Tradisi Marpege-pege, Bentuk Toleransi dan Semangat Berbagi Masyarakat Padangsidempuan
Marpege-pege sampai sekarang masih dilestarikan dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat asli Padangsidempuan maupun masyarakat pendatang yang menetap di sana.
Marpege-pege sampai sekarang masih dilestarikan dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat asli Padangsidempuan maupun masyarakat pendatang yang menetap di sana.
Tradisi Marpege-pege, Bentuk Toleransi dan Semangat Berbagi Masyarakat Padangsidempuan
Dalam kehidupan sosial masyarakat, tentunya setiap orang akan saling membutuhkan satu sama lain. Hubungan saling bantu ini akhirnya menjadi sebuah tradisi yang sudah dilakukan secara turun-temurun dari nenek moyang mereka.
Salah satunya terlihat di daerah Padangsidempuan, Tapanuli Selatan yang bernama Marpege-pege. Tradisi ini masih berkaitan erat dengan sikap rasa toleransi dan rasa saling berbagi antar sesama.
Marpege-pege sampai sekarang masih dilestarikan dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat asli Padangsidempuan maupun masyarakat pendatang yang menetap di sana.
-
Apa yang menjadi ciri khas dari budaya Batak Toba? Rumah adat Batak yang dikenal sebagai Rumah Bolon ini menjadi salah satu ciri khas dari budaya Batak Toba.
-
Bagaimana cara para pemuda Batak memajukan persaudaraan dan budaya melalui Jong Batak? Persatuan Pemuda Batak atau disebut Jong Batak merupakan organisasi persatuan para pemuda batak dalam memajukan persaudaraan dan budaya.
-
Apa itu umpasa dalam budaya Batak? Umpasa adalah seni lisan puisi lama berupa pantun dalam masyarakat Batak Toba.
-
Bagaimana orang Batak mempertahankan budaya kekeluargaan saat merantau? Kemudian ikatan marga dan kekeluargaan yang kuat juga menanamkan rasa tanggung jawab dan saling membantu. Bahkan, tak hanya keluarga inti, marga jauh pun juga diajarkan untuk membantu apabila memiliki rezeki yang lebih.
-
Apa yang dilakukan Banyuwangi untuk melestarikan budaya asli bangsa? Ini salah satu bentuk pengejawantahan nasionalisme di masa sekarang. Bagaimana kita semua bisa melestarikan budaya asli bangsa kita.
-
Bagaimana cara masyarakat Bangka Belitung menjalankan tradisi Kelekak? Kelekak adalah tanaman buah yang bisa dimanfaatkan hasilnya dan sudah berbentuk layaknya hutan. Tak tanggung-tanggung, masyarakat pedesaan di Bangka Belitung sudah melakukan Kelekak hingga seluas dua hektare bahkan lebih.
Rasa Kekeluargaan
Dalam prinsip kehidupan sosial masyarakat Batak Angkola, rasa kekeluargaan mereka berakar dari sistem sosial bernama Dalihan na Tolu.
Hal ini yang menyebabkan terbentuknya pola perilaku dan berinteraksi di dalam lapisan masyarakat.
Pola perilaku tersebut semakin terbentuk di masyarakat yang pada akhirnya melahirkan rasa toleransi dan jiwa saling membantu satu sama lain. Solidaritas ini tak hanya dalam lingkup keluarga inti saja, melainkan juga dengan seluruh anggota masyarakat.
Maka dari itu, Marpege-pege merupakan salah satu bentuk dari rasa solidaritas, saling membantu dan toleransi antar anggota keluarga dan masyarakat khususnya dalam upacara perkawinan.
Pemberian Mahar
Dalam upacara perkawinan Batak Angkola, setiap mempelai laki-laki wajib memberikan mahar yang menjadi alat yang dibayarkan kepada pihak keluarga perempuan yang akan dinikahi.
Pemberian mahar ini sebagai langkah awal untuk mempelai laki-laki dalam kestabilan ekonomi rumah tangga baru bagi masyarakat Batak Angkola. Namun, mahar tersebut bukanlah tanggung jawab satu-satunya dari pihak laki-laki saja, melainkan juga kewajiban bagi masyarakat Batak Angkola yang andil dalam membantu menyediakan mahar.
Mengutip dari Antara, Tradisi Marpege-pege mulai berperan penting di sini. Tokoh adat memberitahu kepada masyarakat tentang kebutuhan biaya pesta kawin yang sudah ditentukan harinya. Mereka yang diundang pastinya sudah menyanggupi untuk hajatan tersebut.
- Dianggap Sakral, Yuk Kenalan dengan Kesenian Dodod yang Masih Eksis di Pandeglang
- Mengulik Batagak Kudo-Kudo, Tradisi Masyarakat Minangkabau yang Masih Lestari
- Mengenal Bebehas, Tradisi Mengumpulkan Beras ala Masyarakat Muara Enim yang Mulai Ditinggalkan
- Mengenal Ngidang-Ngobeng, Tradisi Memuliakan Tamu ala Orang Palembang
Saling Berbagi
Marpege-pege juga menjadi ajang saling berbagi untuk meringankan beban si pemilik acara hajatan. Tetapi, dalam Marpege-pege tersebut sang ahli bait juga menyuguhkan syarat dalam acara nantinya.
Lazimnya, ahli bait menyediakan makanan berupa nasi pulut yang dibarengi dengan lauk pauk yang disebut Inti. Makanan ini bukan hanya sekadar syarat, melainkan semacam perekat agar apa yang sudah dijanjikan berupa sumbangan benar-benar diberikan demi suksesnya acara.
Dalam aspek silaturahmi ini juga terjadi dalam tradisi Marpege-pege ini. Kerabat yang sudah tidak lama bersua, kembali dipertemukan dalam acara tersebut.
Marpege-pege ini terus ada di dalam masyarakat Batak Angkola karena sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari.