Mencicipi Arai Pinang, Makanan Ringan Khas Sumbar yang Menggugah Selera
Kue ini disajikan dalam bentuk pipih dan terdapat garis-garis di seluruh permukaannya.
Kue ini disajikan dalam bentuk pipih dan terdapat garis-garis di seluruh permukaannya.
Mencicipi Arai Pinang, Makanan Ringan Khas Sumbar yang Unik dan Tak Lekang oleh Waktu
Sumatra Barat tidak hanya terkenal dengan keragaman budaya Minangnya yang begitu kental dan beragam. Daerah ini juga memiliki ragam sajian makanan tradisional yang menarik dan nikmat.
Salah satunya adalah sajian kuliner tradisional asal Pariaman Tengah yang unik bernama arai pinang ini. Kue ini disajikan dalam bentuk pipih dan terdapat garis-garis di seluruh permukaannya. (Foto: Wikipedia)
-
Di mana resep makanan tradisional Indonesia ini ditemukan? Melansir dari berbagai sumber, Selasa (5/9), simak ulasan informasinya berikut ini.
-
Kapan Tradisi Mantu Kucing dimulai? Tradisi Mantu Kucing dilakukan oleh masyarakat di Dusun Njati, Pacitan, Jawa Timur sejak 1960-an.
-
Apa jenis tarian yang menjadi bagian dari budaya tradisional di Lampung? Provinsi Lampung memiliki ragam seni dan budaya yang menarik untuk diulas lebih dalam. Salah satu seni dan budaya dalam bidang tari bernama Tari Selapanan.
-
Kapan tari tradisional mulai berkembang? Jenis tari tradisional telah berkembang dari masa ke masa yang telah melewati waktu cukup lama di suatu daerah, adat, atau etnik.
-
Mengapa tarian tradisional penting bagi Indonesia? Tari tradisional juga menunjukkan kekayaan dan keanekaragaman budaya Indonesia yang terdiri dari berbagai suku, bahasa, dan pulau.
-
Bagaimana cara pelaksanaan tradisi Tukar Takjil di Sumatera Selatan? Melansir dari Liputan6.com, dalam tradisi ini, masyarakat memulai dengan keliling kampung dari rumah ke rumah untuk saling bertukar takjil. Biasanya, mereka sudah menyiapkan 30 buah takjil dari rumah dengan ragam jenis makanan.
Seperti apa kenikmatan dan keunikan dari arai pinang khas Sumbar ini? Simak informasi lengkapnya yang dirangkum merdeka.com dari berbagai sumber berikut.
Asal-usul Arai Pinang
Sebelum dikenal sebagai oleh-oleh khas Sumatra Barat, mulanya arai pinang ini dikenal dengan nama ladu. Seiring berkembangnya zaman, namanya mulai berubah menjadi arai pinang.
Perubahan nama arai pinang ini dikarenakan dulunya dalam proses pembuatannya menggunakan arai pinang atau buah pinang untuk mencetak kue tersebut.
Keunikan kue ini langsung terlihat dari bentuknya, terdapat garis-garis memanjang di setiap permukaannya. Teksturnya pun renyah dan berukuran tipis.
Bahan Mudah Ditemukan
Bagi yang penasaran dengan kue yang satu ini, anda bisa membuatnya sendiri di rumah. Cara membuat kue tersebut masih tergolong gampang dan bahan-bahannya mudah ditemukan.
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam membuat arai pinang di antaranya tepung beras, garam, santan, dan sedikit air kapur sirih agar menghasilkan tekstur renyah dan garing di bagian luarnya.
Dikutip dari situs pariwisataindonesia.id, langkah awal membuat kue ini menyangrai tepung beras lalu dicampur dengan bahan-bahan lainnya lalu diaduk hingga kalis.
Setelah itu, apabila sudah terbentuk adonan, kemudian beri sedikit minyak kelapa untuk menambah rasa gurih. Terakhir, adonan tadi digoreng kembali dengan minyak panas dengan metode Deep Frying.
Jadi Makanan Adat hingga Oleh-oleh
Dikutip dari berbagai sumber, arai pinang ini awalnya digunakan sebagai sajian upacara adat, salah satunya pada upacara pernikahan. Seiring berjalannya waktu, kue yang satu ini kemudian disajikan untuk tamu ketika waktu lebaran tiba.
- Mencicipi Ikan Kapal Burak, Kuliner Bahari Khas Brebes yang Pantang Dilewatkan
- Mencicipi Lezatnya Seruit, Olahan Perpaduan Tempoyak Durian dan Pindang Ikan Khas Lampung
- Mencicipi Lezatnya Kuah Pliek U, Sajian Makanan Mirip Gulai Khas Aceh yang Populer
- Mencicipi Putu Piring, Makanan Khas Melayu Riau yang Terbuat dari Tepung Beras dan Rempah-Rempah
Kue ini semakin digemari oleh masyarakat dan juga pelancong yang sedang berada di Sumatra Barat. Para pelancong menjadikan kue renyah ini sebagai oleh-oleh atau buah tangan untuk keluarganya di kampung halaman.