Mengenal Tueng Dara Baro, Tradisi Ngunduh Mantu ala Masyarakat Aceh
Saat pelaksanaan acara ini berlangsung, keluarga mempelai wanita akan menyiapkan kue-kue tradisional Aceh.
Saat pelaksanaan acara ini berlangsung, keluarga mempelai wanita akan menyiapkan kue-kue tradisional Aceh.
Mengenal Tueng Dara Baro, Tradisi Ngunduh Mantu ala Masyarakat Aceh
Setiap suku di Indonesia memiliki tradisi upacara pernikahan masing-masing.
Dalam adat perkawinan masyarakat Aceh, seluruh rangkaian upacara pernikahan harus dilakukan tahap demi tahap, salah satunya adalah Upacara Tueng Dara Baro.
Upacara ini mirip dengan "Ngunduh Mantu" atau penjemputan dan penerimaan pengantin perempuan di keluarga pihak laki-laki. (Foto: Pixabay)
-
Apa yang unik dari pernikahan ini? Momen yang ditunggu akhirnya tiba, setelah keduanya merasa cocok maka hubungan dilanjutkan ke tahap pernikahan. Namun momen unik mewarnai pernikahan mereka karena saat ijab kabul, Mirza menggunakan bahasa Inggris secara penuh.
-
Bagaimana tradisi pernikahan Cio Tao di Tangerang dilakukan? Terdapat sejumlah prosesi seperti menyisir rambut, saling menyuapi makanan, berdandan dengan pakaian pernikahan khas lalu mencicipi 12 jenis makanan dengan rasa yang berbeda.
-
Apa hadiah pernikahan unik yang bisa dipertimbangkan untuk diberikan? Jika kamu bingung, berikut beberapa rekomendasi kado unik yang bisa dipertimbangkan.
-
Apa yang unik dari pernikahan yang dilakukan di Pasar Ngijon? Pasar biasanya menjadi lokasi para pedagang buat berjualan. Namun ada hari-hari tertentu di mana para pedagang libur dan pasarpun tutup. Saat tutup, pasar bisa digunakan untuk fungsi lainnya, sebagai contoh di Pasar Ngijon yang berada di Desa Sumberagung, Kecamatan Moyudan, Kabupaten Sleman.Bila pada hari-hari biasa melayani transaksi jual beli, pada hari Minggu, tepatnya tanggal 10 September 2023 pasar itu disulap menjadi gedung pernikahan.
-
Apa yang dimaksud dengan tradisi "piring terbang" di pernikahan adat Jawa? Dalam acara resepsi pernikahan adat Jawa, ada sebuah tradisi yang dikenal dengan istilah “piring terbang”.
-
Bagaimana cara pelaksanaan tradisi "piring terbang" di pernikahan adat Jawa? Seluruh hidangan tidak diberikan pada tamu secara sekaligus. Namun, memiliki urutan tertentu. Beberapa daerah membaginya dengan hidangan pembuka dan makanan berat. Tujuannya adalah agar para tamu bisa menikmati hidangan satu per satu.
Acara ini digelar oleh keluarga pihak laki-laki. Apabila upacara ini tidak dilaksanakan maka keluarga mempelai perempuan akan merasa kecil hati dan tidak diterima dalam lingkungan keluarga mempelai laki-laki.
Penasaran dengan tradisi adat pernikahan khas Aceh ini? Simak informasi selengkapnya yang dihimpun merdeka.com dari Majelis Adat Aceh berikut.
Pelaksanaan Dara Baro
Setelah tujuh hari atau lebih dari hari Woe Sikureng Linto Baro biasanya Tueng Dara Baro baru dilaksanakan. Namun, sekarang waktu pelaksanaannya lebih longgar, bisa tujuh hari, sembilan hari, atau bahkan empat belas hari setelah acara Preh Linto.
Dara Baro atau yang disebut mempelai wanita ini mengenakan baju adat pengantin lengkap beserta aksesorisnya seperti perhiasan. Biasanya, perhiasan yang digunakan oleh mempelai wanita tersematkan di hampir seluruh anggota tubuhnya.
Saat pelaksanaan acara ini berlangsung, keluarga mempelai wanita akan menyiapkan kue-kue tradisional Aceh.
Dari ragam jenis kue tadi harus ada 6 kue yang wajib disajikan, yaitu meuseukat, dodoi, wajeb, bungong kayee, boi eungkot, dan keukarah.
Penyambutan Dara Baro
Ketika berjalan menuju rumah mertua, mempelai wanita akan dipayungi dengan payung warna kuning oleh teman-temannya. Saat sudah memasuki pekarangan, kemudian tokoh adat perempuan akan bertukar ranub bate dan dilanjut menukar payung kuning.
Setelah itu, dilanjutkan dengan Peusunteng dan Rhah Jaroe Dara Baro, biasanya pada sesi ini akan dilakukan oleh ibu mertua bersamaan dengan mempelai wanita. Lalu ibu mertua akan memasangkan cincin dan juga pemberian teumeuntuk.
Menginap di Rumah Orang Tua
Pada zaman dahulu, para mempelai wanita diharuskan untuk menginap di rumah mertua selama kurang lebih tiga hari. Setelah selesai menginap, mempelai dijemput lalu pulang lagi ke gampongnya oleh beberapa tokoh adat.
Ketika penjemputan oleh keluarga besar mempelai wanita itu biasanya akan disajikan makan oleh pihak keluarga laki-laki atau Linto. Selanjutnya saat mempelai wanita kembali ke kampung halaman, lalu ada budaya memberikan hadiah oleh mertua.
Apabila keluarga mempelai laki-laki berkecukupan, biasanya akan diberi seekor kerbau betina dan lembu. Namun ada juga yang memberikan seekor kambing betina atau sepasang ayam.