Menelusuri Jejak Kerajaan Aru, Penguasa Perairan di Sumatra Terkenal dengan Negeri Perompak
Kerajaan ini memiliki kekayaan alam dan tanah yang subur serta dikenal sebagai penguasa perairan di bagian utara Selat Malaka.
Kerajaan ini memiliki kekayaan alam dan tanah yang subur serta dikenal sebagai penguasa perairan di bagian utara Selat Malaka.
Menelusuri Jejak Kerajaan Aru, Penguasa Perairan di Sumatra Terkenal dengan Negeri Perompak
Kerajaan Aru merupakan sebuah kerajaan yang pernah berdiri dan sempat berkuasa di wilayah pesisir Timur Sumatra sekitar abad ke-13 sampai 16 masehi. Meski berkuasa dan salah satu kerajaan besar, namun keberadaannya dipandang buruk.
Kerajaan ini dikenal sebagai perompak atau bajak lautnya di perairan Sumatra khususnya di Selat Malaka. Selain berkuasa di daratan, Kerajaan Aru juga menguasai wilayah perairannya.
-
Apa yang ditampilkan dalam Pagelaran 'Pahlawan Nusantara' dari Sabang hingga Merauke? Pagelaran 'Pahlawan Nusantara' dari Sabang hingga Merauke adalah sebuah pertunjukan megah dan kolosal yang disajikan dengan cara yang menarik, melibatkan rangkaian musik dari daerah dan nasional. Kolaborasi antara para seniman akan menghiasi keindahan yang akan memperkaya aksi pertunjukan teatrikal, tarian dari berbagai daerah serta tarian kontemporer, parade busana etnik Indonesia, serta 31 lagu daerah dan nasional yang akan dibawakan di atas panggung.
-
Bagaimana sejarah Waduk Sempor? Waduk Sempor diresmikan pada 1 Maret 1978 yang ditandai dengan adanya prasasti bertanda tangan Presiden Soeharto. Semula, waduk ini difungsikan sebagai sumber pengairan bagi sejumlah kompleks persawahan di sekitarnya. Namun lambat laun waduk itu menjadi destinasi wisata baru bagi warga sekitar.
-
Di mana Pagelaran 'Pahlawan Nusantara' dari Sabang hingga Merauke diadakan? Pada tanggal 19 dan 20 Agustus 2023 yang akan datang, akan diadakan acara istimewa dengan judul Pagelaran 'Pahlawan Nusantara' dari Sabang hingga Merauke di JIExpo Theatre, Jakarta.
-
Kenapa situs peninggalan Majapahit di Kalimantan Barat dikaitkan dengan Kerajaan Majapahit? Sehingga tak heran bahwa keberadaan situs di Desa Negeri Baru, Ketapang, langsung dikaitkan dengan Kerajaan Majapahit.
-
Bagaimana sejarah Lembah Anai terbentuk? Konon, dulunya air terjun ini menjadi saksi bisu pergerakan rakyat Minang dalam melawan penjajahan. Pada masa kolonial, masyarakat setempat dipaksa untuk menjadi pekerja membangun jalan lintas Sumatera yang menghubungkan antara Kota Padang dan Padang Panjang via Lembah Anai.Masyarakat Minang yang bekerja dalam proyek pembangunan jalan tersebut harus menempuh jarak yang cukup jauh, bahkan bisa berhari-hari dari tempat mereka tinggal menuju lokasi pembangunan jalan.
-
Apa yang ditemukan di situs peninggalan Majapahit di Kalimantan Barat? Di Kota Ketapang, Kalimantan Barat, ada sebuah situs peninggalan Hindu Buddha. Peninggalan itu kemudian dikenal dengan nama Candi Negeri Baru.
Secara umum, penduduk asli Aru masih menganut kepercayaan Animisme dan Hinduisme. Masih timbul pertanyaan di mana letak kota dari Kerajaan Aru ini. Ada yang menyebut jika berdasarkan temuan arkeologi, kerajaan ini sempat berpindah-pindah tempat.
Kerajaan Aru pun dipandang bukanlah sebuah kerajaan kecil, tempat ini dihuni banyak penduduk dan juga berderet kapal-kapal dipinggirannya. Simak jejak Kerajaan Aru yang dirangkum merdeka.com berikut ini.
Negeri Kaya Raya
Mengutip YouTube Jeringo, seorang pelaut Portugis bernama Tome Pires pernah menggambarkan sosok raja negeri Aru yang menjadi penguasa terbesar di Sumatra. Kerajaan ini juga menguasai aliran-aliran sungai di sekitar wilayahnya.
Dalam konteks materiel, Kerajaan Aru termasuk kaya raya, hal ini dikarenakan seluruh hasilnya berasal dari merompak kapal-kapal pedagang yang melintas. Mereka tak segan-segan untuk merampas semua benda yang bisa menjadi nilai jual.
Dikenal sebagai kerajaan perompak, citranya di kerajaan-kerajaan lain pun sangatlah buruk dan banyak musuhnya, tak terkecuali kerajaan tetangga, yaitu Malaka
Catatan Tome Pires pada Suma Oriental menyebut jika Kerajaan Aru tidak akan bisa hidup tanpa hasil dari merompak kapal lain. Alhasil, banyak sekali kerajaan yang tidak bisa berhubungan baik dengannya.
Hasil Bumi yang Melimpah
Di samping Kerajaan Aru yang terkenal dengan bajak lautnya, kerajaan ini memiliki potensi kekayaan alam yang begitu melimpah. Kerajaan ini salah satu penghasil beras terbaik di Nusantara.
Selain itu, wilayah Aru juga memiliki hasil alam berupa buah-buahan dan hewan ternak yang melimpah. Kerajaan Aru juga memiliki hasil hutan yang kaya, mulai dari rotan, madu, kamper, hingga kemenyan.
Kekayaan alam ini rupanya tidak dimanfaatkan dengan baik oleh Kerajaan Aru. Mereka cenderung mengandalkan sistem bajak laut dan perompak yang kemungkinan besar hasilnya bisa langsung dirasakan tanpa proses yang lama.
- Menyusuri Desa Terluas di Pulau Jawa, Ini Sederet Keistimewaannya
- Ratusan Pengurus Truk Tutup Akses Pelabuhan Bakauheni Buntut Pemberlakuan Peraturan Baru
- Mengenal Suku Orang Laut, Penghuni Perairan Sumatra Timur yang Dulunya Dikenal Kawanan Perompak
- Rekam Jejak Kerajaan Kandis, Konon Jadi Kerajaan Tertua yang Terletak di Sumatra Tengah
Ditakuti dan Disegani
Sebelumnya, Kerajaan Aru sempat menjadi negara perdagangan yang andal. Setelah runtuhnya Sriwijaya, banyak negeri jajahannya yang bebas dan terlibat perdagangan internasional, termasuk Kerajaan Aru.
Pada abad ke-14, mimpi buruk sempat menimpa Kerajaan Aru lantaran seluruh hasil bumi yang menjadi andalan pun gagal panen.
Dari situlah, pemimpin Kerajaan Aru mengubah strategi dari perdagangan menjadi perompak.
Letak geografis Kerajaan Aru yang berada di Deli Tua sangat menguntungkan mereka untuk melancarkan aksinya. Namanya pun sangatlah ditakuti dan juga dibenci oleh kerajaan di sekitarnya.
Masa Keruntuhan
Ketika Samudra Pasai dikalahkan oleh Portugis, Kerajaan Aru menjadi yang terkuat. Mereka juga menjalin hubungan baik dengan satu-satunya negara, yaitu Portugis.
Pamor dan kekuatan Aru mulai memudar ketika Kesultanan Aceh semakin berkembang, menjadi mimpi buruk bagi mereka. Saat Kesultanan Aceh menyerang Aru, sang pemimpin yang dibenci itu akhirnya terbunuh.
Pada abad ke-16, wilayah Kerajaan Aru ini hanya menjadi rebutan antara Kesultanan Aceh dan Johor. Setelah Sultan Iskandar Muda naik tahta, Kerajaan Aru pun berakhir. Ya, Kesultanan Aceh menggempur wilayah Aru dan akhirnya mereka berubah nama menjadi Kesultanan Deli.