Sejarah Pelabuhan Muara, Pintu Gerbang Perdagangan Masa Lampau di Kota Padang
Pelabuhan menjadi tempat paling penting dalam distribusi komoditas dan berlangsungnya proses jual beli pada tempo dulu.
Pelabuhan menjadi tempat paling penting dalam distribusi komoditas dan berlangsungnya proses jual beli pada tempo dulu.
Sejarah Pelabuhan Muara, Pintu Gerbang Perdagangan Masa Lampau di Kota Padang
Perdagangan komoditas rempah-rempah dan hasil bumi lain di Nusantara sudah berlangsung sejak ratusan tahun silam. Aktivitas ini lantas tak bisa lepas dari kapal-kapal yang berduyun datang ke berbagai daerah hingga terjadinya proses perniagaan.
Pulau Sumatra merupakan salah satu wilayah penting bagi perdagangan tempo dulu. Selain melewati Selat Malaka, Pulau Sumatra juga jadi penghubung wilayah Timur Nusantara dengan belahan bumi lain seperti Benua Asia hingga Eropa.
-
Apa yang menjadi sumber penderitaan warga Probolinggo selama masa penjajahan Belanda? Warga Sengsara Mirisnya, kemasyhuran Probolinggo sebagai daerah penghasil gula berkualitas berbanding terbalik dengan kesejahteraan warganya. Selama masa kolonialisme Belanda, warga Probolinggo menjadi korban tanam paksa. Mereka dipaksa bekerja di kebun-kebun milik pemerintah Hindia Belanda tanpa imbalan memadai.
-
Apa yang ditemukan oleh arkeolog di bawah gedung parlemen Belanda? Dua hari setelah memulai proyek penggalian di bawah bekas Kapel Pengadilan di Binnenhof, The Hague, Belanda, arkeolog menemukan tiga tengkorak, sebuah koin perunggu, dan sisa-sisa bangunan kapel.
-
Kenapa Penjara Koblen dibangun oleh pemerintah kolonial Belanda? Penjara Koblen atau Penjara Bubutan didirikan oleh pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1930.
-
Apa yang menjadi bukti perluasan kekuasaan Belanda di Sumatra Barat? Tak hanya menjadi saksi Perang Padri, Benteng de Kock juga menjadi bukti bahwa Belanda telah menduduki tanah Sumatra Barat yang meliputi Bukittinggi, Agam, dan Pasaman.
-
Siapa yang menceritakan tentang masa penjajahan Belanda di Kampung Gantungan Sirah? Wardiman, salah seorang warga Kampung Gantungan Sirah, mengatakan bahwa kini nama kampung itu sudah diganti dengan nama “Gunung Sari”. Ia mengatakan, saat masih bernama “Gantungan Sirah”, di kampung itu sering terjadi warga yang bunuh diri dengan cara gantung diri. Wardiman bercerita, waktu zaman penjajahan Belanda, lokasi kampung itu digunakan sebagai tempat para tentara Belanda melakukan kekerasan terhadap warga pribumi. Mereka melakukan eksekusi terhadap para warga dengan digantung kepalanya.
-
Kenapa Jaka Sembung melawan Belanda? Ia juga akan meyakinkan masyarakat bahwa kolonialisme merupakan bentuk perbudakan dan akan merugikan kampung ketika sudah berhasil dikuasai.
Salah satu pelabuhan yang begitu penting saat itu adalah Pelabuhan Muara yang terletak di Padang, Sumatra Barat. Pelabuhan ini sudah aktif sejak abad ke-17 diikuti dengan kedatangan penjajah Belanda yang ingin berdagang dan membeli rempah-rempah yang berharga itu.
Sarana Penting
Penggunaan pelabuhan secara umum sangatlah penting di masa lampau. Hal ini dikarenakan moda transportasi laut menjadi satu-satunya pintu gerbang perekonomian, mulai dari barang dan jasa.
Tak heran jika sebuah daerah memiliki perekonomian maju dan berkembang pesat karena memiliki pelabuhan yang baik dan letaknya sangat strategis bagi kapal-kapal niaga.
Hadirnya pelabuhan di Kota Padang memberikan efek angin segar di bidang perekonomian, apalagi ketika Belanda sudah mulai memasuki wilayah tersebut. Pelabuhan menjadi pintu gerbang dan menjadi pusat kegiatan politik, sosial, ekonomi, hingga budaya.
Pelabuhan Buatan
Pelabuhan Muara atau Muaro memiliki peran penting dan menjadi pelabuhan tertua di Kota Padang. Pelabuhan ini dibangun di sebuah kawasan yang secara tradisi telah dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk tempat bersandarna kapal-kapal lokal.
Mengutip jurnal "Pelabuhan-Pelabuhan Kota Padang Tempo Doeloe" karya Dr. Gusti Asnan, pelabuhan ini berada di muara Batang Arau. Pada masa VOC, pelabuhan ini awalnya bisa digunakan untuk bersandar kapal-kapal besar. Pada abad 19, pelabuhan ini menjadi dangkal dan hanya kapal-kapal kecil yang bisa merapat.
- Menilik Sejarah Tambang Salido Sumatra Barat, Tambang Emas Tertua di Indonesia yang Dikelola VOC
- Penembakan Mapolda Lampung: 1 Ditangkap, Motif Diduga Terkait Penyelidikan Jual Beli Mobil Bodong
- Kota Semarang Dulunya adalah Lautan, Begini Sejarahnya
- Menyusuri Sejarah Kereta Api di Padang Panjang, Awalnya Untuk Distribusi Kopi dari Desa ke Kota
Alami Perbaikan
Mengetahui hanya kapal-kapal kecil yang bisa bersandar di Pelabuhan Muara, mulai akhir abad 17 VOC mulai menyoroti pelabuhan ini dan dikembangkan dengan serius.
Dalam sejarahnya, pelabuhan ini telah mengalami beberapa kali perbaikan dan perluasan di bagian dermaganya. Selain itu, beberapa fasilitas di tempat ini juga dilengkapi dengan gudang, kantor Syahbandar, hingga menara suar.
Ketika Belanda mulai membangun jaringan rel kereta untuk mempermudah akses mobilitas dan mengangkut hasil bumi dari desa menuju ke pelabuhan, rel ini juga melintasi Pelabuhan Muara yang menghubungkan jalur utama. Bahkan, infrastruktur jalanan di sekitar pelabuhan juga diperbaiki.
Pelabuhan Penting bagi Belanda
Keberadaan Pelabuhan Muara di Kota Padang cukup dirasakan dampaknya oleh pemerintah Hindia-Belanda. Pasalnya, pelabuhan ini dan pelabuhan Reede Pulau Pisang menjadi tempat berlangsungnya kegiatan ekspor-impor maupun pelayaran.
Saking berpengaruhnya, Pelabuhan Muara ini cukup dikenal dengan Pelabuhan Padang oleh para saudagar dan penguasa kolonial. Sampai pada tahun 1870, pemerintah Hinda-Belanda menetapkan Pelabuhan Muara termasuk golongan kelas A bersama dengan Pelabuhan Batavia, Semarang, Surabaya, dan Makassar.
Saat ini, Pelabuhan Muara menjadi penghubung dengan pulau-pulau di sekitarnya seperti Kepulauan Mentawi, Pulau Sikuai dan sekitarnya. Pelabuhan ini juga menjadi bagian dari kawasan Cagar Budaya Kota Padang.