Mengenal Sosok Roestam Effendi, Sastrawan Sumatera yang Memperjuangkan Kemerdekaan Lewat Politik
Pria asal Minangkabau ini merupakan sastrawan yang beralih menjadi politikus dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Pria asal Minangkabau ini merupakan sastrawan yang beralih menjadi politikus dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Mengenal Sosok Roestam Effendi, Sastrawan Sumatera yang Memperjuangkan Kemerdekaan Lewat Politik
Lahir di Padang pada 13 Mei 1903, Roestam merupakan anak dari pasangan Soelaiman Effendi dan Siti Sawiah. Sang ayah, merupakan seorang fotografer lalu pindah ke ibukota Jakarta untuk mendirikan Effendi Bank. Menempuh pendidikan di Kweekschool Bukittinggi dan melanjutkan di Hogere Kweekschool voor Indianse Onderwijzers atau sekolah tinggi guru bumiputera di Bandung, Roestam sudah menaruh minat di bidang kebudayaan dan bertekad kuat memperbaharui dunia sandiwara.
Lebih dari itu, selama sekolah Roestam sudah familiar dengan puisi, hikayat, pantun, talibun, bahkan ia juga memperdalam kesastraan Belanda dan bahasa asing lainnya.
Pergi ke Belanda
Mengutip dari situs badanbahasa.kemdikbud.go.id, Roestam pergi ke Belanda untuk melanjutkan studi. Selama di Belanda, ia bergabung dengan Communistische Party Nederlan atau Partai Komunis Belanda.
Selama 19 tahun tinggal di Belanda, Roestam dinobatkan menjadi satu-satunya orang Indonesia yang duduk menjadi anggota Majelis Rendah atau Tweede Kamer mewakili partainya itu.
-
Siapa saja yang hadir di acara Sekolah Energi Berdikari Pertamina di SMK SMTI Kota Makassar? Kegiatan Sekolah Energi Berdikari (SEB) Pertamina dihadiri Pjs Manager CSR PT Pertamina (Persero), Reno Fri Daryanto, Area Manager Communication, Relations & CSR PT Pertamina Patra Niaga Regional Sulawesi, Fahrougi Andriani Sumampouw, Region Manager Corporate Operation & Services PT Pertamina Patra Niaga Regional Sulawesi, Wisnu Fajar Baskoro, Staff Khusus Kepresidenan Republik Indonesia, Billy Mumbsyar, Kepala Dinas ESDM Provinsi Sulawesi Selatan mewakili Pj. Gubernur Sulawesi Selatan, Andi Eka Prasetya, Kepala Pusat Pengembangan Pendidikan Vokasi Industri, Setyoko Pramono dan Kepala Bidang SMK Dinas Pendidikan Provinsi Sulawesi Selatan, Yusri Gazali.
-
Bagaimana Sobikhan merawat sawo raksasa? “Seiring berjalannya waktu, kita pupuk MPK sebulan sekali dengan dosis satu sendok per satu ember. Setelah pohon tambah besar, kita tambah dosisnya lagi 2-3 sendok,” kata Sobikhan dikutip dari kanal YouTube Cap Capung.
-
Siapa yang terlibat dalam program Petasan di SMAN Conggeang? Kegiatan ini juga bekerja sama dengan Dinas Pertanian Kabupaten Sumedang.
-
Siapa yang terlibat dalam perombakan kurikulum sekolah kedinasan Kemenhub? Staf Khusus Menteri Perhubungan, Prof Wihana Kirana Jaya mengatakan, kurikulum baru nantinya akan membuat siswa lebih sibuk melakukan kegiatan kemanusiaan.
-
Siapa yang menyerahkan SK Jabatan Fungsional kepada guru dan nakes di Banyuwangi? Bupati Ipuk Fiestiandani menyerahkan SK penetapan Jabatan Fungsional kepada 460 Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkungan Pemkab Banyuwangi.
-
Siapa yang melakukan sidak ke SMA Negeri 4 Bangkalan? Pada Selasa (23/7), Kepala Cabang Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur wilayah Kabupaten Bangkalan, Pinky Hidayati, melakukan sidak ke SMA Negeri 4 Bangkalan.
Meski bergabung dengan partai di Belanda, namun jiwa perjuangan untuk tanah airnya masih terus mengalir di dalam tubuhnya. Ia nekat mengucapkan "Indonesia Merdeka!" saat upacara pembukaan parlemen yang dihadiri oleh Ratu Belanda.
Selain pintar dalam sastra, Roestam lambat laun mulai merambah ke dunia politik dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Beralih Fokus
Semenjak dirinya mulai berkecimpung di kancah politik, Roestam pun kemudian mulai lupa dan menghilangkan rasa kecintaannya terhadap sastra. Ia secara jelas ingin memperjuangkan kemerdekaan secara langsung dan aktif di bidang politik.
Pemantik Roestam untuk terjun di dunia politik pun sudah dimulai sejak dirinya mendirikan sekolah bernama Adabiah di tanah kelahirannya. Saat itu, ia sudah menaruh rasa benci terhadap pemerintah Belanda dan ia merasa memiliki kemerdakaan atas rekan-rekannya yang bekerja di bawah Pemerintah Belanda.
Kemudian ia menyadari jika melalui sastra saja tidak cukup untuk memperjuangkan kemerdekaan nasional. Maka dari itu, ia beralih fokus menjadi seorang politikus.
Adapun karya sastranya yang cukup tenar di kalangan sastrawan lainnya yaitu Bebasari (drama tiga babak) dan Percikan Permenungan (kumpulan puisi). Sejak berada di ranah politik, Roestam tak lagi melahirkan karya sastranya.
Menyerukan Kemerdekaan
Melansir dari beberapa sumber, meski perjuangannya sangat dekat dengan aliran kiri, namun kiprah Roestam di kancah politik pun semakin mencolok ketika ia menjadi satu-satunya orang yang menyuarakan kepentingan rakyat Hindia Belanda.
- Sosok Eks Kondektur dan Sopir Angkot Ini Kariernya Enggak Main-main, Calon Menteri Prabowo & Ketum Partai
- Potret 2 Politisi Perempuan Anak Cucu Soekarno & Soeharto Bertemu Akrab, Sampai Pelukan Erat Bak Kakak Adik
- Mengenal Sosok Achmad Bastari, Pernah Mengabdi Kapolda Jateng hingga Gubernur Sumatra Selatan
- Jika Menang Pilpres, Mahfud Sebut Bakal Mengambil Kombinasi Kepemimpinan Soekarno-Hatta
Pada sidang parlemen tahun 1937, ia berpidato dengan lantang menyatakan diri sebagai wakil komunis yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia agar lepas dari belenggu jajahan Belanda.
Meski berhaluan kiri, akan tetapi jiwa nasionalis yang mendarah daging pada dirinya ini terus mengiringinya sampai kemerdekaan Indonesia didapatkan.
Sempat Menulis Kembali
Ketika Presiden Soekarno bersama Moh. Hatta dan tokoh nasional lainnya diasingkan oleh pihak Belanda, Roestam sempat ikut Tan Malaka di Jawa Timur.
Tak lama kemudian Tan Malaka ditangkap, namun Roestam berhasil lolos dan memilih untuk menetap di Jakarta. Di sana, ia sudah tak aktif terjun di dunia politik, akan tetapi ia kembali menulis meski dalam konteks politik.
Ia kemudian wafat pada tanggal 24 Mei 1979 di Jakarta. Roestam Effendi tutup usia saat berumur 76 tahun.