Melihat Upacara Appalili, Kearifan Lokal Masyarakat Maros Sebagai Tanda Musim Tanam Padi
Sebuah kegiatan upacara adat yang dilakukan oleh Kerajaan Adat Marusu sebagai simbol bahwa musim tanam di Kabupaten Maros akan segera tiba.
Hampir di setiap penjuru daerah di Indonesia memiliki lahan pertanian sawah yang tidak ada habisnya. Selain menjadi mata pencaharian utama para petani, padi juga sebagai sumber bahan pangan pokok bagi masyarakat.
Di beberapa masyarakat tertentu, proses penanaman hingga memanen padi harus dilangsungkan sebuah ritual adat yang sudah menjadi kearifan lokal. Seperti halnya pada masyarakat di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan yang mengenal tradisi bernama Appalili.
-
Apa yang unik dari tradisi Ancakan? Tradisi Ancakan merupakan tradisi yang rutin diadakan masyarakat Demak pada malam Iduladha. Tradisi ini merupakan bentuk sedekah ahli waris kepada para peziarah atau masyarakat luas yang merupakan tradisi sebelum penjamasan pusaka peninggalan Sunan Kalijaga. Kegiatan ancakan berbarengan dengan kegiatan kirab tumpeng sembilan yang dikirab dari Pendopo Kabupaten Demak ke Masjid Agung Demak.
-
Dimana Kampung Adat Urug yang memiliki tradisi menumbuk padi ini berada? Kampung Urug di Desa Kiara Pandak, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor, mejadi salah satu permukiman adat yang tersisa di wilayah Jawa Barat.
-
Kenapa tempat mandi warga Baduy tradisional dan unik? Tempat ini masih tradisional dan menyatu dengan alam. Warga Baduy di pedalaman Lebak, Banten memiliki tempat mandi khas yang masih dirawat.
-
Kenapa tradisi Perang Topat di Lombok dianggap unik? Konon tradisi ini merupakan simbol kerukunan antar umat Hindu dan Islam yang hidup berdampingan di Lombok.
-
Apa yang spesial dari tradisi tadarus di Masjid Agung Baiturrahman, Banyuwangi? Masjid Agung Baiturrahman di Kota Banyuwangi, Jawa Timur, juga memiliki tradisi tadarus Alquran selama bulan suci Ramadan. Namun, menariknya adalah Alquran yang digunakan terlihat tak biasa. Alquran tersebut berukuran cukup besar dan tersimpan pada kotak kayu.
-
Kapan Tradisi Mantu Kucing dimulai? Tradisi Mantu Kucing dilakukan oleh masyarakat di Dusun Njati, Pacitan, Jawa Timur sejak 1960-an.
Dilansir dari kanal Liputan6.com, tradisi Appalili ini dilaksanakan dengan menurunkan benda-benda pusaka kerajaan seperti 'Pajjeko' atau bajak ke sawah adat yang menjadi tanda memasuki musim tanam. Tradisi ini sudah dilakukan sejak cukup lama oleh Raja Marusu, sampai sekarang masyarakat masih terus melestarikan dan menjalankan tradisi tersebut.
Penurunan Benda Pusaka
Tradisi Appalili ini merupakan serangkaian upacara adat KaraEng Marusu yang pada intinya menurunkan alat-alat kerajaan menuju sawah kerajaan yang bergelar 'Turannua' untuk membajak area persawahan khususnya tanah pusaka dari Kerajaan Marusu.
Benda-benda pusaka yang digunakan untuk prosesi Appalili ini berupa Pajekkp atau bajak milik Raja Marusu yang digunakan untuk adat. Kegiatan ini dilaksanakan setiap tahun dan apabila bertepatan dengan hari besar, seperti bulan Suci Ramadan, maka kegiatan ini akan dialihkan waktu pelaksanaannya.
Masyarakat setempat bukan hanya sekedar meneruskan warisan budaya dari nenek moyang mereka, namun telah menjadi pedoman bagi petani ketika akan turun ke sawah yang masih kental dengan unsur-unsur gotong royong dan musyawarah mufakat antara petani, penggarap, dan pemilik sawah.
Proses Upacara Adat
Pada proses upacara Appalili diawali dengan Tudang Sipulung atau silaturahmi bersama dengan para dewan adat, pemangku adat, serta keluarga besar Kerajaan Marusu, pemerintah, dan masyarakat.
- Melihat Pelaksanaan Upacara Adat Karo di Pasuruan, Cara Unik Warga Bersihkan Diri dan Lingkungan dengan Rapalan Doa
- Mengenal Tarian Rentak Kudo, Kesenian Tradisional Kolosal Khas Suku Kerinci
- Disematkan Tanjak, Mahfud MD Diterima jadi Keluarga Besar Masyarakat Adat Melayu Kepri
- Mengenal Upacara Martarsik, Ritual Tradisional Pemanggil Hujan Warisan Raja Bius di Tanah Batak
Keesokan harinya, benda pusaka Pajjeko ini diarak ke sawah adat Kerajaan Marusu bersama keluarga kerajaan yang menggunakan pakaian adat. Prosesi ini juga diiringi dengan penabuh gendang dan musik tradisional seperti Pui-Pui dan Baccing.
Saat proses membajak sawah menggunakan Pajekko, akan ditarik dengan dua ekor sapi yang dipimpin langsung oleh Seorang Pinati dan pelaksana adat. Apabila proses membajak sudah rampung dilakukan, barulah masyarakat setempat turun ke sawah dan menggunakan metode pertanian yang sudah modern.
Sikap Gotong Royong dan Potensi Wisat
Dengan dilaksanakannya upacara Appalili setiap tahunnya, lebih dari sekedar melestarikan kearifan lokal yang sudah mengakar sejak lama. Namun, dalam kehidupan sosial, kegiatan ini juga membuahkan sikap yang baik dan positif antar masyarakat.
Kegiatan Appalili ini sangat kental dengan sikap gotong royong antar masyarakat. Selain itu, dengan Appalili ini masyarakat juga mengedepankan prinsip pemufakatan atau keputusan bersama antar petani dan juga pemilik tanah.