Menelusuri Manulangi Natuatua, Tradisi Balas Budi kepada Orang Tua Ala Masyarakat Batak
Dalam tradisi lokal masyarakat Batak, terdapat upacara khusus untuk orang tua sebagai bentuk penghormatan dan balas budi.
Dalam tradisi lokal masyarakat Batak, terdapat upacara khusus untuk orang tua sebagai bentuk penghormatan dan balas budi.
Menelusuri Manulangi Natuatua, Tradisi Balas Budi kepada Orang Tua Ala Masyarakat Batak
Seorang anak yang sudah beranjak dewasa biasanya memiliki kesadaran untuk membalas budi kepada orang tua. Di Tanah Batak, bentuk balas budi anak kepada orang tuanya dilakukan dengan sebuah upacara yang bernama Manulangi Natuatua.
Upacara ini merupakan bagian dari kehidupan orang Batak khususnya bagi anak-anak yang sudah mulai beranjak dewasa. Penghormatan atau balas budi kepada orang tua ini kerap dilakukan ketika sudah memasuki masa kritis atau di ambang kematian.
-
Apa itu umpasa dalam budaya Batak? Umpasa adalah seni lisan puisi lama berupa pantun dalam masyarakat Batak Toba.
-
Apa itu Tradisi Ujungan? Warga di kampung adat Cibadak, Desa Warung Banten, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak memiliki sebuah tradisi unik bernama Ujungan.
-
Apa yang menjadi ciri khas dari budaya Batak Toba? Rumah adat Batak yang dikenal sebagai Rumah Bolon ini menjadi salah satu ciri khas dari budaya Batak Toba.
-
Apa yang dimaksud dengan tradisi Ngitung Batih di Trenggalek? Ngitung batih adalah menjumlah anggota keluarga per rumah. Arti ini juga berkaitan dengan jumlah uba rampe takir plonthang yang akan disiapkan. Misalnya keluarga A berjumlah 7 orang, maka perlu dibuat takir plonthang sebanyak tujuh buah.
-
Bagaimana orang Batak mempertahankan budaya kekeluargaan saat merantau? Kemudian ikatan marga dan kekeluargaan yang kuat juga menanamkan rasa tanggung jawab dan saling membantu. Bahkan, tak hanya keluarga inti, marga jauh pun juga diajarkan untuk membantu apabila memiliki rezeki yang lebih.
-
Di mana tradisi Ngitung Batih dilakukan? Mitos Masyarakat Desa Dongko Kabupaten Trenggalek masih mempercayai mitologi Kanjeng Ratu Kidul sebagai penguasa laut selatan Jawa.
Secara umum, Manulangi Natuatua ini biasa dilakukan oleh masyarakat yang hidup jauh dari kampung halaman atau merantau. Kegiatan ini bagi masyarakat Batak dianggap penuh makna dan menjadi bagian dari pelajaran kehidupan.
Hingga saat ini, upacara Manulangi Natuatua masih terus lestari dan sering dilaksanakan. Simak ulasan upacara unik dan penuh makna yang dirangkum oleh merdeka.com berikut ini.
Momen Penting
Setiap pelaksanaan Manulangi Natuatua ini tidak ditentukan oleh hari atau tanggal. Akan tetapi, kegiatan ini akan dilakukan ketika dalam suatu konteks peristiwa.
Biasanya, upacara ini dilaksanakan ketika seorang wanita dinyatakan hamil untuk pertama kalinya dan seorang wanita yang sudah lama tidak mengandung satu anak pun.
Khusus wanita yang belum memiliki anak, biasanya akan pergi bersama suaminya ke rumah orang tuanya untuk melaksanakan Manulangi Natuatua agar diberkati dan segara memiliki anak.
Makanan itu Penting
Dalam setiap tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Batak termasuk Manulangi Natuatua, makanan adalah unsur penting yang harus hadir saat upacara adat. Biasanya, lauk makanan itu akan kaya Tondi atau kekuatan sehingga harus disantap saat keadaan damai dan tenang.
Secara umum, masyarakat Batak biasanya menyajikan makanan daging yang berasal dari babi atau kerbau. Uniknya, setiap daging yang disajikan itu bukanlah beli di pasar, melainkan harus disembelih diiringi dengan pembacaan kalimat yang khidmat.
Maka dari itu, dalam setiap pelaksanaan Manulangi Natuatua harus tersedia makanan daging yang menjadi unsur dan menu utamanya. Begitu juga dengan upacara dan tradisi adat Batak lainnya.
Proses Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan Manulangi Natuatua, hal pertama yaitu harus diambil keputusan secara seksama dari setiap anak untuk waktu kegiatan tersebut akan dilakukan.
- Mengenal Tradisi Ngalungi Sapi, Budaya Masyarakat Blora Warisan Nenek Moyang
- Mengenal Tradisi Perang Pandan di Timur Bali, Rutin Dilaksanakan Meski Sebabkan Luka-Luka
- Mengenal Peresean, Tradisi Adu Kuat Para Lelaki di Lombok Sambut Hari Kemerdekaan
- Kakek ini Keturunan Majapahit, Tinggal di Hutan Masih Pegang Teguh Pesan Leluhur
Kemudian, saat hari pelaksanaan, semua keturunan dari orang tua akan memberikan suapan atau Manulangi tersebut. Suapan ini dilakukan berurutan mulai dari anak laki-laki paling tua beserta istri sampai anak laki-laki yang paling muda.
Setelah itu, dilanjutkan dengan cucu-cucu tertua dari anak laki-laki paling tua sampai cucu termuda dari anak laki-laki paling muda. Begitu juga hal yang sama dilakukan oleh anak perempuan paling tua dan seterusnya.