Alat ini Diklaim Bisa Bedakan Ledakan Bom Nuklir Bawah Tanah atau sedang Terjadi Gempa
Ilmuwan menyebutkan usaha yang dilakukannya ini mempunyai akurasi 99 persen.
Ilmuwan menyebutkan usaha yang dilakukannya ini mempunyai akurasi 99 persen.
Alat ini Diklaim Bisa Bedakan Ledakan Bom Nuklir Bawah Tanah atau sedang Terjadi Gempa
Sejak ledakan pertama bom atom pada 1945, lebih dari 2.000 uji coba senjata nuklir telah dilakukan oleh delapan negara.
Delapan negara itu yakni; Amerika Serikat, Uni Soviet, Inggris, Prancis, Tiongkok, India, Pakistan, dan Korea Utara.
-
Kapan Bumi terbentuk? Dengan mengukur usia bebatuan di bulan, dan meteorit yang ditemukan di Bumi, para ilmuwan memperkirakan Bumi terkonsolidasi 4,54 miliar tahun lalu.
-
Berapa berat Bumi? Menurut NASA, Massa Bumi berkisar 5,9722×1024 kilogram atau sekitar 13,1 septiliun pon.
-
Kapan tikus tanah berkumpul? Tikus tanah adalah hewan soliter yang cenderung tinggal sendirian di terowongan terpisah, berkumpul hanya selama musim kawin.
-
Di mana tempat terdingin di Bumi berada? Tempat Terdingin di Muka Bumi Secara umum, suhu rata-rata Bumi bervariasi mulai dari minus 25 derajat Celcius sampai 45 derajat Celcius. Sebagai perbandingan, suhu di siang hari di Merkurius bisa mencapai 430 derajat Celcius, sedangkan pada malam hari merosot menjadi minus 180 derajat Celcius. Suhu di tempat ini bisa mencapai minus 98 derajat Celcius.
-
Dimana lokasi penemuan gua bawah tanah di Bulan? Gua ini terletak di Sea of Tranquility, 400km dari lokasi pendaratan Apollo 11, seperti dilansir Al Jazeera.
-
Kenapa manusia melewati batas Bumi? Fenomena ini menandakan bahwa jejak ekologis manusia semakin besar, dan biokapasitas planet bumi tidak dapat mengimbanginya.
Kelompok-kelompok seperti Organisasi Perjanjian Pelarangan Uji Coba Nuklir Komprehensif terus mencari tes-tes baru.
Namun, demi alasan keamanan dan kerahasiaan, uji coba nuklir modern dilakukan di bawah tanah.
Dengan demikian hal itu sangat sulit dideteksi. Seringkali, gerakan-gerakan bawah tanah malah dianggap terjadinya gempa bumi.
Mengutip Science Alert, Jumat (16/2), dalam sebuah makalah yang diterbitkan di Geophysical Journal International, ditemukan cara membedakan antara uji coba nuklir bawah tanah dan gempa bumi alami dengan akurasi sekitar 99 persen.
Pada tahun 1963, AS, Inggris, dan Uni Soviet sepakat untuk melakukan uji coba bawah tanah di masa depan untuk membatasi dampak buruknya. Namun demikian, pengujian terus berlanjut seiring dengan ikutnya Tiongkok, India, Pakistan, dan Korea Utara pada dekade-dekade berikutnya.
Beberapa cara paling sederhana termasuk menganalisis lokasi atau kedalaman sumber.
Namun pada saat uji coba nuklir Korea Utara pada 2017 ada sebuah penelitian yang gagal dalam menganalisisnya.
Pada tahun 2023, ilmuwan dari Australian National University dan Los Alamos National Laboratory di AS berkumpul untuk mengkaji kembali masalah penentuan sumber gelombang seismik.
Mereka menggunakan pendekatan yang dikembangkan baru-baru ini untuk menggambarkan bagaimana batuan berpindah pada sumber peristiwa seismik, dan menggabungkannya dengan model statistik yang lebih canggih untuk menggambarkan berbagai jenis peristiwa.
Hasilnya, dapat memanfaatkan perbedaan mendasar antara sumber ledakan dan gempa bumi untuk mengembangkan metode yang lebih baik dalam mengklasifikasikan peristiwa-peristiwa tersebut.
- Asal Usul Cahaya Pertama di Alam Semesta Mulai Terungkap
- 7 Bahan Alam untuk Memutihkan Siku dan Lutut, Patut Dicoba Agar Semakin Percaya Diri
- Mewahnya Batu Akik Kecubung Kalimantan, Diyakini Miliki Kekuatan Magis hingga Diburu Kolektor
- Bisakah Hewan Memprediksi Terjadinya Gempa Bumi melalui Perilakunya?
“Kami menguji pendekatan kami pada katalog ledakan dan gempa bumi yang diketahui di Amerika Serikat bagian barat, dan menemukan bahwa metode ini berhasil mencapai 99% dari keseluruhan kasus. Hal ini menjadikannya alat baru yang berguna dalam upaya memantau uji coba nuklir bawah tanah,”
Mark Hoggard, DECRA Research Fellow, Australian National University.
Teknik yang kuat untuk mengidentifikasi uji coba nuklir akan terus menjadi komponen kunci dalam program pemantauan global. Hal ini penting untuk memastikan pemerintah bertanggung jawab atas dampak lingkungan dan sosial dari pengujian senjata nuklir.