Mengenal Pepongoten, Tradisi Ungkapan Perasaan dari Hati Khas Suku Gayo
Pepongoten merupakan tradisi lisan yang lahir dan berkembang di masyarakat Gayo, Aceh.
Pepongoten adalah salah satu kesenian yang lahir dan berkembang di lapisan masyarakat Suku Gayo, Aceh.
Mengenal Pepongoten, Tradisi Ungkapan Perasaan dari Hati Khas Suku Gayo
Asal Usul Pepongoten
Pepongoten adalah tradisi lisan yang dilaksanakan oleh Suku Gayo berisikan ungkapan perasaan dari hati. Pepongoten diambil dari kata "Pongot" yang berarti Tangisan atau ratapan. Awalnya, tradisi Pepongoten ini dilaksanakan pada saat kerabat/keluarga yang meninggal dunia. Namun, seiring masuknya budaya Islam, Pepongoten semakin luntur karena dalam Islam tidak diperbolehkan meratapi orang yang sudah meninggal. Saat ini, Pepongoten hanya dilaksanakan pada saat acara pernikahan hingga pekan kesenian dan kebudayaan yang diadakan Pemkab Gayo maupun Pemkab Aceh Tenggara.
-
Mengapa Tradisi Panah Kasumedangan menjadi budaya penting di Sumedang? “Ini mulanya berawal dari raja pertama yakni Prabu Geusan Ulun yang membawa Panah Kasumedangan,” kata Ketua Wadah Endong Panah Kasumedangan Bayu Gustia Nugraha, menguntip YouTube Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah IX.
-
Apa yang dipelajari dari Tradisi Panah Kasumedangan? Belajar dari Tradisi Panah Kasumedangan, Olahraga Tradisional Khas Sumedang Sarat Makna Keunikan lain dari tradisi panahan ini adalah cara membidiknya yang tidak menggunakan mata, melainkan menggunakan hati. Kabupaten Sumedang memiliki julukan sebagai pusat budaya Sunda. Ini karena di kota kecil nan sejuk itu berbagai tradisi buhun atau lama lahir, salah satunya Panah Kasumedangan yang mengajarkan berbagai makna kehidupan.
-
Apa itu Tradisi Saptonan? Tradisi ini memiliki atraksi yang serupa ala koboi di Amerika, dengan nuansa kearifan lokal Sunda yang kental.Penunggangnya akan memacu kuda agar berlari cepat menuju garis yang ditentukan. Bukan senapan yang digunakan, melainkan tombak panjang yang kemudian akan dilemparkan ke titik tertentu. Saat pengguna kuda berhasil menombak dengan tepat sasaran, seketika para penontong langsung bersorak.
-
Apa itu Tradisi Ujungan? Warga di kampung adat Cibadak, Desa Warung Banten, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak memiliki sebuah tradisi unik bernama Ujungan.
-
Siapa yang mengenalkan Panah Kasumedangan sebagai tradisi perang? Jadi Tradisi Perang Khas Kerajaan Sumedang Larang Pada abad ke-15, Panah Kasumedangan pernah populer di kalangan rakyat Sumedang yang kala itu dipimpin oleh pemerintahan Kerajaan Sumedang Larang. Rajanya, era Prabu Geusan Ulun, mengenalkan ini sebagai tradisi perang dan kehidupan sehari-hari di daerah kekuasaan kerajaan tersebut.
-
Mengapa tradisi Meugang dilakukan di Aceh? Tradisi Meugang merupakan tradisi Iduladha yang sangat populer di Aceh. Tradisi yang sudah ada di Aceh sejak ratusan tahun lalu identik dengan makan daging sapi atau kerbau bersama beraneka makanan olahan lainnya. Tradisi ini pertama kali muncul pada masa Kerajaan Aceh. Saat itu hewan kurban dipotong dan dibagikan secara gratis kepada masyarakat. Tradisi ini merupakan wujud rasa syukur atas kemakmuran tanah Aceh.
Pepongoten dalam Upacara Kematian
Mengutip bbaceh.kemdikbud.go.id, tradisi Pepongoten dalam kematian (meski sudah berkurang), biasanya dibawakan oleh kerabat-kerabat jenazah saat mereka melayat ke rumah duka dan dilakukan sebelum dimakamkan. Kemudian, para kerabat langsung meratap jenazah sambil mengenang masa lalu dan segala macam peristiwa yang sudah dilalui bersama-sama selama hidupnya. Maka dari itu, pembawaannya sendiri secara spontan dan natural. Tak hanya jenazahnya saja, para kerabat juga meratapi keluarga yang ditinggalkan sehingga meratap tentang kemalangan mereka.
Pepongoten dalam Pernikahan
Dalam momen pernikahan, Pepongoten juga masih terus dilakukan oleh setiap masyarakat Gayo. Mengutip warisanbudaya.kemdikbud.go.id, ada beberapa tahapan yang harus dilewati satu per satu, di antaranya: Pepongoten Man Pasir, yaitu calon mempelai wanita akan meminta maaf satu sama lain dengan temannya di kampung dengan kata-kata halus. Kemudian, calon mempelai wanita ini selama "pongot" sambil mencicipi sedikit demi sedikit nasi dari teman-temannya selama acara berlangsung. Kegiatan ini biasa digelar setelah salat Isya.
Kedua, Pongot Berguru, yaitu pihak mempelai wanita akan meminta maaf kepada saudara atau keluarga terdekat dengan duduk di atas nampang atau tikar. Selanjutnya, Pongot Mah Bayi adalah pihak mempelai pria akan datang. Kedua mempelai ini selama "Pongot" akan diberikan nasihat oleh orang tua terkait kehidupan berumah tangga sambil ditepungi. Setelah itu, ada Pongot Besinan atau pamitan, yaitu kedua mempelai akan pamit saat keduanya sudah sah menjadi suami istri. Mereka akan pamit kepada orang tua serta saudara terdekat dari mempelai wanita sambil dikenakan kain krawang kepada kedua mempelai.
Upaya Pelestarian
Saat ini, tradisi Pepongoten sudah tergerus zaman dan berada diambang kepunahan. Maka dari itu, pemerintah setempat terus melakukan upaya pelestarian tradisi dengan cara menggelar acara budaya. Pepongoten menjadi ajang perlombaan yang dilaksanakan di tingkat SMP dan juga SMA. Hal ini untuk mengenalkan budaya asli Gayo kepada usia muda.