupan hingga menggunakan bahasa Tomun sebagai percakapan lokal.
-
Bagaimana cara masyarakat Dayak melakukan Ritual Laluhan? Acara tersebut diawali dengan sejumlah kapal yang salah satunya ditumpangi Pejabat Bupati Kapuas, berlayar mengarungi Sungai Kapuas dari Dermaga Sei Pasah menuju Dermaga Danumare. Sementara pejabat dan masyarakat lainnya menunggu di Dermaga Danumare dengan batang suli yang siap dilemparkan. Saat kapal melintas, perangpun dimulai. Penumpang kapal dan masyarakat yang berada di dermaga saling melempar tombak dari batang suli.
-
Bagaimana tradisi Kawin Tangkap di Sumba Barat Daya dilakukan? Pelaksanaan kawin tangkap merupakan perkawinan yang terjadi tanpa persetujuan salah satu pihak.Tradisi ini terjadi bukan atas dasar cinta, tetapi karena kesepakatan antara orang tua laki-laki dan perempuan, tanpa sepengetahuan perempuan.
-
Apa itu tradisi Kawin Tangkap di Sumba Barat Daya? Tradisi kawin tangkap ialah perkawinan yang dilakukan dengan cara menangkap perempuan dengan paksa untuk dikawinkan dengan pria yang tidak dicintainya.
-
Kenapa tradisi Kawin Tangkap dilakukan di Sumba Barat Daya? Motivasi yang melatarbelakangi tradisi ini pun beragam, seperti masalah ekonomi terlilit hutang, atau karena alasan kekerabatan. Masyarakat mengganggap, agar hubungan kekerabatan yang sudah terjalin tidak putus, diperlukan adanya perkawinan antara dua kebisu (suku).
-
Apa yang menjadi tradisi turun-temurun di Dusun Thekelan? “Tujuan kami adalah untuk mempererat tali silaturahim dan untuk mempersatukan kami karena ini adalah suatu adat yang sudah turun-temurun sejak zaman dulu di dusun kami,”
-
Kenapa tradisi Tota Timui penting bagi masyarakat Dayak Benuaq? Tradisi Tota Tinui ini masih dijaga pada masyarakat Dayak Benuaq hingga kini. Mereka percaya, kalau tradisi itu tidak dilaksanakan, mereka akan mendapat bala.
Namun tak hanya itu, karena mereka juga memiliki berbagai kebudayaan unik salah satunya Babukung yang merupakan tarian kematian. Tarian ini konon dipercaya akan merekatkan koneksi antara keluarga yang ditinggalkan, dengan roh yang dipanggil oleh Tuhan.
Saking uniknya, tradisi Babukung sampai dijadikan festival oleh pemerintah setempat yang rutin ditampilkan sebagai ajang promosi pariwisata. Babukung jadi salah satu kearifan lokal yang unik dari tanah Kalimantan.
Masyarakat Dayak Tomun Masih Lestarikan Agama Kaharingan
Begitu teguhnya masyarakat Dayak Tomun dalam mempraktikkan adat istiadat warisan nenek moyang di masa silam. Mereka tak ingin kearifan lokal yang telah dirawat bertahun-tahun hilang oleh kemajuan zaman termasuk soal kepercayaan.
Seluruh warga di sana diketahui masih mempraktikan ritual keagamaan bernama Kaharingan. Ini merupakan sistem kepercayaan lokal yang sudah bertahan sejak beratus-ratus tahun silam.
Mengutip jurnal berjudul Agama Kaharingan yang ditulis oleh Heronimus Heron, Mahasiswa Pascasarjana Program Studi Kajian Budaya Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, menyebut bahwa ajaran ini memiliki arti kehidupan yang tidak terpengaruh dari budaya asing.
- Kenalan dengan Tradisi Hajat Arwah di Bandung Barat, Ritual “Beri Hadiah” pada Orang yang Sudah Wafat
- Lebih Dekat dengan Tari Magunatip, Tarian "Jebakan" Asli Suku Dayak Kenyah Kalimantan Utara
- Tewaskan Tetangga yang Punya Ilmu Kebal, Kakak Beradik Ritual Tancapkan Pedang di Tanah
- Mencicipi Kue Ka Khas Pulau Seribu, Hanya Ada saat Ritual Nelayan Pulang Melaut
Dalam kepercayaan Kaharingan, Tuhan disebut Ranying dan bersemayam di langit ketujuh atau surgawi yang paling tertinggi bersama para malaikat para dewa dan Sangiang.
Memproduksi Mandau Sendiri
Jika berkunjung ke sini, tak hanya didapatkan suguhan rumah adat panggung yang telah menjadi ikon di sana. Siapapun yang datang, akan bisa melihat secara langsung proses pembuatan senjata tradisional Mandau khas Kalimantan.
Senjata ini menjadi perkakas tradisional khas masyarakat adat Dayak, termasuk Tomun. Mandau memiliki bentuk serupa golok, namun berukuran lebih ramping dan panjang. Keunikan terletak pada motifnya, yakni ukiran maupun lukisan di sarung dan gagangnya. Biasanya, motif yang dibuat adalah seputar kebudayaan Dayak.
Mandau mula-mula dibuat dari lempeng besi yang dipanaskan secara tradisional, kemudian dibentuk menggunakan baja sebelum diberi gagang dan sarung bermotif.
Panen Harus Satu Tahun Sekali
Cara menjaga alam ala masyarakat Dayak Tomun adalah dengan tidak sembarangan menggunakan lahan pertanian. Mereka harus menggunakan sistem tanam dan panen yang alami, tanpa menggunakan teknologi yang merusak.
Salah satunya dengan melaksanakan panen sebanyak satu kali dalam satu tahun. Proses ini dilakukan dengan tidak menambahkan pupuk berbahan kimia, sehingga tanaman padi bisa tumbuh dengan alami.
Mengutip YouTube Wisata Riam Tinggi, sistem pertanian ini dinamakan Ladang Darat. Sawahnya juga bukan di petak-petak seperti di pulau Jawa, melainkan di sebidang tanah yang tidak tetap.
Punya Tarian Kematian
Tradisi unik lainnya adalah tarian kematian atau yang lebih dikenal oleh warga setempat dengan nama Babukung. Tarian ini mulanya ditampilkan saat ada salah satu warga yang meninggal dunia, dengan iringan musik tradisional.
Meski dilaksanakan pada momen kedukaan, namun makna dari tradisi ini baik, yakni menghibur tuan rumah. Kemudian tradisi ini merupakan ungkapan doa dari warga sekitar agar yang meninggal diberikan tempat yang layak oleh Tuhan.
Mengutip situs Indonesia.go.id, warga Dayak Tomun percaya di momen ini roh para leluhur ikut menyatu dalam tarian dan doa. Sehingga, yang dipanggil Tuhan bisa pergi dengan tenang dan bahagia.
Gunakan Topeng Wajah Hewan
Merujuk Wikipedia, dalam tradisi ini para penari menggunakan kostum serba hitam dengan topeng khusus yang menutupi wajah. Penarinya disebut bakung, dan berasal dari desa tetangga.
Ketika ada salah seorang warga yang meninggal, beberapa warga yang terbiasa menari akan mengenakan kostum tersebut dan mulai menari dengan gerakan cepat.
Topeng yang digunakan kebanyakan menggambarkan karakter hewan seperti burung, kelelawar, kupu-kupu, owa-owa, hingga hewan imajiner naga. Topeng ini akan dimanifestasikan sebagai roh leluhur yang mengiringi kepergian seseorang yang meninggal.
Di momen yang bersamaan, bakung membawa bantuan berupa hewan ternak babi atau ayam hingga sembako yang kemudian diserahkan kepada anggota keluarga yang ditinggal wafat.